Empat

22.7K 2K 21
                                    

Melosa

"Cari Jeff. Dia kabur."

Aku mengerang kesal mendengar ucapan Eryx. Lagi, anak itu membuat masalah! Tiga jam lagi, ia harus menghadiri acara makan malam untuk berkenalan dengan calon tunangannya, Kaia Anjani Handanu. Namun, ia malah melarikan diri entah ke mana. Aku menggeram kesal, melangkah lebar dengan terusan biru muda berlengan yang kukenakan dan juga heels setinggi lima sentimeter menuju mobil. Sopir yang baru mengantarku ke restoran menatapku dengan wajah bingung.

"Kita cari Jeff. Setan alas itu kabur," omelku membuatnya menghela napas kasar.

"Mau ke mana?" tanyanya padaku.

"Seven Bar," jawabku. "Bawa tali?"

"Ada di kantung jok."

Aku mengambil tali di kantung jok, menggenggamnya erat sambil memaki dalam hati. Ini adalah ketiga kalinya Jeff melarikan diri dari acara makan malam perjodohannya sendiri. Untungnya keluarga yang ia temui berbeda-beda. Selalu aku yang setengah mati mengejarnya jika ia melarikan diri begini.

"Nanti Bapak tunggu di pintu belakang. Kalau dia keluar, cekal. Biar saya yang ikat," kataku memberi briefing singkat kepada sopir yang sudah biasa mengantarku untuk menangkap Jeff.

Ia mengangguk mengiyakan. Lalu, kami tiba di Seven Bar. Sopir yang mengantarku berlari menuju ke pintu belakang, sementara aku masuk lewat pintu depan untuk mencari Jeff. Beberapa pengunjung bar menatapku dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, mencoba menggodaku tetapi dihentikan oleh penjaga bar yang sudah biasa melihatku dan tahu apa yang sedang kucari. Lalu, aku menemukan Jeff yang sedang minum-minum bersama dengan teman-temannya.

Tentu saja Jeff langsung melihatku dan ia langsung berlari menuju pintu belakang seperti yang kukatakan. Dan aku mengejarnya, mencoba mendorongnya menuju ke perangkapku. Ia tertangkap oleh sopirku, tetapi Jeff memukulnya hingga jatuh, membuatku harus berlari mengejarnya. Heels lima sentimeter sialan ini memperlambat langkahku. Aku terjatuh berguling, mungkin menggores kaki dan sikuku, tetapi menangkap Jeff adalah prioritas utamaku.

Kulepaskan heels-ku, dan melemparkannya sekuat tenaga ke arah Jeff. Tepat sasaran, heels itu mengenai kepalanya, membuatnya langsung jatuh ke depan karena kesakitan. Tanpa mempedulikan siku dan lututku yang nyeri, aku berlari mengejarnya sebelum ia bangun. Kupukul kepalanya sekali sebelum mengikat tangannya dengan tali.

"Nggak harus kayak gini juga, Sa!" omelnya mendelik padaku sambil meringis.

Aku menonyor kepalanya dengan wajah datar, lalu menariknya supaya berdiri. "Tiga puluh menit lagi, acara akan malam mau dimulai."

"Gue nggak mau dijodohin!"

"Ngomong ke papa lo. Gue cuma ngelakuin sesuai instruksi," balasku malas, menatap sopir yang mengantarku.

Ia mendekat dan membantuku membawa Jeff ke mobil.

"Bukannya kita sahabat?" tanyanya dramatis, seolah aku mengkhianatinya. Memang aku mengkhianatinya demi uang.

"Bukan. Gue bawahan lo sejak papa lo ngebawa gue masuk ke keluarga lo," sahutku.

"Sa!" pekiknya kesal mendelik padaku.

Single WifeWhere stories live. Discover now