30 ÷ City Light

86 34 1
                                    

Finally! Lentera Laskar kepala 3 ehe >,<

Motor Laskar berhenti di depan rumah sakit. Kemudian Lestari turun dari motor itu.

Angin malam membuat Lestari sedikit kedinginan. Hal itu membuat Laskar melepas jaketnya dan memakaikannya pada Lestari. Menyisakan kaos sebatas lengan saja. Jika mencari lelaki yang peka, maka Laskar adalah pilihan yang pas. Dia memang peka sekali.

"Nggak usah, nanti kamu kedinginan," kata Lestari. Alih-alih memakainya, ia malah melepas jaket Laskar dan menolak pemberiannya.

"Masuk cepet," suruh Laskar yang kini mengeratkan jaket pada tubuh Lestari. Lelaki itu tidak akan membiarkan Lestari kedinginan. Suhu malam ini entah mengapa turun. Biasanya panas sekali padahal.

"Oke, aku masuk dulu. Hati-hati, Kar. Jangan ngebut," peringat Lestari.

"Iya, aku pulang dulu."

Laskar melempar senyumannya, kemudian motornya mulai menjauh dari trotoar depan rumah sakit.

Lestari segera masuk dan tersenyum sambil melihat jaket yang Laskar berikan untuk dia malam ini. Hari ini Laskar begitu manis di hadapan Lestari. Biasanya juga begitu, tapi entah mengapa perasaan Lestari malam ini tidak setenang biasanya saat Laskar menunjukkan perhatiannya. Lestari membuang pikirannya dan segera melupakan kejadian tadi. Jika tidak, ia bisa-bisa tidak tidur semalaman gara-gara Laskar.

Lestari berjalan menuju ruangan Mama. Ia membuka pintu itu dan berharap Mama sudah duduk kemudian merentangkan tangan agar Lestari berlari ke dalam pelukannya. Tapi, semua masih sama. Mama masih terlelap.

"Ma, aku datang lagi. Aku temenin mama ya," kata Lestari sambil memegang tangan Mama dan mengecup keningnya cukup lama.

Kemudian ia kembali duduk di kursi sebelah Mama.

Lestari menoleh ke atas nakas. Sesuatu yang menarik dirinya adalah bunga hydrangea warna biru yang menggantikan bunga mawar putih yang Lestari taruh beberapa hari lalu. Kehadiran bunga hydrangea tanpa permisi menarik atensi Lestari untuk berasumsi macam-macam.

"Siapa yang ganti?" gumam Lestari sambil menyentuh bunga hydrangea tersebut dan ia mengernyitkan dahi bertanya-tanya.

Ceklek!

Suster masuk untuk mengganti infus.

"Sus."

"Iya?"

"Apa ada yang masuk ke kamar ini selain saya?" tanya Lestari.

"Saya kurang tau. Mungkin bisa tanya kepada suster yang menjaga nanti," balas suster.

Setelah suster selesai mengganti cairan infus. Lestari kembali duduk.

Ia masih dipenuhi pertanyaan mengenai bunga hydrangea yang menggantikan mawar putihnya. Lestari tak pernah mengganti bunga itu selain dengan bunga mawar. Dan tidak ada yang mengganti bunga di vas itu selama ini kecuali Lestari sendiri yang menggantinya. Mama suka bunga mawar, bukan hydrangea. Siapa yang berani menggantikan mawar indah Mama?

Lestari melirik ke arah pintu. Ia melihat seorang lelaki berkaos putih yang pergi saat ia tertangkap mata oleh Lestari. Lestari segera keluar dan mengejar lelaki itu, kemudian menarik kaos putihnya hingga lelaki itu menunjukkan wajahnya.

"Laskar?"

Lelaki itu menatap Lestari.

"Yaelah, Kar. Aku kira siapa anjir, bikin kaget aja."

Lelaki itu terkekeh, "Aku-"

"Kenapa balik? Mau ambil jaket ya? Kedinginan kan? Yaudah ni aku kembaliin. Pake sana jaketmu, habis itu pulang dicari bapak."

Lentera Laskar ✓Where stories live. Discover now