"Tiati loh, benci sama cinta beda tipis," Iqbaal tersenyum miring, begitu juga Kiki. Sementara Bastian, dia malah melengos malas.

"Ck. Apaan sih! Bukan nya pada bantuin gue jadian sama Katya. Kalo aja kalian bisa ngelakuin itu, gue bakalan sujud-sujud sambil ciumin kaki kalian bertiga," ucap Aldi asal.

"Mimpi lo ketinggian!" ucap Bastian seraya memakai helmnya.

"Aldiii!" suara itu terdengar indah di telinga Aldi.

Gadis itu, gadis yang memanggilnya tadi kini sedang tersenyum menatapnya dari jarak 15 meter.

"Gue gak mimpi. Ye kan, Bas?" Aldi tersenyum miring.

Dengan cepat Aldi menancap gas
motor, dan menghampiri gadis itu. Gadis impiannya.

★★★★★

Salsha tengah berada di salah satu Coffee Shop di sebuah pusat perbelanjaan.

Hanya sendiri, tanpa Steffi. Sahabatnya itu mempunyai urusan yang tidak bisa di tinggalkan, bersama pacarnya, Alwan. Steffi memiliki pacar? Yes, of course. Gadis secantik Steffi tidak mungkin ada yang mau melewatkannya begitu saja jika terlihat jomblo.

Tapi, Salsha sudah biasa melakukannya sendiri seperti sekarang. Malah waktu Steffi bersamanya lebih banyak di banding bersama Alwan. Maka, Salsha mengerti jika Alwan sesekali ingin jalan dengan Steffi.

Salsha mengaduk-aduk Frappucino yang baru saja dia pesan.

Tatapannya masih belum mantap. Pikirannya tak menentu. Entah mengapa dirinya terus menerus memikirkan kejadian di luar kelas tadi pagi. Saat Aldi menyeretnya keluar, dan akhirnya mengatakan sesuatu yang kini terus berputar di otaknya.

Gue udah punya cewek yang gue suka. Dan itu bukan lo.

Ya, hanya kata sederhana itu. Namun, saat ini dia merasa hatinya seperti dicubit. Salsha merasa ada sesuatu yang tidak biasa dalam hati dan pikirannya. Dan Salsha tidak tau apa itu.

Tidak hanya masalah itu saja. Dirinya juga sibuk menebak-nebak hukuman apa yang akan di berikan pak Setya padanya besok? Karena tadi dia telah menjelaskan semuanya mengenai ulangan tempo hari. Mengenai nilai Aldi. Namun, pak Setya tidak sempat berbicara hukuman apa yang dia beri untuk Salsha, dia hanya memberi lembar nilai milik Aldi dan pergi dengan terburu-buru.

Salsha menghela napas berat, menyesap minumannya, lalu menarik sebuah novel dari dalam tasnya. Membacanya seolah dalam sekejap, masalah-masalahnya hilang di terpa angin.

Di tempat yang sama, dalam satu atap Coffee Shop namun berbeda meja. Seorang laki-laki dan seorang gadis yang baru saja selesai menonton film di salah satu bioskop di pusat perbelanjaan yang sama tengah menikmati makanan yang baru saja di sajikan di hadapan mereka.

"Jadi... kapan?" tanya laki-laki itu.

Suasana cair dengan tawa yang meledak, tiba-tiba menjadi kaku.

"Secepatnya," jawab gadis itu memegangi tangan laki-laki di hadapannya yang kini terlihat murung.

"Sampe kapan? Nunggu kamu mutusin Devan, dari dulu... itu bukan waktu yang singkat," laki-laki itu kini mengalihkan pandangannya.

"Kamu percaya sama aku kan? Aku sayang sama kamu. Aku janji gak akan lama lagi," sang gadis menenangkan, mengelus lembut punggung tangan laki-laki di hadapannya itu, hingga menciptakan senyuman tipis dari wajah murungnya.

"Semoga aja," laki-laki itu balas meremas lembut telapak tangan gadis di hadapannya.

★★★★★

UnobtainableWhere stories live. Discover now