34. Promosi

4.7K 734 33
                                    

"Ayo, siapa yang berani!" teriak Seri sekali lagi. Namun, para pengunjung tetap tidak ada yang berani mendekat.

"Kelihatannya sih, enak, tapi aku takut!"

"Kerabatku pernah ada yang tak sadarkan diri akibat memakan buah pangium!"

Menyadari bahwa warga tidak juga mengambil tantangan tersebut, Fiona maju ke depan meja. "Tuan dan Nyonya, racun pangiumnya sudah ditiadakan! Dengan cara fermentasi yang benar, kalian bisa memakan masakan ini tanpa perlu khawatir!"

"Tapi, apa jaminannya kalau kami akan baik-baik saja?" tanya seorang pria yang akhirnya ikut maju ke depan kerumunan. Lalu, ada warga lain juga yang menimpali, "Benar! Dapat seratus ribu tapi kami harus kehilangan nyawa, itu tidak sebanding!"

"Kami yang akan menanggung." Suara yang dikenal tiba-tiba terdengar. Linden datang bersama kedua pengawalnya, membelah kerumunan. Semua warga yang ada di sana terkesiap, lalu langsung mundur dan menundukkan pandangan untuk menghormati. Lucas pun ikut terkejut melihat kehadiran adiknya tersebut.

Linden maju ke meja demonstrasi, lalu berbalik menghadap warga. "Kalau ada masalah yang terjadi pada nyawa kalian, maka jangan khawatir. Keluarga Foxton yang akan menanggung seluruh biaya hidup anggota keluarga yang ditinggalkan sampai dua turunan."

"Waahh ... ." 

Para pengunjung terkesiap. Kedua mata Fiona pun ikut terbelalak dan menoleh pada Linden. Namun, pemuda itu tidak menarik kata-katanya. Meski begitu, warga belum juga ada yang mau maju. Sampai akhirnya, wanita tua yang tadi sempat memeriksa biji kluwek tiba-tiba berjalan ke arah Fiona. Beliau menarik kursi di sebelah gadis pelayan tersebut dan duduk di atasnya.

"Kalau kalian tidak berani, biar aku saja," ucap si wanita tua, sembari tangan kanan mengaduk rawon di hadapannya. "Kalian tidak perlu membayar apa pun, andai terjadi sesuatu padaku. Aku hidup sendirian."

Tanpa ragu lagi, ia menyendok sesuap ke dalam mulut. Wanita itu memejamkan mata, berusaha merasakan lebih dalam lagi makanan yang sedang ia coba. Kedua matanya terbelalak, ketika nikmat kuah rawon seolah meledak-ledak dalam mulut, ditambah dengan empuknya daging sapi yang direbus lama.

"Ini ... enak! Benar-benar lezat!" teriaknya, lalu melahap rawon dengan cepat. Hanya dalam waktu beberapa menit, isi mangkuk telah habis. Wanita itu menyodorkan mangkuk kosongnya pada Fiona dan berkata, "Kurangi uang hadiahku, aku mau tambah!"

"Wah, apa seenak itu?" Para warga mulai mendekat. Seri pun menanggapi, "Yang lain, kalau mau rawonnya, ayo masuk ke dalam kedai, masih ada banyak untuk semuanya! Harga semangkuknya 150 chimpe saja!"

"Aku mau! Aku pesan semangkuk!"

"Untuk kami dua, ya!"

Para pengunjung kembali membentuk antrean. Grotto dengan sigap membereskan semua peralatan demo masak dan membawanya masuk ke dalam kedai. Sementara itu, Seri mencatat pesanan para pengunjung dari ujung antrean. 

Lucas dan Fiona menjauh dari kerumunan. Mereka menghampiri Linden yang berdiri di depan kedai. "Tuan Muda, terima kasih sudah menyelamatkan kami!" seru Fiona. 

Linden memandang sebal pada Fiona dan kakaknya. "Kalau sampai kedai ini tidak laku, aku yang malu. Karena kalian pakai lukisan wajahku!" serunya, seraya menunjuk pada spanduk iklan yang terpampang di depan kedai. Fiona dan Lucas spontan tergelak.

"Hei, kalian berdua!" Grotto melongok dari jendela dapur yang ada di belakang Lucas berdiri. Tangannya memegang spatula dan panci. "Pesanan mulai menumpuk, ayo masuk dan mulai bekerja!"

***

Semenjak hari pembukaan kedai, ketampanan Lucas dan daya tarik nama Foxton sebagai pemilik kedai cukup menarik perhatian, terutama dari kalangan wanita. Setiap harinya, hampir seluruh meja ditempati oleh kaum hawa yang ingin makan rawon atau bahkan hanya sekadar melihat ketampanan Lucas dari balik jendela dapur. 

