Bittersweet 9

5 5 1
                                    

~♪~

Hiruk pikuk kota dimalam hari menjadi pemandangan gadis bertopi cream yang duduk ditemani secangkir latte dan hebusan angin malam yang sejuk. Rooftop caffe tempatnya berlabuh kini lebih terasa damai setelah kejadian tadi sore yang membuatnya menangis sampai satu jam lebih. Asta berniat tidak pulang hari ini, bayang-bayang boneka seram itu masih menetap pada ingatannya meskipun sudah ia singkirkan. Asta akan menginap di apartment Nara nanti, sekarang ia ingin menenangkan diri.

Kejadian teror secara langsung memang baru terjadi, biasanya hanya orang iseng yang menerornya lewat pesan online. Itu sudah terjadi lebih dari lima kali, ia tak menyangka bahwa teror ini tidak sederhana itu, bahkan sampai mengirimkan boneka yang dicabik-cabik tanpa pesan apapun. Sebenarnya psikopat macam apa yang mengincarnya?

Asta berpikir untuk memberitahu temannya atau tidak, ia mengetuk-ngetuk ponselnya sembari menimang. Tapi suara seseorang yang familiar dari arah pintu lantas mengalihkan fokusnya, gadis itu melebarkan mata.

"Mampus itu Devano," Asta menurunkan topinya hingga menutupi pandangannya, namun saat mengintip ia semakin dibuat gelisah saat lelaki itu berjalan kearah mejanya.

Asta menunduk, mengendap-endap berjalan disamping meja guna menghidari lelaki yang notabene-nya adalah mantan kekasihnya, apalagi lelaki itu sedang bersama wanita yang terlihat lebih dewasa, Asta dapat menebak itu pacar barunya.

Namun sialnya, Devano semakin dekat hingga Asta tak punya pilihan selain duduk di tempat yang hanya berjarak satu meja dengan tempat duduk awalnya, tempat itu terdapat lelaki yang duduk sembari memainkan ponselnya. Melihat seseorang tiba-tiba duduk dihadapan nya membuat keduanya melebar sejenak, saling menatap.

"Eh, tunggu. Asta bukan?"

Asta mendesis kesal saat lelaki itu bisa mengenalinya walaupun ia menggunakan topi.

"Oh, hai Van." Sapa Asta kikuk.

"Lama nggak ketemu, lo apa kabar?"

"Baik." Asta melirik sekilas pada lelaki yang hanya terdiam dihadapannya, namun saat melihat lelaki itu bersiap untuk pergi Asta melotot memberi isyarat agar dia tidak meninggalkan tempatnya.

"Ini siapa? Pacar lo?" Tanya Devano lagi membuat Asta muak.

"Bu-"

"BUKAN, tapi kami lagi dekat, i-iya, kan?" Lagi, gadis itu memberikan isyarat agar dia mengiyakan ucapannya.

"Oh gitu, tapi-"

"Van, kami mau ngobrol, jadi bisakah lo pergi? Juga kasian cewe lo berdiri terus, ajak duduk gih." Potong Asta cepat.

Suasana menjadi canggung akibat ucapan Asta, lelaki bernama Devano itu lantas mengangguk paham.

"Gue duluan kalau gitu." Pamitnya, "oh ya jangan lupa balas DM gue."

Setelah melihat lelaki itu pergi dari pandangannya, Asta lantas menurunkan bahunya. Ia tidak tahu bertemu mantan sama menyeramkannya dengan mendapatkan boneka teror tadi sore.

"Aish, bajingan gila, udah punya cewek masih aja ngehubungi cewek lain." Gerutunya.

"Ekhem, gue udah boleh pergi?"

Asta perlahan melirik kearah lelaki yang masih menatapnya dengan tanda tanya. Gadis itu tersenyum kikuk, baru menyadari lelaki yang dihadapannya kini butuh penjelasan.

"Maaf, maaf banget bikin lo nggak nyaman."

Lelaki itu tidak menjawab, dia beranjak dan pergi tanpa memberi kesempatan Asta untuk mengatakan sepatah kata lagi.

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang