4. STARBUCKS

8 2 0
                                    

Happy reading and enjoy!!💋🐔

-

-

-

Jam pulang sekolah berbunyi, semua murid berlomba-lomba keluar kelas dan memenuhi parkiran. Ingin cepat-cepat sampai rumah untuk menenangkan pikiran dari beberapa pelajaran yang sukses membuat mereka pening. Terutama ulangan harian dadakan yang baru saja diselesaikan kelas dua belas, membuat semuanya terlihat lesu karena belum sempat belajar, termasuk Gio dan Via namun tidak dengan Andira, gadis itu terlihat biasa saja.

Sepanjang kooridor kelas menuju parkiran, tak hentinya semua siswa maupun siswi memperhatikan Andira, eum ralat, bukan memperhatikan Andira melainkan Elvan, bocah tengil anak angkat Andira. Berita tentang Andira yang membawa anak kecil ke sekolah sukses menjadi topik terhangat dengan cepat dalam beberapa hari, gadis yang lumayan cerdas dan disegani banyak orang membuat gempar karena bocah laki-laki yang ia akui sebagai anak angkatnya.

Sebenarnya berita ini sudah satu minggu, namun tetap saja masih menjadi pembicaraan. Dalam satu minggu ini juga Andira membawa Elvan ke sekolah, membuat para guru malas untuk menegurnya. Soal dirinya yang berdebat dengan Pak Kurnia sudah menjadi lalu, guru itu kembali mengajar seperti biasa tanpa memperdulikan kehadiran Elvan.

Tak banyak juga orang yang beradu argumen dan pendapat pro maupun kontra dengan alasan yang beragam. Sedangkan Andira sendiri yang menjadi bahan buah bibir hanya diam acuh tak peduli karena yang ia ucapkan memang benar, hanya orang-orang yang berdusta saja yang akan cemas jika dirinya menjadi buah bibir.

"Bunda, kita mau pulang?" tanya Elvan dengan lollipop ditangannya.

"Mau main dulu mau ngak?"

"Mau!" seru Elvan antusias.

Andira mengangguk menanggapi seruan antusias Elvan, namun tak lama senyum manis dan tatapan segannya berubah menjadi tatapan sinis, membuat beberapa murid di kooridor berhenti menatap Elvan. Tanpa Andira beritahu, mereka sudah paham.

"Buset lo Ra, kaya mau nerkam mangsa aja," celetuk Via. Tak heran lagi jika ia berada diposisi ini, karena setiap hari kemanapun Andira pergi, dia pasti akan ikut. Begitu juga dengan Gio.

"Udah tau tu bocah kesayangan si Andi, kayak kagak tau aja lo," ucap Gio menyenggol bahu Via.

"Iya, gw tau. Lo kagak usah mancing-mancing gw marah, gw lagi capek gara-gara ulangan harian Kimia dadakan tadi," ketus Via sedikit sebal. Siapa yang tak jengkel jika tiba-tiba ulangan harian diadakan, belajar saja hanya jika akan melaksanakan ulangan, bagaimana bisa menjawab soal-soal itu dengan benar? Materinya saja ia tidak tau yang mana.

Gio terkekeh. "Gw yakin nilai kita anjlok, mana si Andira nggak ngasih contekan sedikitpun gara-gara bocah itu." Gio menunjuk Elvan yang berjalan di depannya bersama Andira.

"Punya dendam lo ma dia?"

"Punya, bahkan gw dendam banget. Gara-gara itu bocah, kita nggak dapet contekan dari Andira. Setiap mau nyontek dia selalu lapor sama Bu Fira, udah jelas guru Kimia itu galak kek macan putih," cerocos Gio yang terlihat sangat menyimpan dendam pada Elvan. "

"Emangnya lo nggak dendam?"

"Lo lupa kalo dia anak sahabat kita?" Pertanyaan dari Via membuat Gio diam, dia masih sayang nyawanya jika harus menyimpan dendam pada Elvan. Lebih baik melupakannya daripada Andira menjadi musuhnya.

Andira memutar bola matanya malas setelah mendengarkan percakapan antara Via dan Gio yang berada di belakangnya. " Gw masih bisa denger obrolan kalian." Andira melirik ke belakang dan langsung memberikan tatapan permusuhan.

Ineffable [TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora