17) Nostalgia

682 145 43
                                    

TERNYATA MASIH ADA YANG nunggu ini book, agak kaget sih soalnya nih book kedua ku dan penulisan nya masih newbie apalagi banyak typo syukur aja ada yang suka :)

AKU BELAJAR MEMPERBAIKI cara penulisan ku tapi masih belum bisa mengatasi hal typo padahal udah periksa berapa kali, kalau ada kekurangan maaf ya 😭

Chapter 17: Nostalgia

"Akhir-akhir ini Raisa sering menempel sama lo," kata Arief sambil meminum teh dia pesan di kafe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Akhir-akhir ini Raisa sering menempel sama lo," kata Arief sambil meminum teh dia pesan di kafe.

Sekarang Arief dan Ranel sedang boy time di sebuah kafe pinggir jalan bersantai dahulu sebelum gangguan para cewek-cewek muncul.

Perkataan dari Arief membuat Ranel tersenyum menatap sahabat yang duduk di seberang nya, "Kenapa? apa lo cemburu karena mantan tunangan lo sudah pindah haluan?"

Arief menggeleng mendengar perkataan Ranel yang menurut nya mustahil, " Iya, gue kesel, gara-gara dia waktu kita nongkrong terbatas, seolah lo itu miliknya," Arief berkata dengan wajah jengkel.

"Padahal lo itu cuman pamannya kenapa bertindak seolah lo itu bonekanya."

Ranel adalah sahabat Arief, mengingat Raisa mengekang Ranel terus bersama nya membuat Arief kesal dari dulu dia memang tidak menyukai cewek itu, ' Cewek pelit sialan! ' kutuk Arief dalam hati.

Penuturan dari Arief menyebabkan Ranel berkeringat kecil, "Jadi lo cemburu sama Raisa gitu?" tanya nya.

"Ya," di jawab langsung oleh Arief.

' LAH KOK GINI?! CERITA NYA JADI MELENCENG! ' pekik Ranel dalam hati, setelah lama gak update-update malah jadi mencurigakan begini.

( Jadi Ruru di salahkan? ☹️ )

' Seharusnya lo rebutan si Amanda dengan Darma gak rebutan gue sama Raisa! ' lanjut Ranel dalam hati.

"Habisnya lo udah tinggal satu atap dirumahnya terus ketemu setiap hari, cewek itu gak pernah puas, iya kan Ranel?" lanjut Arief yang terus mengoceh membicarakan Raisa dari belakang.

"Haha iya banget malah," Ranel mengiyakan saja, dia gak mau hubungan antara perusahaan Armansyah dan Perusahaan bapak Arief rusak hanya memperebutkan bocah pungut sepertinya, ' Dulu waktu bocil juga mereka berdua sering berebut hak bermain dengan gue. '

"Apa Raisa sering menyusahkan mu?" tanya Arief kepada Ranel.

Ranel menggeleng, ' BANGET! ' pengin ngomong begitu tapi Ranel takut di keroyok anak buah ayah Raisa, "Enggak, Raisa kadang-kadang cuman jahil aja."

"Andaikan saja gue mungut lo lebih dulu pasti hidup lo jauh lebih tentram," tutur Arief membuat Ranel tegang.

' Justru itu malah membebani gue karena jalan ceritanya berbeda!! ' sungguh Ranel mau berbicara gitu tapi nyalinya ciut karena dihadapannya adalah seorang protagonist pria. "Gini aja gue udah bersyukur dipungut oleh anak cewek dari orang terkaya di kota, disekolahkan di SMA elite lagi."

Mendengar pernyataan Ranel membuat Arief menghela nafas sejujurnya dia senang bisa bersekolah yang sama dengan sahabatnya tetapi mereka beda kelas dan dia malah sekelas sama Raisa. Lebih menjengkelkan nya lagi si Raisa itu sering menghalangi nya ketika ingin bertemu dengan Ranel.

"Hey Ran," panggil Arief.

"?" Ranel menanggapi dengan menatap Arief ketika nama nya dipanggil.

"Lo masih bercita-cita jadi polisi?" tanya Arief pada Ranel, "....." Ranel terdiam, hal ditanyakan oleh Arief membuat nya mengenang masa lalu nya bersama Arief dan Raisa ketika masih sekolah dasar, "Kamu nanya?"

"Gue serius tai," cerca Arief.

Ranel membuka mulutnya lebar, ' ARIEF PROTAGONIS DINGIN KULKAS TOXIC!? TIDAK MUNGKIN PROTAGONIS SEPERTINYA NGOMONG TAI!?! ' rasa ragu timbul, apakah Ranel tidak salah dengar? tapi dia mengabaikannya dan segera memperbaiki mimik wajahnya, "Ehem, maaf, maksudnya kenapa lo nanya gitu."

"Lulus sekolah nanti bekerja lah di perusahaan ku, jadilah asisten ku," kata Arief.

Orang di depan Arief hanya memasang wajah bengong sementara Arief sendiri serius dengan perkataan. Ranel malah salah paham, ' Nih budak kayak mau ngajak gue nikah setelah lulus SMA, apa mau kawin lari? ' batin Ranel becanda.

Namun sejujurnya, apabila dia cewek Ranel gak akan menolaknya dan menjawab nya gini, "IYA MAS AKU MAU!" atau begini, "GAS KAN MAS KALAU SEKARANG BISA JUGA!" biar lebih mainstream.

Tapi itu seandainya dia cewek.

"Bagaimana menurut lo Ranel?" tanya Arief lagi kepadanya. Ranel hanya terdiam bingung, "Lo gak dituntut juga jadi babu perusahaan Armansyah bukan?" kata Arief berusaha meyakinkan.

"Tapi buat apa lo mau rekrut gue?" Ranel berbalik bertanya.

"Serius lo nanya? lo sahabat gue ditambah lagi lo udah terbiasa hal administrasi," kata Arief bersungguh-sungguh tetapi sayangnya Ranel harus menolaknya, "Sorry, gue gak bisa, gue pernah berjanji pada ayah Raisa untuk bekerja dengan dibawah bimbingan nya."

"Begitu ya, oke gapapa," kata Arief cuek.

' Gue ditolak, ' batin Arief bersedih.

Sekilas dilihat Arief bersikap biasa aja dan mimik datar seperti biasa. Tetapi, Ranel dapat melihat sorot kesedihan di mata Arief, ' Apasih dia kayak anak kecil aja, ' batin Ranel gemas.

LUCU BANGET NIH COWOK! Amanda beruntung bisa mendapatkan cowok modelnya si Arief, Ranel merasa bangga pada Amanda.

Hey Ranel! jangan lupa membanggakan diri sendiri karena cowok botty seperti mu bisa-bisanya jadi rebutan para cewek-cewek, sungguh mengesankan.

"Gue yakin lo bakalan dapat orang jauh lebih hebat daripada gue," kata Ranel mencoba menyemangati Arief yang bersedih

"Makasih ya bro," balas Arief sambil tersenyum tipis. Ranel membalasnya balik dengan senyuman lebar, "Kalau lo gak dapet-dapet gue bantu cariin, jadi tenang aja sobat."

KRING KRING KRING

Tiba-tiba handphone Ranel yang terletak di atas meja berbunyi ternyata ada seseorang menelpon.

Arief melirik dan melihat nama kontak yang menelpon Ranel.

Nenek lampir.

Dari sebutannya saja Arief sudah mengetahui jelas orang itu, ' Raisa ' batin Arief seketika bad mood, Arief tidak sadar dirinya mengeluarkan hawa dingin membuat orang-orang berada di kafe tidak nyaman.

"Oh Raisa menelpon berarti gue harus pulang, jumpa lagi di sekolah," kata Ranel yang tidak peka situasi dia kemudian menggelegar keluar dari kafe menaiki motornya menuju kediaman Raisa.

Arief masih berada di cafe.

"Anu... apakah bisa suhu AC dinaikkan, aku kedinginan," salah satu orang di kafe meminta pada pelayan yang langsung di setujui, "boleh kok mba."

AKU MAU REVISI

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

AKU MAU REVISI. SAAT BACA ULANG cringe banget, typo nya parah sih 👎

I Become A Villainess Supporter (Revisi)Where stories live. Discover now