DUA

104 13 20
                                    

Yuhu Bang Jef nememin makan siang kalian, nih.
Selamat membaca, semoga suka.
Kayaknya aku bakal update Minggu dan Kamis aja deh, kalau Minggu-Rabu kecepetan. Hahaha

🌱🌱🌱

Setelah kejadian malam itu, Bang Jefri nggak membolehkanku makan seafood selain ikan juga cumi. Lelaki itu marah ketika aku mengatakan kalau aku memiliki alergi.

Sudah hampir tiga hari badanku masih memerah, walaupun bibir juga wajahku sudah kembali seperti semula. Padahal dulu saat aku makan udang alergi akan hilang setelah meminum CTM*.

Bang Jefri juga marah saat tahu aku masuk kerja dua hari kemudian. Tapi aku nggak enak sama yang lain, harusnya aku masuk dari selasa kemarin, ternyata kamis baru masuk kerja. Ami saja sampai pusing melihat Bang Jefri seperti itu.

"Biarin ajalah Mi, jangan dengerin." Aku menatap Ami lalu kembali bekerja, semua teman satu ruanganku cukup baik dan ramah walaupun ada dua orang yang menatapku sedikit sinis.

Kata Ryan dua orang itu, Mbak Sekar juga Mbak Sashi memang selalu begitu kalau ada karyawan baru. Nisa juga ikut menimpali ucapan Ryan, katanya mereka berdua nggak pernah mau tersaingi oleh siapun di sini, termasuk mencari perhatian Bang Jefri.

Aku akui, Bang Jefri memang memiliki wajah dan tubuh yang bagus. Cukup kontras kalau disandingkan dengan lelaki Indonesia lainnya, tinggi Bang Jefri lebih dari seratus delapan puluh sentimeter. Dan banyak orang bilang kalau lelaki itu lebih cocok jadi artis daripada pekerja kantoran.

Sejak dulu saja Bang Jefri memilik pengemar yang banyak, sampai aku sulit menemuinya hanya untuk sekedar bertanya tentang pelajaran bahasa Inggris dan Matematika.

Aku memilih mengangguk, mereka nggak tahu saja kalau kemarin aku tidur dirumah Bang Jefri, kalau mereka tahu bisa makin kesal saja denganku. "Makan siang nanti kita gofood aja, yuk. Gue bosen makan di kantin." Ryan mengirim pesan.

Sejak saat aku bertemu Ami, perempuan itu langsung memasukkanku ke grup yang berisi Nisa, Ami, Ryan juga aku. Katanya sih biar lebih leluasa kalau ada pekerjaan dan ngajak pergi.

Aku membalas pesan itu dengan bertanya makanan yang akan mereka makan. Aku juga bilang kalau aku nggak makan seafood karena takut.

Nisa
Takut sama Bang Jefri?

Aku menatap ke arah Nisa yang berada di depanku. Mejaku dengannya saling berhadapan, hanya saja aku nggak berani berkata secara langsung dengannya. Ini saja aku mengetik mengunakan website WhatsApp di komputer.

Aku juga baru tahu kalau Nisa, Ryan, juga Ami manggil Bang Jefri dengan panggilan yang biasa aku gunakan. Aku pikir di kantor dipanggil Pak Jefri. Pas aku tanya, katanya sih dia lebih suka hubungan dengan karyawan layaknya seorang teman. "Tapi, kalau masalah kerjaan nggak ada namanya temen, kalau salah tetep aja dimarahin," kata Ami sebal.

Ami
Jangan macem-macem ya lo, Nis. Capek gue denger Bang Jef marah-marah.

Aku tertawa pelan membaca balasan dari Ami. Dia membelaku, kan? Aku menatap Ami lalu memberikan jempol ke arahnya.

Nisa hanya menatapku lalu Ami bergantian sebelum meminum es teh di meja. Wajahnya terlihat kesal tapi dia tahan.

💔💔💔

Hampir dua minggu di sini, aku baru tahu kalau Nisa memiliki kesamaan denganku, menyukai k-pop. Perempuan ini bilang kalau dia menyukai grup generasi ke tiga dengan tiga belas anggota. Sedangkan aku menyukai group beranggotakan dua belas dengan tiga anggota keluar berapa tahun kemudian dan grup dengan aggota dua puluh tiga member dengan tiga sub unit.

NAWASENA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang