1 : Pre-Wed

18.3K 2K 31
                                    

 1 : Pre-Wed

"Kayaknya aku emang suka yang aneh-aneh, Miw," Arsya tersenyum lebar ke arahnya. Matanya terus fokus memperhatikan Miwa yang tengah mematung di depan wastafel. Wajah gadis itu begitu tegang. Padahal menurut Arsya jika Miwa memiliki kepercayaan diri yang lebih ... sedikiitttt saja, itu bisa membuatnya menjadi influencer. Laki-laki itu kembali melanjutkan tanpa ragu, menggoda wanitanya. "Lihat kamu pura-pura cuci tangan aja kelihatan seksi banget!"

Miwa tak kuasa menahan diri untuk memutar bola mata. Dia sudah begitu nervous menjalani pemotretan ini. Matanya melirik sedikit ke arah tunangannya, dan seketika Arsya mengedipkan sebelah mata, membuatnya langsung tergelak. Ekspresi serius yang dari tadi ia pertahankan hilang sudah. Arsyanendra memang selalu mampu membuat air wajahnya berubah. Miwa mengulurkan tangan dan mengusap pelan dagu laki-laki itu pelan seraya berbisik, "Kamu makin hari makin jago gombalnya. Belajar dari mana ini? Aku jadi curiga."

Arsya membalas dengan kekehan yang sama, sejujurnya sesi foto pre-wedding ini benar-benar di luar ekspektasinya. Mereka berdua kesulitan menahan rasa geli satu sama lain dan malah kesusahan menampilkan ekspresi serius. Blitz terus mengiringi pemotretan mereka. "Kamu nggak tahu seberapa excited aku menjalankan pemotretan ini, Miw," Arsya mengulum bibir. "Satu scene buat kiss, please?" Pintanya menggoda lagi. Dia mendekatkan keningnya di atas kening Miwa, yang membuat perempuan itu otomatis kembali menatap ke depan, ke arah fotografer.

Miwa berdecak. "Kamu mau aku di sate Ayah karena menampilkan foto nggak senonoh?"

Arsya tersenyum miring, "Nggak masalah. Aku suka sate."

"Apa, sih? Garing!" Miwa mulai gemas, apalagi ketika Arsya mulai membuat ulah dengan menunduk. Mencari bibirnya. Bukannya apa-apa, mereka tengah diperhatikan oleh banyak orang saat ini.

"Malu, Arsyanendra."

Arsya mengalah.

"Kita nggak bisa bercanda terus. Aku harus kembali ke kantor siang ini."

Arsya menanggapi dengan mendengkus. Laki-laki itu cepat mengambil tempat untuk berdiri di samping Miwa, keduanya sama-sama menghadap ke kamera dan tersenyum lebar.

Senyum lebar yang memang semestinya mereka tampilkan, setelah hampir sepuluh tahun bersama. Hubungan mereka jika dianalogikan cicilan rumah, tentu saja sudah mulai lunas. Atau kalau mau dianalogikan dengan cicilan mobil ... sudah dua kali gonta-ganti mobil.

Sebuah hubungan yang begitu lama mereka menunggu penantiannya.

Vito, sang fotografer juga teman baik mereka, kembali menginteruksikan untuk berganti gaya. Arsya memeluk pinggang Miwa, dan membawa gadis itu menghadapnya. Tanpa Miwa duga sebelumnya, ia melekatkan hidungnya ke dahi Miwa. Membuat sang gadis merasakan ketegangan seketika. Tangan Arsya meremas pinggangnya sedangkan Miwa berusaha untuk tak menunduk karena merasa pipinya bersemu.

Oh, sial. Mereka sudah sepuluh tahun bersama dan dia tetap dag-dig-dug ketika Arsya melakukan ini padanya.

Vito dan tim-nya tertawa karena ekspresi malu-malu yang ditampilkan Miwa. Pada acara pernikahan nanti, Arsya juga sudah memutuskan untuk menggunakan jasa Vito karena selalu puas dengan hasil foto dan videonya. Selain membantu bisnis teman, dia juga ingin memberikan yang terbaik pasa sebuah acara yang begitu mereka tunggu-tunggu ... meresmikan Miwa menjadi pendampingnya.

Perjalanan sepuluh tahun tentu bukan hal yang mudah bagi mereka berdua. Putus-nyambung tak lagi bisa dihitung dengan jari yang kemudian tidaklah berarti karena keduanya kembali saling mencari. Pada akhirnya, Arsya tahu ... bahwa Miwa memanglah satu-satunya.

Begitu pun sebaliknya.

Konsep pre-wedding mereka kali ini adalah di dapur, di mana mereka berdua menggunakan apron dan pura-pura memasak bersama. Ini bukan konsep satu-satunya, karena kemarin mereka baru saja pemotretan dengan tema modern klasik.

We Have To Break Up | ✓Where stories live. Discover now