16. About Mega

3.3K 207 1
                                    

Remaja 17 tahun yang malang. Duduk di pinggir trotoar siang bolong. Keringat sudah membanjiri seluruh tubuhnya dari atas kepala hingga ujung kaki. Setumpuk koran yang belum terjual satupun tidak membuatnya menyerah begitu saja.

Malah hal tersebut membuatnya semangat dalam dirinya membara. Senyum di wajah penuh keringatnya menimbulkan dua cekungan di samping kanan dan kiri bibir tipisnya. Menatap lembaran koran yang ada di sampingnya dan botol air mineral yang tersisa setengah yang berada di genggamannya secara bergantian.

"Ayo Mega, semangat jualan korannya. Masih ada ibu yang nunggu kamu!"

Kata-kata itulah yang setiap harinya bisa terucap di bibir tipisnya yang mulai mengering, disaat dia sedang bekerja.

Mega. Remaja yang sangat langka di muka bumi ini. Di saat teman temannya sekolah, bercanda ria dengan temannya bahkan sudah ada yang pacaran, dia sibuk banting tulang untuk hidup, untuk dirinya dan juga ibunya yang berbaring lemah di rumahnya.

"Koran, koran terbaru"

Kakinya berhenti melangkah saat ada pria dewasa yang menghadang jalannya.

"Dek, korannya dua ya!"

Binar mata Mega sangat ketara disaat pria dewasa itu membeli korannya. Dengan cekatan ia mengambilkan dua lembar koran.

"Ini kak, terimakasih"

Dua lembar uang lima ribuan telah di terima Mega. Pria dewasa itu lantas meninggalkan remaja 17 tahun dengan suasana hati yang gembira.

"Terimakasih Tuhan," batin Mega sumringah.

Tanpa disadari hari semakin larut, sang mentari sudah hampir tenggelam. Bersamaan dengan Mega yang meninggalkan pekerjaannya untuk kembali ke rumah.

Jalan setapak nan sempit, gelap, bau dan sunyi tak membuat Mega merasa takut ataupun gemetar. Itu adalah satu satunya jalan menuju rumah Mega. Jalan itu seperti menggambarkan kehidupan manusia. Jika engkau berhasil melewati kegelapan itu, maka kau akan menemukan cerahnya kehidupan.

Setelah 15 menit melewati jalan itu, akhirnya Mega sampai di rumah sederhana yang ia punya. Hanya ada lampu kecil untuk menerangi rumah itu.

"Ibu, Mega pulang." Begitu sampai di dalam rumah yang hanya ada dua ruangan itu Mega disuguhkan sosok wanita yang tengah berbaring di atas tikar usang.

"Sudah pulang, Mega?" Wanita itu menatap tubuh ringkih anaknya dari bawah, mulutnya tersenyum kecil.

"Ibu hari ini Mega dapet uang banyak, bisa beli obat buat ibu," bibir kering itu tak henti hentinya tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya yang membuat wanita di depannya juga ikut tersenyum.

"Jangan terlalu di paksa nak, ibu sudah bersyukur punya anak seperti kamu. Ingat pesan ibu, jangan takut untuk melakukan kebaikan!”

"Iya ibu"

🐄

Hidup itu seperti roda berputar, kadang di atas dan kadang di bawah. Tapi apakah kamu menyadarinya, bahwa di kehidupan sekarang ini, banyak manusia-manusia yang tidak tau yang namanya bersyukur.

Mereka hanya tau, hidup di atas bagaikan raja sangatlah enak, tapi mereka tidak tau bahwa ada kehidupan di bawah layaknya rakyat jelata yang tersiksa.

Tuhan memang adil dalam memberikan nikmat kepada makhluk-Nya setelah di bawah pasti akan berputar ke atas dan yang di atas pasti akan berputar kebawah pada masanya.

"Kenalin, aku Pitan, kakak siapa?"

"Aku Mega, salam kenal ya!"

Jabatan tangan itu langsung usai disaat Pitan menatap Mega dalam.

Mas Duda (SELESAI)Where stories live. Discover now