37. Kegilaan Froza

3.3K 145 0
                                    

"Kak, adeknya jagain ya! Papa mau pulang ambil baju ganti!"

Setelah Bima tersadar kemarin, ia menginap di rumah sakit untuk waktu yang cukup lama mengingat dia patah tulang, perlu perawatan intensif.

"Hati-hati di jalan pa," pesan Bima diangguki Froza.

Baru saja pintu tertutup tapi sudah terbuka lagi dan muncullah Max dengan pakaian santainya. Max masuk tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia langsung duduk di kursi yang berada di samping bankar Pitan, si kecil itu masih asyik dengan dunia bawah sadarnya.

"Kenapa kamu sering kesini?kamu gak sekolah?" Tanya Bima kepada Max begitu penasaran.

Pasalnya sudah dua hari ini, Max tidak pernah tidak absen untuk menjenguk Pitan. Bukannya Bima tidak suka, tapi Max hanyalah orang asing yang tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian.

"Suka-suka gue, masalah?" Jawab Max acuh. Dirinya tidak suka di ganggu saat melakukan kesenangannya.

"Kamu hanya orang asing disini," perkataan Bima begitu menohok bagi yang mendengarnya kalau tidak memiliki mental baja. Tapi, ini Max, cowok yang acuh.

"Orang asing? Tanpa gue mungkin adek lo udah mati!"

Sedangkan di lorong rumah sakit Froza hendak memasuki lift tapi terurungkan karena melihat segerombolan bodyguard yang ia pekerjakan tengah berbicara serius di depan ruang, ah Froza tidak tau apa namanya.

Nampak wajah mereka pucat pias dan nampak frustasi. Froza jadi penasaran hingga kakinya membawanya kesna. Hingga berjarak 10 langkah Froza langsung bersembunyi di balik tiang. Ia memasang telinganya tajam-tajam.

"Bagaimana ini? Pesawat yang di tumpangi nona terjatuh di hutan. Kemungkinan besar semua penumpang mati. Kita sudah berusaha mencari nona tapi tidak ada. Apa nona di makan binatang buas?" Raut wajah frustasi jelas terpancar di wajah pria berkepala plontos itu. Wef. Nama pria itu, jelas identitasnya diketahui, lantaran terdapat nametag di bajunya sebelah kiri.

"Huss, mulutnya. Kita kerja lebih keras lagi tanpa sepengetahuan tuan. Ingat nona harus ketemu dalam 2 hari ini!"

Kedua telapak tangan Froza mengepal. Oh, jadi Caca pergi darinya menaiki pesawat dan pesawat yang tumpangi jatuh di hutan, dan yang ada di berita itu. Pantas saja wajah asisten rumah tangganya nampak bimbang saat Froza tanya kemarin, inilah alasan mereka. Jadi mereka merencanakan ini bersama tanpa dirinya?

"Siapa yang mati?"

Seketika tubuh segerombolan bodyguard itu menegang. Dengan gerakan kaku mereka semua mencari sumber suara. Alangkah terkejutnya mereka melihat sang majikan yang berdiri di depannya dengan sorot mata tajam namun tetap ada kesan santainya.

"T-tu-tuan"

"Ya, kenapa? Siapa yang mati?" Tanya Froza sekali lagi membuat nereka saling pandang.

Si bodyguard kepala plontos dengan tubuh pendeknya menjawab, "i-itu tuan, penumpang pesawat yang jatuh di hutan"

"Oh pesawat itu," Froza mengangguk mengerti siapa sangka hal tersebut malah membuat nyali mereka menciut.

Bugh

Bugh

Bugh

Tiga pukulan Froza layangkan bertubi tubi ke bodyguard yang baru saja menjawab itu membuatnya tersungkur ke lantai ubin yang dingin itu, karena tidak siapa menerima serangan Froza.

"BODYGUARD GAK TAU DIRI LO! KEMANA ISTRI GUE!! BURUAN JAWAB!"

Froza kepas kendali, ia tidak peduli ini sedang berada di rumah sakit. Suster yang hendak menegur menjadi takut karna sorot tajam Froza.

Mas Duda (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang