36. Proposal

4.7K 678 11
                                    

Halo, gaes. Minta dukungannya berupa share link cerita ini di sosmed masing-masing, ya! Biar makin banyak yang baca, hehe. Makasih banyak. 🤗 Selamat membaca!

***

"Aku tidak ingat, pernah merekrut seseorang bernama Fiona untuk jadi pelayan di kastel ini."

"Ah, itu ... ." Lucas terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab. "Dia adalah orang yang kutemukan di Desa Glossop. Dia butuh pekerjaan, jadi aku membawanya kemari."

Lucas menjawab tanpa ragu. Alfred mengamati wajah putranya beberapa saat, memastikan tidak ada perubahan ekspresi yang terjadi. "Baiklah," ucap beliau kemudian.

Lucas mengembus napas lega perlahan. Ia berharap agar jangan sampai Duke Foxton tahu mengenai kelakuannya di masa lampau.

"Jadi, apa yang kau inginkan dariku?" tanya Alfred.

Lucas menegakkan posisi duduknya. Lelaki itu menatap mata ayahnya. Selama ini, ia selalu takut menatap langsung atau bahkan hanya berbincang seperti ini berdua saja. Lucas takut diberi beban tambahan. Lucas takut dikomentari lagi untuk segala tindakan yang dia lakukan. Dulu, dia terlalu takut akan semua hal.

Kini, entah mengapa rasanya ada kepercayaan diri yang menyeruak dari dalam diri. Mungkinkah karena ia sering berhadapan banyak orang selama bekerja di kedai, maka dia jadi lebih memahami orang lain? Atau mungkin karena keuntungan yang sudah didapatkannya, ia jadi yakin kalau telah memenuhi tantangan sang ayah?

Atau mungkin, karena ia mendapat dorongan dari Fiona agar lebih berani menghadapi dunia?

Lucas menyunggingkan seulas senyum tipis, begitu mengingat nama Fiona. Nama gadis itu selalu dapat membuatnya tersenyum akhir-akhir ini.

Lucas mengeluarkan gulungan kertas yang sedari tadi dibawanya, berisi laporan keuangan kedai. Ia membentangkan gulungan tersebut dan memperlihatkan pada Duke Alfred.

"Ini hasil keuntungan yang telah didapatkan dari hasil mengolah pangium. Untuk lahannya, memang belum seratus persen balik modal, tapi aku yakin tak lama lagi hal itu akan terwujud."

Alfred mengamati dan menganalisis hasil laporan tersebut. Keuntungannya memang belum seberapa dibandingkan dengan pemasukan seorang Duke, tetapi untuk sebuah usaha yang baru dirintis, dengan produk yang baru pula, hal ini cukup bisa dibanggakan.

"Bagus." Alfred mengangguk-angguk sambil terus membaca laporan. Lalu, ia menggulung kertas itu kembali. Lucas pun menambahkan. "Kuharap, itu bisa jadi bukti kalau aku telah memenuhi tantanganmu."

Kemudian, Alfred menyunggingkan senyum. Sudah tak terhitung berapa lama sejak terakhir kali ia merasa senang pada apa yang dilakukan oleh putra sulungnya. Selama ini, beliau berharap banyak dan selalu dikecewakan. Kini, ia melihat putranya telah berubah, bahkan menyerupai dirinya sewaktu muda dulu.

"Bagus, kau berhasil, Nak. Kau membuatku bangga. Baiklah." Alfred terdiam sejenak. "Akan kucabut hukumanmu. Akan kukembalikan jatah finansialmu seperti semula."

"Terima kasih!" seru Lucas. Alfred mengangkat alisnya. "Apa rencanamu setelah ini?"

"Kami berencana akan membuka cabang di distrik perbelanjaan elite, agar para bangsawan juga bisa menikmati rawon."

"Hmm," gumam Alfred seraya berpikir sejenak. Matanya membulat ketika ia berhasil mengingat sesuatu. "Aku hampir lupa. Tiga hari dari sekarang, akan ada jamuan pesta di kastel Dunhill. Kau ikutlah dengan kami."

"Kastel Dunhill?" tanya Lucas memastikan. Kastel tersebut terletak di kota Hamich, dan merupakan kediaman seorang Count. "Pesta apa?"

"Dalam rangka terpilihnya adik dari Count Alex Basset sebagai Putri Terpilih," jawab Alfred. "Aku, ibumu, dan Linden akan hadir. Kau juga datanglah. Aku ingin menunjukkan calon penerusku pada semua orang. Kita akan berangkat besok pagi."

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)On viuen les histories. Descobreix ara