Tembok pembatas antara area makan dan dapur memang sengaja dibongkar dan digantikan dinding kaca. Pengunjung dapat melihat proses masak yang terjadi di dapur dari meja mereka. Cara ini merupakan salah satu yang menarik pengunjung untuk datang dan menyaksikan secara langsung kalau rawon aman untuk dimakan. Di dunia ini, belum ada restoran yang dapurnya diperlihatkan seperti di kedai ini.

Sebagai ujung tombak bagian pemasaran, Fiona selalu mengumpulkan data animo masyarakat. Karena yang datang kebanyakan adalah kaum hawa, maka Fiona mengadakan paket makan keluarga berhadiah mainan, supaya para suami dan anak-anak juga ikut merasakan rawon di kedai mereka. 

Fiona juga merencanakan berbagai acara menarik untuk menarik pengunjung dari berbagai kalangan. Di hari Jumat, diadakan lomba makan rawon sebanyak-banyaknya, dan para prajurit pria banyak yang mengikuti kegiatan ini. Di hari tertentu, Fiona memasang diskon beli satu gratis satu untuk yang datang berpasangan. Fiona juga sering mengundang para pemusik untuk bermain di panggung kedai setiap Sabtu malam. 

Makin banyak pengunjung, makin kerepotan pula bila hanya ditangani oleh empat orang saja. Maka dari itu, Lucas mulai merekrut dua pelayan dan koki tambahan. Setiap paginya, Seri berbelanja daging ke pasar, sementara Lucas dan Fiona mengolah biji kluwek dari lahan pohon pangium setiap kali mereka kehabisan. Roda perdagangan bergulir cepat. Yang tadinya keuangan mereka menipis, kini telah balik modal. Kedai sudah menghasilkan keuntungan hanya dalam waktu lima bulan saja.

Seluruh ilmu pemasaran yang Fiona tahu, ia kerahkan semuanya. Semua hal itu berhasil baik, sampai-sampai ada permintaan datang pada Lucas, untuk membuka cabang di distrik perbelanjaan bangsawan. Ia tak menyangka, kaum elite juga tertarik untuk memakan rawon.

"Ah, akhirnya ada juga bangsawan yang tertarik," ucap Fiona, ketika Lucas memberitahukan hal tersebut. Kedai sudah tutup. Seri dan Grotto sedang membersihkan meja-meja serta peralatan masak bekas pakai. Sementara itu, Lucas dan Fiona sedang menghitung keuangan mereka di kasir.

"Kau sudah mengantisipasi hal ini?" tanya Lucas.

Fiona mengangguk. "Tentu. Ketika ada suatu tren baru, maka kaum orang kaya tidak akan mau ketinggalan. Seandainya, Anda bukan putra seorang Duke, para elite pasti sudah melayangkan protes karena merasa tidak didahulukan."

"Jadi, kita harus bagaimana?"

"Mereka itu sumber uang, kita tidak boleh menyia-nyiakannya, hehe!" sahut Fiona sambil cengengesan. "Permasalahannya sekarang adalah tempat. Bangsawan tidak akan mau singgah kalau tempat makannya adalah kedai seperti ini."

"Jadi?"

Fiona berpikir sejenak, matanya menerawang ke langit-langit. "Kita harus mencari tempat yang mewah. Lalu membeli peralatan makan yang mahal. Segala sesuatunya harus wah, agar mereka mau membayar lebih untuk menu yang sebenarnya sama saja seperti di sini. Akan tetapi, kita tidak punya modal sebanyak itu."

"Hmm ... . Ada caranya." sahut Lucas.

Fiona menoleh pada majikannya itu. "Apa?"

"Aku harus meminta bantuan ayahku. Kita sudah mendapatkan keuntungan, jadi sudah saatnya dia mengembalikan kondisi finansialku seperti semula," jawab Lucas.

"Oh, benar juga!" sahut Fiona girang. Ia kembali fokus pada tumpukan uang kertas di tangannya, menghitung dan mencatat semuanya di atas kertas.

"Selain itu," ucap Lucas lagi.

"Apa?" tanya Fiona, tetapi matanya tak lepas dari hitung-hitungannya.

"Mengenai perjanjian kita, sudah waktunya kita membicarakannya lagi."

"Perjanjian?" Fiona menoleh ke arah Lucas. Gadis itu hampir melupakannya, kalau saja Lucas tidak mengingatkan.

"Perjanjian kita tentang statusmu."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang