38. Renata

5.3K 665 19
                                    

Alunan nada mengalir lembut, merangkai not demi not menjadi musik yang dapat menggugah perasaan siapa pun yang mendengarnya. Suasana Kastel Dunhill begitu damai, di kala sang putri keluarga Basset sedang memainkan pianonya seperti saat ini. Angin semilir yang berembus dapat dirasakan dari gazebo taman, tempat Renata Basset dan teman-temannya saat ini berada.

Para putri bangsawan yang tengah berkumpul di jamuan teh sore itu turut mendengarkan, menikmati setiap nada-nada sembari memperhatikan tuts piano yang ditekan. Ada juga yang memejamkan mata, saking terbawa perasaan.

Ketika musik selesai dimainkan, kelima ladies yang hadir langsung berdiri dan bertepuk tangan. "Luar biasa, Lady Renata! Anda sangat piawai bermain piano!"

Renata mengangguk seraya melakukan curtsy sejenak. Tubuhnya yang sintal terbalut gaun berwarna merah muda, berhiaskan kelopak-kelopak mawar kecil memenuhi ujung rok. Sinar matahari menimpa kulit mulus gadis itu, dan juga rambut hitamnya yang lurus sampai pinggang. Bibirnya yang merah merona tanpa pewarna, membuat kecantikannya terpancar begitu alami. Tak heran, ia mendapatkan gelar Putri Terpilih tahun ini.

Renata menatap ke arah teman-teman sesama ladies, sebelum duduk kembali di kursi. Ia mengambil cangkir teh di hadapannya dan menyesap isinya perlahan.

"Terima kasih atas segala pujiannya," ucap Renata sembari tersenyum.

"Ah, andai aku laki-laki, pasti aku sudah melamar Nona Renata ini!" seru salah seorang gadis. Yang lainnya pun mengiyakan. "Benar sekali!"

"Ah, pasti Nona Renata juga sudah mendapatkan permintaan lamaran dari seluruh laki-laki di penjuru negeri!"

"Yang Mulia Ratu memang tidak keliru ya, dalam menetapkan siapa yang pantas mendapatkan gelar Putri Terpilih, meskipun beliau sedang sakit sekarang."

"Ah, kudengar sakit Yang Mulia Ratu kambuh. Apakah benar?"

"Iya, beliau pingsan lagi beberapa hari lalu. Kasihan, ya!"

"Kerajaan belum sempat memiliki keturunan. Kira-kira, bagaimana nasib negeri ini, setelah nanti Yang Mulia Raja tidak sanggup memimpin lagi?"

Renata hanya mendengarkan semua obrolan teman-temannya itu dalam diam. Sesekali, ia tersenyum menanggapi. Dari jamuan teh semacam inilah, gadis itu bisa mengumpulkan banyak informasi seputar yang terjadi di dalam negeri. Meskipun kadang ia bosan juga.

Mereka ini, apa sehari-harinya hanya bisa bergosip dan berdandan saja? ucap Renata dalam hati, sembari mengembus napas panjang. Walau bosan pun, ia tidak diperkenankan meninggalkan jamuan teh tersebut. Keanggunan dan citra ramah-tamah dirinya harus tetap ia jaga di hadapan mereka semua.

Renata ingin segera menyudahi pesta ini. Ia sudah bosan, padahal baru sekitar sepuluh menit berjalan. Suasana hatinya sedang tidak baik, setelah kemarin bertengkar dengan sang kakak. Akan tetapi, pesta jamuan teh Renata Basset terkenal diadakan paling tidak sebulan sekali, atau para gadis bangsawan lainnya akan bertanya-tanya. Sosialisasi harus tetap dilakukan, untuk menjaga reputasi baik di mata masyarakat.

"Ah, andai saja negeri ini memiliki Pangeran. Aku yakin sekali, pasti sudah jatuh hati pada Nona Renata kita ini!"

"Hoho, tentu saja!" Topik pembicaraan kembali tentang Renata, meski ia sedari tadi diam saja.

Renata ikut tertawa kecil. "Ah, kalian bisa saja!"

"Tapi ... yang saat ini selevel dengan 'Pangeran' untuk bisa bersanding dengan Nona Renata, adalah putra Duke Foxton, benar?"

"Ah, iya ... ." Semuanya terdiam. Hampir sebagian besar warga di pelosok negeri ini memang telah mendengar rumor mengenai calon penerus Foxton yang tak bisa diandalkan. Menurut kabar, lelaki itu tidak seperti putra kedua yang lebih hebat dalam segala hal. Bahkan gosip yang terakhir adalah kalau calon penerus keluarga Foxton tersebut baru saja tertipu dalam transaksi jual beli lahan.

Kedai Rawon di Isekai (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now