50. Kecerdasan Fiona

4.9K 625 14
                                    

Seekor burung merpati terbang melintasi lapangan kastel Abbott. Seperti biasa, para pasukan sedang berlatih, dengan dipimpin oleh Linden. Namun, Linden berhenti sejenak, ketika si merpati mendekat ke arahnya, hendak hinggap di pundak.

Dengan sigap, Linden mengulurkan lengan, agar merpati tersebut bertengger di atasnya. Hewan ini adalah merpati biasa, dengan bulu berwarna cokelat gelap. Linden mendapatkannya dari seorang pedagang, dan melatihnya menjadi media pengantar pesan. Lebih tepatnya, pesan antara dirinya dan seorang mata-mata yang diperintahkan untuk mengawasi area di luar perbatasan Warwick.

Sudah lama sekali, ia tidak memberiku info apa pun. Ada apa kali ini? batin Linden dalam hati. Pemuda itu mengambil gulungan kertas kecil di kaki si burung, lalu membiarkan burung itu terbang ke kandangnya di kastel.

Linden membaca saksama apa yang tertera dalam gulungan kertas. Ia terbelalak, lalu sesaat kemudian, dahinya berkerut. 

Sudah kuduga, kalau Fiona seperti itu. Apa aku harus memberitahu Kak Lucas?

Di kertas tersebut, tertulis hal-hal janggal mengenai diri Fiona Nayesa. Sebagian sudah Linden ketahui, sebagian lagi ia hanya menduga-duga. Selama ini, Linden tidak pernah ingin ikut campur urusan orang lain, termasuk Lucas. Meski bisa dikatakan ia memiliki jaringan informan yang tersebar di seluruh penjuru negeri, tetapi ia hanya diam, selama tidak mengancam reputasi Foxton.

Namun, sekarang bahaya itu ada, bila menyangkut nama Fiona. Gadis itu terlanjur terlibat jauh dalam bisnis kuliner Lucas yang kini dibuka di distrik elite. Tidak begitu berarti saat mereka masih menjalankan kedai biasa. Namun, distrik elite penuh oleh para bangsawan. Itu berarti, nama Foxton juga akan dipertaruhkan, andai terbukti keberadaan Fiona mengancam.

Linden membubarkan latihan pagi lebih awal, membuat para anggota pasukannya terheran-heran. Pemuda itu pun segera pergi menuju kastel lantai tiga, tempat kamar Lucas berada.

***

"Kenapa kau tiba-tiba ingin membicarakan Fiona?" tanya Lucas. Saat ini, ia sedang bersiap-siap ke restoran, mengenakan kemeja dan setelan jas. Ia terkejut ketika adiknya tiba-tiba memasuki kamar dan menyinggung nama Fiona.

Linden mengangkat sebelah tangan, mengisyaratkan agar semua pelayan yang ada di sana segera keluar. Setelah hanya tinggal Lucas dan Linden, sang putra kedua bergerak ke arah pintu, menguncinya rapat-rapat.

"Aku tahu, Kakak yang membawa gadis itu kemari dan mempekerjakannya sebagai pelayan." Linden mengambil napas sejenak, lalu menatap Lucas lekat-lekat. "Aku juga sebenarnya tahu, apa pekerjaan sampingannya saat malam hari di kamarmu."

Betapa jantung Lucas hampir copot karena saking terhenyak saat mendengar pernyataan adiknya itu. "Ka-kau ... tahu semuanya?"

Linden mengangguk mantap. "Aku tahu sejak lama. Bahkan sejak beberapa hari gadis itu mulai bekerja di kastel ini."

Dahi Lucas berkerut. Ia memandang adiknya curiga. "Kau ... tidak mengatakan apa pun pada Ayah?"

"Untuk apa?" Linden mengempaskan diri di atas sofa empuk yang ada dalam kamar kakaknya itu. "Selama tidak mengancam reputasi keluarga, itu berarti bukan urusanku untuk ikut campur. Justru yang terjadi bisa sebaliknya, bila aku memberitahu Ayah. Itu sebabnya aku diam saja. 

"Apa kau tidak takut, tindakanku itu bisa ketahuan oleh orang lain?"

"Andai itu terjadi, aku bisa langsung membungkam orang tersebut. Selama masih terjadi di Warwick, segala tindakan Kak Lucas mengenai hal yang satu itu masih bisa kukendalikan," sahut Linden penuh percaya diri. 

"Lalu, kenapa sekarang kau tiba-tiba membicarakannya denganku?" tanya Lucas lagi, masih tak mengerti.

Linden menyodorkan gulungan kertas kecil yang sedari tadi digenggamnya pada Lucas. Kakaknya itu pun membacanya pelan-pelan.

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu