8

58 4 0
                                    


Mana semangatnya, Zeyeng ....

Jangan lemes komen, dong



Hari ini pesta pertunangan Bobby akan dilangsungkan. Sabrina sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Dari pakaian, juga rencana bagaimana nanti dia harus merias diri. Termasuk kado yang dibeli dengan uang tabungannya sendiri.

Perempuan itu mempersiapkan semuanya. Mengingat Bobby adalah salah satu teman terbaiknya yang menerimanya bekerja sebagai salah satu karyawan di toko bunga milik laki-laki tersebut.

Tapi, Kai punya kejutan besar. Dia sudah menunjuk salah satu calon ternama untuk membantu Sabrina tampil lebih sempurna. Untuk kado, jika Sabrina masih memberikannya Kai tidak memaksa hanya saja laki-laki itu sudah menyiapkan hadiah terbaik juga untuk sahabatnya tersebut.

Sebenarnya, itu masih jadi hal biasa saja justru yang mengejutkan adalah ketika Kai berkata bahwa dia akan menemani Sabrina pergi ke salon.

"Kenapa sekarang jadi mau menemaniku?" tanya Sabrina.

"Memangnya kenapa?" Kai malah berbalik tanya. "Apa aku nggak boleh?"

"Bukannya nggak boleh. Tapi ...."

Satu tahun yang lalu masih waktu yang terlalu dekat untuk melupakan bagaimana perlakuan Kai. Jangankan menemani ke salon, untuk datang bersamanya dalam sebuah pesta saja adalah aib bagi Kai. Dia bahkan pernah mendorong Sabrina cukup kasar hingga terhuyung.

Meskipun sekarang keduanya sudah berdamai dan Kai mengatakan bahwa dia ingin menjadi laki-laki yang baik, tetap saja setiap perubahan yang terjadi pada dirinya masih membuat Sabrina bertanya-tanya.

Kai menyadari sendiri betapa buruk sikapnya dulu. "Ya, aku tahu kamu pasti masih sakit hati soal yang pernah aku lakukan ke kamu." Kata-katanya membuat Sabrina sedikit merasa tidak enak. Dia tidak bermaksud untuk mengungkit lagi hanya merasa penasaran.

Kai sekarang sudah berada di depan Sabrina, menangkup wajahnya menekan sedikit tanpa bermaksud menyakitinya. Hanya merasa gemas.

"Aku sudah mulai berubah. Jangan diungkit terus, dong. Itu membuatku merasa bersalah dan nggak nyaman."

"Maaf, nggak maksud untuk kayak gitu."

Kai mempertimbangkan lagi keinginannya, takut Sabrina merasa tidak nyaman. "Kalau nggak mau berangkat ke salon nggak apa-apa. Nanti biar aku panggil petugasnya ke rumah."

Memikirkan soal rencana suaminya, Sabrina Malah penasaran apa yang dipikirkan Kai tentang tampilannya saat ini.

"Menurutmu apa aku kurang cantik, sampai harus dibawa ke salon?"

Kai merotasi mata. Dia tergelak. Posisi tangannya kebetulan masih di wajah Sabrina, membuatnya dengan mudah menarik wajah perempuan itu kemudian mengecup bibirnya singkat.

"Mana mungkin kamu kurang cantik. Aku cuma mau kamu lebih percaya diri untuk datang denganku. Lagian Bobby juga pasti bakal cerewet kalau aku nggak jaga kamu baik-baik setelah peristiwa kemarin."

Urusan Bobby yang memang bisa jadi salah satunya orang yang berani menasehati Kai-- bahkan tidak akan tanggung-tanggung menghinanya sebagai laki-laki bodoh--memang tidak perlu diragukan lagi.

Membayangkan itu membuat sudut bibir Sabrina tanpa sadar terangkat.

Kai memperhatikannya. Secara spontan dia berkomentar, "Nah, gitu. Senyum."

Sabrina tersipu. Dia sedang merasa bahagia saat ini, tapi ttidak bisa melupakan satu orang.

Meskipun jahat, tetap membuat rasa iba di hatinya tergelitik.

Sabrina dan KaiWhere stories live. Discover now