DUA BELAS

37 8 0
                                    

Tadinya mau update minggu depan, eh malam ini malah nggak bisa tidur. Haha

Selamat malam, selamat membaca.

Terima kasih untuk 500+ pembaca dan 100+ vote.

Beberapa part menuju ending.✊

💔💔💔

"Bumi main yuk." Ryan menghampiriku sambil menaik turunkan alisnya. Aku tahu dia tengah mengejekku karena Bang Jefri selalu memanggilku Bumi. Aku memicingkan mata ke arahnya, nggak suka dengan itu. Bang Jefri saja masih suka aku marahi. Tapi, anehnya aku selalu menyahut ketika lelaki itu memanggilku begitu.

"Apa sih?!" kataku ketus, jangan ada lagi orang nyebelin di sekitarku. Sudah cukup Rafa, Arabella , Mbak Sekar juga Mbak Sasi.

Untuk dua orang terakhir ingin sekali aku membungkam mulutnya saat mengejekku tentang pakaian yang aku gunakan atau kemana aku pergi. Mereka bilang kalau aku norak saat berada di Pulau Bidadari beberapa waktu lalu.

Saat di sana aku memang lebih banyak foto dan mengunggahnya di akun sosial mediaku terutama Instagram. Saat itu Bang Jefri mengomentari dengan mengatakan kalau aku cantik dan dia nggak terlalu suka karena jadi banyak yang akan menyukai dan melirikku.

Aku membalas dengan mengatakan kalau aku emang cantik dan hanya miliknya jadi nggak perlu khawatir tentang hubungan kami.

Nggak sampe satu jam Mbak Sekar dan Mbak Sasi ikut mengomentari kalau aku norak karena terlalu mengekspos diri di sosial media. Padahal aku hanya ingin mengabadikan setiap momen yang aku lakukan.

"Galak bener, lagi PMS, lo?" Ryan kembali bersuara, kali ini dia sudah mengambil kursi dan duduk di samping sambil mendorong pelan bahuku.

"Lo sama Bang Jef nggak ada masalah, kan?" tanya-nya dengan suara pelan, aku menggelengkan kepala, semalam aku masih membalas pesannya dan tadi pagi dia menjemputku dan kami sarapan bersama.

Ryan mengangguk, lalu membuang pandang. Melihat itu membuatku kembali memainkan ponsel, membuka aplikasi oranye untuk mengecek pesanan yang aku beli seminggu lalu. Album pertama yang aku beli setelah ratusan kali dipaksa membeli oleh Nisa. Awalnya aku ragu untuk membelinya tapi, wanita itu bilang kalau self reward untukku karena sudah bekerja keras dan memutus hubungan dengan Rafa.

Beberapa bulan lalu aku nggak tahu apa saja yang pernah aku katakan pada kedua temen perempuanku itu tentang Rafa dan Bang Jefri. Terkadang satu jam setelah menaruh barang saja aku sudah lupa ketika ditanya. Sebenarnya aku nggak pelupa, otakku saja yang sedikit konslet.

"Kenapa lo tanya itu?" Aku bertanya setelah selesai melihat status albumku di aplikasi oranye yang ternyata masih dikemas.

"Kirain aja gitu, siapa tahu kan ada masalah." Ryan sudah berdiri lalu kembali ke tempat duduknya.

💔💔💔

Harusnya jam istirahat ini aku gunakan untuk makan siang di luar, tapi tadi Bang Jefri membawakanku nasi juga cumi saus padang yang Bi Umah masak. Jadi aku memilih di ruangan saat yang lain keluar.

"Lo udah makan?" tanya Ryan dan diangguki olehku.

Bang aku mau pulang bulan depan. Mau ambil cuti.

Aku mengetik pesan berulang kali hingga akhirnya aku menekan kirim di aplikasi WhatsApp.

Aku menunggu balasan dari Bang Jefri cukup lama, padahal status di WhatsApp lagi online. Kembali aku menggirim pesan padanya dengan hanya mengetik nama Bang Jefri berharap kali ini di balas cepat.

NAWASENA [TAMAT]Where stories live. Discover now