8 ÷ Terbayang

191 60 6
                                    

"Kamu udah papa sekolahin udah papa kasih tempat tinggal, tetep aja bikin rusuh! Anak nggak tau terima kasih!"

"Males terima kasih sama orang yang udah nyakitin perasaan mama!"

Plak!

"Lancang kamu!"

Lestari menatap papanya tajam. Dadanya naik turun dengan emosi yang terus meluap-meluap. Gadis itu, Dinar. Duduk di sofa dengan tatapan menunduk. Tatapan polos yang selalu Lestari benci. Tak lupa sang pelakor yang mengompori papa untuk terus melakukan kekerasan pada Lestari.

"Lihat tangan anak aku! Gila kamu!" mamanya Dinar menonyor kepala Lestari dengan kasar. Lestari hanya terkikik.

"Bangsat lo pelakor," desis Lestari sambil menyeka sedikit darah yang keluar dari ujung bibir karena tamparan papa.

"MALU!PAPA MALU PUNYA ANAK KAYAK KAMU! APA YANG BISA PAPA BANGGAIN DARI KAMU?! SAUDARA SENDIRI KAMU BULLY SAMPAI LUKA KAYAK GINI! MIKIR!"

"Ada banyak. ADA BANYAK YANG BISA PAPA BANGGAIN DARI TARI. ADA BANYAK! TAPI PAPA NGGAK PERNAH BUKA MATA!"

"KAMU BERANI NGELAWAN PAPA?!" papa menarik tangan Lestari kasar.

"IYA?! Kenapa? Nggak boleh? Tari tau, anak nggak boleh durhaka sama orangtua. Tapi, apakah orangtua boleh kasar sama anaknya? Sakit jiwa!"

Plak!

Bruk!

"ANAK NGGAK TAU DIUNTUNG!"

Pukulan dan dorongan papa membuat tubuh Lestari membentur ujung buffet. Ia mendesis dan terkikik pelan. Ini yang ia tunggu - tunggu. Kepalanya kembali mendongak.

"Kasih pelajaran anak kamu itu. Nggak tau rasa terima kasih udah diizinin tinggal di sini."

"DIEM LO JALANG! HARUSNYA LO YANG ANGKAT KAKI DARI SINI!"

"LESTARI!"

"APA?! PAPA MAU PUKUL LAGI?! PUKUL AJA! PUKUL SEPUASNYA! PUKUL SAMPAI LESTARI MATI!"

"Kamu tuh bener-bener!" mamanya Dinar mendekat dan menarik rambut Lestari kasar.

"Lo mau ikutan bunuh gue? Silahkan! Tapi asal lo tau jalang! Gue nggak akan biarin lo hidup tenang. 80% kekayaan di rumah ini punya mama. Dan mama udah kasih seluruhnya buat gue. Lo semua! DAN TERMASUK PAPA! NGGAK AKAN SEMUDAH ITU BISA AMBIL! ASAL PAPA TAU! KALAU AJA PAPA NGGAK NIKAH SAMA MAMA! PAPA BAKAL JADI GELANDANGAN!"

Bruk!

Pyaar!

"Berani - beraninya kamu!"

Lemparan guci ke arah Lestari. Papa yang melakukannya. Pecahan itu mengenai kaki Lestari membuat Dinar terkejut setengah mati.

Ponsel papa berdering. Dan ia mendapat telepon dari kantor. Segera ia pergi dari sana, meninggalkan kekacauan dan meninggalkan luka.

"Ayo sayang," mamanya Dinar mengajak putrinya masuk ke dalam kamar. Membiarkan Lestari di sana dengan darah mengalir akibat pecahan guci yang mengenai kakinya. Pembantu rumah menghampiri Lestari dan memeluk gadis itu sembari menangis.

Lentera Laskar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang