T i g a p u l u h t u j u

Começar do início
                                    

"Boleh, kamu bangunin gih, anaknya. Mas mau lanjutin rebus bakso dulu." Pria itu memajukan bibir, minta sun.

Cup!

Satu kecupan mendarat di bibir Bian. "Kecupan pagi!"

***

"Joilin, bangun sayang. Ayo ikut Mama." Anya mengelus rambut Joilin yang tidur tengkurap dengan air liur menetes ke atas bantal, sampai membentuk pulau iler Joilin.

"Hmmm.. Om Calga.." racaunya.

Anya mendelik ketika mendengar racauan putri kecilnya. Hei! Apa apaan ini! Bahkan sampai alam mimpi pun anaknya meracau Sarga!

"Joilin, ayo kita ke rumah atuk kakek eyang embah engkong," anya menyebut panggilan yang biasa Joilin sebut ketika memanggil papinya.

Seketika mata Joilin terbuka lebar. Pantatnya menungging, bersiap duduk, namun oleng, berakhir telentang di atas kasur.

"Mau ke rumah engkong eyang embah atuk kakek?" Tanya gadis kecil itu dengan suara seraknya.

Anya mengangguk, mengiyakan.

Seketika binar semangat muncul di kedua bola mata Joilin. Gadis kecil itu langsung duduk, mengelap ilernya dengan punggung tangan kecilnya.

"Joiyin mau dandan yang antik! Bial engkong eyang embah atuk kakek gak malah malah!" Tutur gadis kecil itu, dan langsung turun dari atas kasur, meninggalkan Anya dalam ke terdiamannya.

"Mama mandiin ya?" Anya bersiap melangkah menuju kamar mandi Joilin, tapi gadis itu berteriak.

"Ndak mau! Nanti Joiyin dibilang manja!" Teriakny kencang, membuat Anya menghela nafas.

"Papi ya! Awas aja!" Gerutunya.

Anya lantas memilih keluar kamar Joilin, dan menghampiri sang suami yang asik mengaduk panci besar.

"Mas, anak kita nggak mau aku mandiin lagi. Sedih banget aku tuh." Rajuk Anya. Ia mendudukkan dirinya di kursi makan. Rautnya nampak melas.

"Ha? Kenapa sayang?" Bian mematikan kompornya, lalu menutup panci. Ia segera mencuci tangan di atas sink dan berjalan menghampiri istrinya.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Joilin udah nggak mau aku mandiin. Padahal aku pengen mandiin." Adunya.

"Ya, mungkin udah besar? Makanya malu." Jawab Bian, berusaha menenangkan istrinya.

"Tapi kan aku masih mau mandiin Joilin. Aku pengen jadi ibu yang membekas di hidup dia, mas. Ngertiin dong, mas." Anya kesal, mendengar jawaban Bian.

"Aku pengen dia inget kalau aku pernah mandiin dia, suapin dia, masakin dia, mas." Lanjutnya.

"Sayang," Bian menggenggam kedua tangan istrinya. "Aku tau, kamu sedang berusaha menjadi sosok ibu di hidup Joilin, tapi— Joilin sudah empat tahun terbiasa tanpa sosok ibu. Dia sudah terbiasa dengan itu semua."

Anya menghela napas panjang. "Aku pengen Joilin pandang aku sebagai Mamah dia, bukan istri kamu, mas."

"Iya sayang. Iya. Yaudah, gimana kalau dua hari dalam seminggu kamu tidur berdua sama Joilin? Deketin dia, ajak dia cerita tentang kehidupannya selama ini? Gimana?" Tawar Bian, memberi solusi.

"Empat hari, gimana?"

"Sayang! Kamu mau bikin aku kesepian tiap malem?!" Kini ganti Bian yang merajuk.

Hal itu disambut tawa oleh Anya, membuat Bian menghela nafas kesal.

****

Mobil yang Anya dan Joilin tumpangi sudah sampai di pelataran rumah Anya. Keduanya diantar oleh sopir kantor yang kebetulan bisa menjadi sopir pribadi Bian kapan saja.

Dengan boneka minion di pelukannya, Joilin langsung membuka pintu dan meloncat, lalu berlari menghampiri pintu utama kediaman Anya.

Dengan brutal, gadis cilik itu menggedor pintu rumah Anya dnegan tidak sabar.

"ENGKONG EYANG EMBAH ATUK KAKEK!" Teriaknya begitu antusias.

Anya menghela nafas panjang melihat Joilin yang begitu bersemangat bertemu papinya. Karena, gadis kecil itu selalu berhasil membuat papinya darah tinggi dalam waktu sekejap saja!

Tak lama, pintu terbuka, menampilkan sesosok pria tinggi dengan kulit putih dalam balutan kaos dan celana pendek.

Pria itu menatap aneh gadis kecil dengan rambut di kuncir dua, dan boneka minion di pelukannya. Jangan lupakan senyum Pepsodent yang menampilkan gigi gigi rapinya.

"Anak siapa?"

"Anak gue, kak!"

"What the fuck! L-lo hamil duluan?!"

🧌🧌🧌

Kangen Jamal?! Next chapter!

Jamal yang katanya bapaknya Joilin, akan kita ungkap di next chapter!

Jangan lupa ramaikan!

Spam next komen 500 disini!

Spam komen lanjut 500 disini!

Spam komen Bian 500 disini!

Bad Duda [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora