Dua Puluh Tujuh

32.8K 2.1K 63
                                    

Melosa

Aku mengalami mual-mual parah selama hampir 20 minggu kehamilanku, sampai akhirnya mual itu berhenti sendiri secara berangsur-angsur. Pada minggu ke-24, aku akhirnya bisa beraktivitas seperti biasanya. Yudi membiarkanku kembali bekerja karena melihatku yang bosan setengah mati di rumah. Jeff awalnya menolak, karena menurutnya aku harusnya istirahat di rumah. Namun, setelah bicara dengan Yudi, ia akhirnya mendukung keputusan Yudi dan malah membantuku menyiapkan pakaian untuk hari pertamaku bekerja besok.

Aku menatap Jeff yang sedang membongkar lemariku, mencoba menemukan pakaian kerja yang masih muat untukku.

"Ini muat di badan lo, tapi perutnya pasti nggak muat!" gumamnya seraya memilih terusan lain. "Ini kayaknya bagus, deh!"

Aku mengerutkan kening melihat lemariku yang berantakan. Walau nanti akan dibantu oleh pelayan untuk membereskannya, tetap saja aku risih melihat lemariku dibuat berantakan begini.

"Astaga, Jeff! Lo keluar deh, biar gue pilih sendiri! Kalau begini, satu lemari juga lo bongkar!" omelku mendorong Jeff pelan.

"Gue kan bantuin lo, dodol! Ini baju-baju lo udah nggak muat semua," balas Jeff sengit.

"Apaan, gue cuma naik berat badan empat kilo doang!" marahku tak terima.

Ya, karena mengalami mual-mual dan selalu memuntahkan makananku, aku sama sekali tidak mengalami kenaikan berat badan yang drastis seperti ibu hamil pada umumnya. Bagaimana mau naik berat badan, makan sedikit saja langsung dimuntahkan. Begitu terus selama 20 minggu kehamilanku, sampai akhir-akhir ini aku mulai jarang muntah dan mulai bisa makan tanpa muntah walau masih dalam porsi sedikit.

Jeff melangkah mundur sambil membiarkanku melipat kembali pakaianku dan mengomel tanpa henti.

"Ini juga! Ini nggak usah dibongkar juga pasti tahu nggak bisa gue pake! Mana ada bumil pakai rok ketat!" omelku tanpa menatapnya."Sampai celana jin juga! Lo kira gue mau jalan-jalan?"

Jeff tidak menyahut, masih membiarkanku mengomel. Aku tidak menatap ke arahnya, sibuk melipat pakaian lagi. Aku melihat terusan biru pastel yang jarang kukenakan. Namun, aku yakin aku masih muat memakainya.

"Gue masih muat ya pakai ini! Lo kira gue berubah jadi gajah sampe nggak muat?" cerocosku, berbalik pada Jeff dan menunjukkan perutku yang membesar. "Gue gendutnya di sini doang, bukan ... lo ngapain rekam-rekam gue?"

"Mau gue kirim ke Papa, biar dia tahu sekretaris gue rewel banget!"

Aku mendelik, berkacak pinggang sambil menatap Jeff. "Gue rewel begini juga gara-gara lo gangguin ya! Sama bawaan bayi! Matiin nggak handphone lo?"

Jeff berdecak, sambil mematikan ponselnya dan menyimpannya di saku. "Rewel banget, ya Tuhan!"

Aku mendengkus. Sejak aku hamil, memang aku menjadi lebih cerewet dan kalau menurut Jeff jadi lebih manja. Aku tidak merasa seperti itu. Aku yakin, aku masih bersikap seperti biasanya, kecuali memang aku sering senewen jika diganggu Jeff, atau jika perutku terasa tak nyaman. Selebihnya, aku masih seperti dulu.

"Jadi besok lo mau pakai baju yang mana?" tanya Jeff. "Yang itu?"

Jeff menunjuk terusan biru pastel yang kupegang. Modelnya lengan pendek, dengan renda-renda di bagian bawah roknya. Aku menempatkannya ke depan dadaku. "Bagus kan? Sebagai penanda ini anak gue cowok."

Single WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang