10. Perbedaan

5.7K 701 7
                                    

Hari yang dinanti Lucas pun tiba, dan Fiona masih memejamkan mata. Gadis itu sudah bangun. Saat ini pun telah berdiri siaga di lobi sambil menunggu tuannya turun. Namun, rasa kantuk yang menyerang membuat matanya tertutup dengan posisi badan tetap berdiri. Bahkan, ia tidak sadar kalau Lucas sudah ada di hadapannya saat ini.

"Fiona." 

"Hmmm ... ."

"Fiona!"

"Hah?! Eh, ah, Tuan Lucas! Pagi!" sahut Fiona. Ia gelagapan, lalu mengusap sudut bibir, barangkali ada iler menempel. 

Lucas menatap pelayannya itu heran. Ada sedikit kantung kehitaman mulai tampak di bawah kedua mata Fiona. "Kau tidak tidur semalam?"

"Hah? Oh, umm ... tidur ... ." Fiona menguap lebar, tanpa ia tahu bahwa tindakan itu tidak sopan di hadapan seorang majikan. 

Sudah dua malam berlalu sejak Fiona berada di dunia yang baru ini. Ia tidak dipanggil ke kamar Lucas, dan hal itu merupakan sesuatu yang baru bagi kehidupan Nayesa. Biasanya, gadis itu harus pergi ke kamar tuannya setiap malam. Namun, tetap saja Fiona tidak bisa terlelap di malam hari. Ia terbiasa tidur di atas kasur empuk spring bed di dunia sebelumnya. Meski tidak senyaman tempat tidur Lucas, tetapi yang jelas lebih empuk dibanding dipan kayu dengan kasur tipis di kamar pelayan yang ditempatinya saat ini.

Asrama pelayan dilengkapi satu kamar bagi satu orang. Isi kamar pelayan berupa meja dan kursi sederhana. di sudut ruangan terdapat lemari pakaian yang berisi beberapa set kemeja putih dan celana hitam untuk lelaki, atau gaun hitam untuk perempuan. Lalu ada cermin di atas meja, setinggi dari kepala sampai dada. Terakhir, dipan kayu dengan kasur bulu tipis di atasnya.

Sepanjang malam, Fiona gelisah dan tak bisa tidur nyenyak. Kamarnya sempit. Pengap sekali dengan tidak adanya sumber angin berembus, kecuali lubang ventilasi kotak di dekat langit-langit. Fiona biasa tidur dengan AC atau kipas menyala. Kali ini, hanya angin alami yang bisa ia andalkan. Fiona menghabiskan waktu, bukannya tidur malah kipas-kipas.

Namun, Lucas tampak tidak keberatan Fiona menguap seperti itu. Pemuda itu malah tertawa dan berkata, "Kau bisa lanjut tidur di dalam kabin. Ayo!"

Kabin kereta kuda tiba di halaman depan kastil Abbott. Kabinnya dicat hitam legam dengan ukiran berwarna emas di pinggirannya. Terdapat lambang keluarga Foxton di sisi luar pintu kabin, berupa siluet kepala rubah emas yang menghadap depan, dengan latar belakang warna hitam, cocok dengan warna kabinnya.

Fiona pernah melihat kereta kuda milik keluarga Foxton sebelumnya, saat kemarin ia melintasi area belakang kastil. Kereta-kereta itu berjejer rapi di parkiran dekat kandang kuda. Di antara semuanya, ada satu yang memiliki pintu paling lebar. Fiona sempat heran, kenapa yang satu itu berbeda sendiri. Sekarang gadis itu tahu jawabannya, ketika kendaraan yang dia maksud ada di depan mata.

Begitu kereta tiba tepat di hadapan Lucas, seorang pengawal membukakan pintu. Lebarnya pasti didesain khusus untuk Lucas, karena bila tidak, sang tuan muda tidak akan mungkin bisa masuk. Fiona menyusul setelah Lucas merapatkan tubuhnya di kursi pojok. Pemuda itu terlihat sangat tak nyaman dengan posisi duduknya.

"Tuan, kenapa?" Fiona menyadari yang Lucas lakukan, ketika dia baru saja duduk di jok berlapis beludru di seberang Lucas. Pemuda itu menggeleng. "Tak apa," jawab Lucas.

Fiona mengerutkan dahi dan memperhatikan kaki tuan mudanya. Perut gembul Lucas sampai terdesak di antara kedua paha. Sesaat kemudian, Fiona membulatkan mulut. Ia mengerti.

"Tuan, di sini masih luas. Lihat!" Fiona mengangkat kaki, berselonjor sampai jok di depannya. Gaun hitamnya sampai terangkat, menyingkapkan betis. Lucas terbelalak. "Hei, apa yang kau lakukan!"

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon