8. Insiden di gang

5.8K 306 0
                                    

Hari Minggu adalah hari yang di tunggu-tunggu, baik bagi pekerja ataupun anak sekolah. Sama seperti Froza dan juga Pitan, hari Minggu adalah hari yang mereka nanti.

Setiap hari Minggu pagi, Froza dan Pitan akan olahraga sejenak seperti lari kecil keliling kompleks perumahannya. Sama seperti pagi ini. Tapi naasnya Pitan tidak bisa ikut lari pagi, karena ia masih tidur bersama Bima pula.

Alhasil Froza mengajak Caca. Bukan mengajak lebih tepatnya memaksa. Sedangkan Caca yang biasanya hari Minggu untuk bermalas-malasan kini ia harus mengikuti perintah Tuan Mas Froza .

Dengan malas-malasan, Caca mengikuti Froza di belakang yang asyik berjoging. Keringat sehiji jagung mulai membasahi pelipis Caca. Wajahnya memerah lantaran nafasnya yang ngos ngosan. Kaos oblong yang ia gunakan sudah basah. Punggungnya sudah basah, bukan hanya punggung tapi juga seluruh anggota badannya. Bahkan rambutnya pun sudah lepek. Pasti bau. Pikir Caca.

"Stop!"

Intrupsi Froza yang jauh di depan Caca membuat berhenti. Froza berbalik menatap Caca. Pemandangan di depannya membuat Caca salah fokus. Si duda yang pamer otot lengan. Keringat membanjiri seluruh tubuhnya dari dagu hingga ke dada. Sehingga kaos oblong tanpa lengan yang tipis itu sudah basah karena keringat alhasil dada bidang dan juga perut Froza tercetak jelas dari luar. Dari luar aja menggoda iman apalagi kalau dari dalam, menggoda jiwa.

Eh, Caca menggelengkan kepalanya guna menghalau pikiran kotornya. Froza yang menatap Caca tersenyum misterius. Ia berjalan mendekati Caca yang berdiri mematung.

"Kenapa hmm? Terpesona sama gue?"

Caca terlonjak kaget lantaran Froza berdiri di depannya dengan kondisi yang menggoda iman kaum hawa. Lihatlah matanya yang tampak menggoda itu. Siap melelehkan tatapan Caca. Dan lihatlah jakunnya yang naik turun itu seakan menggoda Caca untuk ia lahap.

"Paan si, mas," anjirr gile, jantung Caca berdetak tak karuan saat ia selesai mengucapkan kata, mas. Seolah oleh dia adalah suaminya. Eh, ya semoga hahaha.

"Dah ayo buruan, tinggal 1 km lagi sampai di rumah!"

Tolongin Caca sekarang. Caca sudah tidak kuat dengan godaan ini bestie. Lengan kekar nan berotot itu tertengger manis di pundak Caca. Aroma maskulin masih melekat di tubuhnya walaupun keringat membanjiri tubuhnya. Jangan sampai duda ini mendengar detak jantung Caca yang menggila.

"Jalan buruan atau mau gue gendong?" Caca mengerjapkan matanya, gara-gara terlalu mengagumi sosok mahluk ciptaan tuhan ini, Caca sampai tidak sadar bahwa dia masih saja diam. Dengan segera Caca berjalan layaknya robot di samping Froza.

Dari persimpangan satu hingga ke persimpangan dua, banyak padang mata yang menatap kearah Caca maupun Froza. Tapi lebih ngeh si arah Froza. Dan Froza pun bodo amat.

"Lo tunggu sini, gue mau beli air mineral." Froza melepas rangkulannya dan langsung berjalan meninggalkan Caca sendirian di bawah pohon akasia.

Froza sudah kembali setelah 3 menit berlangsung ia pergi. Di gengaman tangan kanannya ada sebotol air mineral, mungkin beli di warung sebrang jalan, karena hanya itu warung yang Caca lihat.

"Kok cuma satu, gue engga di beliin?" Caca oh Caca. Kenapa engkau pede sekali?

"Emang lo tadi nitip?" Nah kan liat, Froza sudah mulai tengil lagi.

Ia membuka segel yang ada di boto air mineralnya lalu meminumnya dengan khidmat tanpa memedulikan Caca yang terbengong. Sial, lihatlah jakun itu yang naik turun seirama dengan air yang Froza telan. Sisa sisa air yang menetes di dagu tidak di hiraukan oleh Froza. Tanpa menatap Caca, Froza langsung mengguyurkan sedikit air mineral itu ke rambut tebalnya dan langsung ia acak acak dengan brutal alhasil sisasis air itu menyiprat kemana mana, bahkan ke wajah Caca.

Mas Duda (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang