T i g a p u l u h d e l a p a n

Comenzar desde el principio
                                    

"Jangan pada diem dong." Anya mengeluarkan suara, ketika suasana berubah jadi tegang. Joilin yang menjadi diam, tapi asik dengan mainannya. Dan Oliver yang tiba-tiba mematung terdiam.

"Gimana kalau kita habis ini main kuda kudaan? Joilin, naik punggung om, dan kita kejar Anya?" Tawar Oliver, yang seketika berhasil menerbitkan lengkungan lebar di wajah Joilin.

"Acikkkk! Cudah lama Joiyin ndak main kuda!" Serunya dengan senang.

***

Sedangkan di rumah, Bian menarik kancing kemeja hingga terlepas. Rasanya sumpek. Hari ini pikirannya kalut. Padahal tadi pagi ia masih asik masak bakso untuk keluarganya! Tapi kenapa sekarang seperti stres!

Tumpukan kertas berjejer di mejanya. Baru saja sopirnya membawa berkas berkas yang harus ia cek perkembangannya dan tanda tangan.

"Kenapa perasaan gue kesel banget ya hari ini?!" Gumamnya. Bahkan ia sudah menjambak rambutnya dan berteriak kencang.

"Fuck! Gue kenapa sih?!" Umpatnya.

Engap di dalam ruang kerja, Bian keluar. Kakinya bergerak ke depan kulkas dan mengambil satu kaleng kopi dingin.

SetelH berhasil membuka penutup kaleng, ia langsung meneguknya dalam sekali tegukan hingga tersisa setengah.

Entah kenapa kaki Bian malah berjalan keluar rumah. Ia duduk di teras, berusaha mencari angin segar dari perasaannya yang kalut tiba-tiba.

TOK TOK TOK TOK!

Suara pukulan khas tukang bakso itu membuat kepala Bian mendongak. Dilihatnya Jamal memberhentikan rombongnya di depan pagar rumah Bian.

"Mas Bian, bakso? Mbak Anya mau bakso juga tidak? Kemudian Koilin kangen bakso saya tidak ya?!!"

"Bukannya makin tenang, malah makin stres gue." Ucap Bian. Dia mengurut peningnya yang makin nyut nyut an.

Tapi, ketika ia teringat bahwa bakso milik Jamal enak, ehm. Bian mengakui untuk hal satu ini.

Maka dengan senang hati. Bian berjalan keluar, membuka pintu teras, untuk memesan dua porsi bakso, hanya untuknya.

"Eh, mas Bian." Kekeh Jamal, sembari menggaruk tengkuk lehernya canggung. "Saya jadi malu." Lanjutnya.

"Pesen dua mangkok bakso! Gak usah di tambahi racun!" Ketus Bian.

Jamal mengangguk cepat. Dia segera menyiapkan pesanan Bian. Sedangkan Bian mengamati gerak terik Jamal.

"Mbak Anya, kemana mas?" Tanya Jamal.

"Ke rumah Papi nya." Jawab Bian cuek.

Jamal seketika menghentikan gerakannya, "mbak Anya minta cerai? Alhamdulillah. Mbak Anya janda setelah ini." Ucap Jamal penuh syukur.

Bian sontak melotot. Dia ingin menonjok Jamal dnegan tangannya, namun ucapan Jamal berupa gumaman membuat Bian mengurungkan niatnya.

"Habis ini saya mau ke rumah Papi. Minta restu."

Raut Bian menegang, "maksud lo?"

"Aduh, saya keceplosan." Jamal menutup bibirnya dengan mata membulat.

***

"Nggak mau bawang goreng, Nya." Oliver menyisihkan bawang goreng di mangkok baksonya. Rautnya nampak merajuk.

"Joiyin juga ndak cuka bawang, Nyanya!" Joilin menunjuk bawang goreng yang berkeliaran di kuah baksonya.

"Kalian berdua jangan bikin Nyanya pusing ya! Dibeli in bakso bukannya makasih tapi malah berulah!" Omelnya.

"Coba kalau bakco Om Jamal. Pacti dia ngelti kalau Joiyin ndak cuka bawang." Joilin merajuk. Ia jadi kangen Papi Jamal.

"Nyanya.. bawangnya banyak. Gak suka!" Oliver mulai merajuk. Pria dengan tubuh kekar itu sebenarnya punya sifat manja layaknya bayi, meskipun tubuhnya berotot sana sini.

"Sini Oliver, mami pisahin bawangnya. Kasihan Anya tadi beli bakso di perempatan panas panas." Mami memilih meminggirkan mangkok baksonya, lalu menarik mangkok bakso putranya untuk ia buang bawangnya.

Joilin yang melihat itu lantas menatap Papi yang asik makan bakso sembari berusaha keras mengalihkan tatapannya dari Joilin.

"Engkong eyang atuk kakek embah, toyong picahin bawang goleng Joiyin dong.."

🧌🧌🧌

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

🧌🧌🧌

Bagaimana chapter ini?

Jangan lupa target 2K komen!

Menurut kalian, siapa kah papa Joilin yang asli... detik detik menjelang tamat 🫣🫣

Sebelum mau tamat mau nya di ramaikan dong!

Spam komen next 1K disini

Spam komen lanjut 1K disini.

Bad Duda [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora