T i g a p u l u h l i m a

Start from the beginning
                                    

"Pangelan buaya dan peli Joiyin."

Baik. Mendengar judulnya saja Bian sudah menebak. Itu adalah khayalan yang dibuat Sarga untuk anaknya.

"Gimana bro, mantap?" Celetuk Sarga dengan alis naik turun.

"Mantap lah. Gempur tiga hari."

"MAS!" Bentak Anya dengan mata melotot. Ia melirik Joilin yang menampilkan tampang bingungnya.

"Gue pulang sekarang nih?" Sarga bersuara.

Joilin yang mendengar itu sontak melompat turun dari gendongan Bian. Gadis kecil itu memeluk Sarga dengan erat. "Gaboyeh! Katanya Om Calga mau nikah cama Joiyin!"

"MAS!" Anya menunjuk Joilin. Suaranya terdengar kesal. Tatapan matanya seolah tersirat sebuah kalimat, "jewer nggak anak mu?! Udah genit dia tuh!"

"Apacih! Gaucah ili!" Sewot Joilin. Tak lupa ia menjulurkan lidahnya kepada Anya.

"Mas. Aku ngambek ya." Anya sudah menghentakkan kakinya di atas lantai.

"Aku mau tidur sama anak ku. Udah tiga hari nggak tidur sama anakku." Anya merengek. Ia menatap Sarga sinis, membuat pria itu meringis. Merasa bersalah.

"Joiyin, tidur sama Mama Anya sama Papa—"

"Cuman aku sama Joilin Mas!" Anya menyahut.

Bian menarik nafas panjang. "Iya sayang. Ini aku bujuk anaknya dulu ya."

***

Bian mengecup pelipis istri dan anaknya secara bergantian, sebelum ia melangkah keluar kamar dengan pelan pelan.

Setelah menutup pintu, Bian menghampiri Sarga yang merokok di luar rumah.

"Gimana?" Tanya Bian. Tangannya bergerak menyahut rokok yang tergeletak di atas meja.

Mengambil satu batang, dan menyalakan korek untuk ia bakar ujungnya, sebelum ia hisap dalam dalam.

"Mirip banget sama kelakuan bapaknya gak sih, Joi?" Gumam Sarga.

Bian tertawa kecil. "Agak lah, setengahnya mirip gue. Didikan gue soalnya."

"Bukan, bukan itu. Wajahnya, cara marahnya, manjanya, mirip papa aslinya." Balas Sarga.

Bian terdiam. Rautnya mengeras, terbukti dari rahang yang mengetat. Mulutnya mempout, menghisap dalam dan keras puntung rokok yang menyala itu.

"Mau gimana? Emang darah daging si bajingan itu." Berusaha tegar, Bian membalas.

"Udah keluar dari penjara dia?" Tanya Sarga lagi.

Bian menggeleng. Tidak tau. "Nggak ngurusin lagi. Yang penting jangan ganggu hidup gue sama anak gue."

"Kalo misal, dia dateng lagi, minta Joilin, lo gimana?" Tanya Sarga hati hati.

"Cari mati dia." Jawabnya lugas, tanpa getar sedikit pun, namun tersirat nada ketakutan di dalamnya.

Bukan, Bian bukan takut menghadapi pria itu. Bian jauh lebih takut ketika Joilin tau bahwa dia bukan darah dagingnya. Joilin tau bahwa orang yang selama ini dia panggil PapaBi bukanlah Papa yang sebenarnya.

"Oiya, selama lo tinggal, ada tukang sayur yang dateng, nawarin sayur mulu. Sehari bisa lima kali dateng. Gue sampe capek." Sarga menghentakkan punggungnya ke sandara kursi.

Tanpa Sarga menyebut siapa pelakunya pun Bian sudah tau. Siapa lagi kalau bukan Jamal.

"Namanya—"

"Jamal." Potong Bian, tepat sebelum Sarga menyebutkan nama pria itu.

"Nah iya! Katanya dia mantan calon suami Anya. Sinting kali ya itu orang?" Gumam Sarga.

"Tapi ganteng sih, gak mungkin tukang sayur gitu." Sarga menimpali perkataannya lagi.

"Ganteng tapi kalo Anya maunya sama gue, Jamal bisa apa?" Kekehnya sombong.

"Lho mas?! KAMU NGEROKOK?!"

Mampus kamu Bian.

🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️

Bagaimana chapter ini?

Drama keluarga prik akan dimulai!

Ehm, honeymoon day 2 besok ya di karya karsa ☺️🥰

Seminggu gak update? GAK KERASA SUMPAH 😭😭😭🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Klo Cici buat Channel telegram gimana? Biar buat kasih info update dan sebagainya.. soalnya wa gc nya udh gatau gimana 😭😭😭😭

Spam komen 500 disini!

Spm komen 500 disini!

Bad Duda [END]Where stories live. Discover now