27 : Lovely Miwa

8.7K 1.2K 137
                                    

27 : Lovely Miwa

"Ada titipan."

Arsya mengambil satu tas bekal berwarna biru tua dan berbentuk kotak yang dibawakan Rendi untuknya. Asistennya itu duduk di depan-tengah mengatur seatbelt, bersebelahan dengan Pak Danur, supirnya.

"Dari?" Tanya Arsya heran karena Rendi tak memberikan penjelasan apapun padanya.

"Dari Miwa. Tadi hampir aja Nazira jatoh karena buru-buru nyamperin kita yang udah ke lobby," penjelasan Rendi terdengar dengan begitu tenang. Pasalnya, ia dan Rendi memang akan melihat langsung venue untuk hari jadi CBN nanti. Karena disiarkan live dan project hari jadi ini adalah project pertama Arsya yang begitu besar, laki-laki itu memutuskan untuk turun tangan langsung pada segala kebutuhan acara.

Arsya membuka tas bekal itu cepat. Dia memang belum sarapan karena berangkat terburu-buru tadi pagi karena harus membereskan beberapa hal urgent selama dia di rumah sakit terlebih dahulu sebelum memenuhi janjinya dengan pihak venue. Ketika tas itu terbuka, ada catatan kecil yang tertulis di sticky notes :

Jangan lupa makan:)
-M

Tanpa sadar, sudut bibirnya terangkat. Arsya menatap Rendi dan Pak Danur di depan. Seketika dia mengembuskan napas lega karena mereka tak memperhatikan perubahan ekspresi pada raut wajah Arsya yang saat ini tengah berbunga-bunga meski dia sekuat tenaga menahannya.

Bagaimana tidak?

Miwa dengan begitu jelas menolaknya ... mentah-mentah, membuangnya seperti sampah, serta menyatakan ketidaksukaannya dengan teramat jelas. Namun, di sisi lain, perempuan itu melakukan hal-hal yang membuat Arsya kepedean. Seperti pagi ini ... mengirim bekal ini. Padahal, mereka tak lagi saling komunikasi sejak Arsya diperbolehkan pulang.

Arsya mengambil ponselnya. Tentu saja dia berniat menghubungi perempuan yang bisa membuatnya gila itu karena masih berutang terima kasih kepada Miwa yang telah menyempatkan waktunya untuk memasak untuknya.

"Halo?"

Arsya lagi-lagi tersenyum. Ternyata sudah begitu lama dia tak mendengar suara Miwa pada sambungan telepon. Terdengar asing dan manis, membuatnya tergelitik, tak tahan untuk tersenyum.

"Halo ... Arsya?"

"Oh, nomorku masih kamu save?" Arsya menimpali membuat Rendi spontan melirik ke belakang mengetahui bosnya itu tengah menghubungi seseorang.

"Sya, sebelum aku lupa, tadi malam aku udah catetin menu yang bisa kamu makan berdasarkan saran Dokter Alfa. Aku bikin modifikasi jadi lima puluh menu trus udah aku kasih ke Bibi. Jadi, kamu nggak perlu nyari catering sehat lagi," Miwa berbicara panjang sekali tanpa Arsya bisa mencerna semuanya.

Arsya terhenyak, "Gimana?"

"Haduh!" Miwa mengeluh, "Aku udah bikin menu makanan buat kamu, lengkap sama bumbu-bumbu yang nggak boleh dimakan, buah-buahan yang harus dikonsumsi. Intinya, sebulan ke depan kamu makan bekal dulu. Dokter kemarin bilang kalau pola hidup kamu, termasuk makanan, masih nggak teratur nanti jantung kamu jadi lemah, Sya."

Laki-laki itu masih kehilangan kata-katanya. Bukan begini respons seseorang yang baru saja menolak ajakannya untuk kembali.

"Kamu dengar nggak, sih? Kok aku ngomong sendiri? Halo?"

"Iya, aku masih dengar. Miw, nggak ada yang minta kamu lakuin itu. Too much," Arsya mengungkapkan perasaannya.

"Udah jadi, trus ... mau gimana? Mau dibuang aja? Itu bekal buat kamu udah dimakan belum? Aku titip Ziya."

We Have To Break Up | ✓Where stories live. Discover now