02 - Certainly

1K 121 16
                                    

"DIH ANJING, AH!! GAK MAU!!!"

"Masuk gak, Lo?! Milih masuk, atau ditelanjangin di sini?! Terus Lo lari-lari keliling lapangan gak pake baju- ANJIR RAI!! GAK USAH GILA!!"

Rai segera mempreteli kancing seragamnya, ia lebih memilih untuk berlari keliling lapangan sambil telanjang bulat, daripada harus masuk kelas dan belajar.

"Nih! Nih gue bugil di depan kalian bertiga! Apa gue harus bugil di depan kepala sekolah juga?!"

Setelah kancing seragamnya lepas semua, Rai segera menurunkan resleting celananya di depan mereka. Hal itu spontan dihentikan oleh Yunanda, sementara Kelvin dan Faldy saat ini sudah tidak sabar dengan hasrat ingin sekali menampol Rai.

"Ada CCTV-"

Yunanda belum selesai bicara, tapi lagi-lagi Rai memotong ucapannya.

"Mana?! Woy, CCTV!! Kalau berani, maju sini Lo!"

"CCTV TUH BUKAN ORANG, GOBLOK! Nih, ini nih! Lo sekolah aja masih goblok kayak gini, apalagi kalau kagak sekolah!!" Faldy gregetan, rasanya ingin sekali kedua tangannya mencekik Rai sampai tidak bernapas lagi.

"GUE TAU YA, ANJING! Tuh, gara-gara sekolah gue jadi goblok, mendingan kagak sekolah!"

Sejujurnya Yunanda lelah, "Ay, masuk...."

Rai tiba-tiba menciut saat nada suara Yunanda menjadi lebih lembut dari biasanya. Saat ini, bukannya masuk, Rai malah diam dan jaga-jaga tangannya berpegangan pada gerbang sekolah.

"Ay, Kak Yun udah bilang, kamu gak bayar, kamu dapat beasiswa dari kelas sepuluh sampai perpisahan. Kamu juga bakalan dapat uang saku tiap semester, dan jumlahnya lumayan banyak. Kalau ada yang ngebully kayak pas SD sama SMP, kamu bisa lapor sama kakak, di sini kakak berperan sebagai ketua MPK yang bakalan lindungi kamu dan semua siswa yang kena bully. Ada Kelvin, ada Faldy, kalau kamu dijahatin sama siswa lain, mereka siap jadi backingan kamu kok".

Rai diam, bukan karena mati kutu, tapi karena ia tidak mau merespon apapun lagi. Bila Yunanda sudah berkata dengan nada lembut itu, artinya ia siap untuk memanipulasi Rai agar menuruti ucapannya.

Rai memang diam, tapi hatinya berseru "nyenyenyenye"

Pegangan Rai pada gerbang sekolah semakin kencang.

Senin pagi yang ceria ini, harusnya Rai sudah jingkrak-jingkrik di jalanan sambil memungut botol-botol bekas dengan metode siapa cepat dia dapat, bersama pemulung-pemulung seperjuangannya. Tetapi, niatnya kandas saat tiga manusia ini memaksanya untuk pergi ke sekolah.

"Gue gak merasa daftar ke SMA... gak merasa daftar beasiswa juga. Itu pasti beasiswa ghaib... hoax... beasiswa bodong."
Itu bantahan terakhir Rai.

"Mama gue yang ngurus. Pendaftaran Lo di sekolah ini, segala administrasi, semuanya diurus sama Mama gue, minimal hargai lah...." Sahut Kelvin.

Rai hanya merespon dengan manyun-manyun.

"Gue kan gak ada Kartu Keluarga sama Akta Lahir... Mama lo malsuin dokumen, ya? Puliciii ayo tangkap keluarganya Kelvinn...."

Kelvin berkacak pinggang, "gak usah main ke rumah gue lagi, lo!"

"Lo juga gak usah main ke rumah gue lagi!" Balas Rai dengan nyolot.

"Udah, paksa masuk aja. Di lapangan ada siswa yang dihukum karena telat, nanti Rai join dulu sebelum masuk kelas. Ayo, Ay, jangan susah diajak ke jalan yang benar!"

"DIH!! APAAN?!!"

Rai pasti kalah dalam urusan tarik menarik, maka dari itu ia langsung memeluk gerbang sekolah dengan sangat erat, disertai oleh teriakan histeris yang menyebalkan di telinga mereka bertiga.

AFTER LIKE | BxB |Onde histórias criam vida. Descubra agora