T i g a p u l u h s a t u

Começar do início
                                    

Bian mengusap rambut anaknya lembut. "Anak Papabi udah gede ya." Kekehnya.

"Jangan cepet besar, nanti Papabi sendirian gimana?" Gumamnya.

"Kan ada Mamah Nyanya!" Joilin bangkit, menarik selimut bergambar minion miliknya, lalu ia tarik ke atas, hingga berhasil menyelimuti tubuh Bian sampai dengan dada.

"Makasih sayang." Ucapnya, sembari memberi kecupan di kening Joilin.

"Papabi kaki na ndak cakit, begitu?" Tanya Joilin.

"Enggak, kan papabi harus kuat, masak begini aja sakit." Ucapnya dan memeluk Joilin ke dalam pelukan hangatnya.

***

Sebenarnya Anya tidak setega itu untuk mengusir bin dari kamar tidurnya. Ia berjalan pelan menuju kamar Joilin, dan mendengarkan semua perbincangan juga curhat an bapak dan anak itu.

Manis sekali, batinnya terharu.

***

"Ini item item coklat! Ya, coklat! Bukan gosong kok

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Ini item item coklat! Ya, coklat! Bukan gosong kok. Gue cuman telat lima menit angkat dari oven. Ini pasti coklat yang luber dari dalem rotinya!"

Anya mensugesti dirinya sendiri kala melihat roti buatannya sebagai permintaan maaf untuk Bian atas kejadian kemarin malam.

"Plis enak! Plis!" Anya mengatupkan kedua tangannya di dada sembari bibirnya komat kamit.

"Oke, sekarang bangunin suami sama anak."

Kakinya kemudian melangkah menuju kamar Joilin.

Dibukanya pintu itu perlahan, hingga sosok Bian yang tidur di atas ranjang kecil Joilin dan sedang meringkuk itu membuat Anya meringis kasihan.

Pasti tubuh Bian kesakitan. Apalagi dengan posisi seperti itu, batinnnya miris.

Sepertinya Anya harus menghadiahi Bian service istimewa.

"Bangun anak ku, suami ku, semua, ayo bangun." Anya berujar pelan dan lembut.

Sial, lima menit masih belum ada yang bangun. Jangankan bangun, bergerak saja tidak.

"Bangun semua! Ayo bangun! Udah pagi!!" Kini Anya mulai menaikkan nada suaranya.

"Mmmhhh. Belicik!" Joilin menutup telinganya dengan bantal, lalu kembali tertidur di pelukan Bian.

"Kalau nggak bangun, bebek Monyong Mama Anya goreng."

Ancaman itu seketika berhasil membuat Joilin bangun. Matanya melek seketika, bahkan wajahnya nampak memberengut kesal.

"Pinter. Sekarang kalau suami aku nggak bangun, aku nggak kasih service harian lag—"

"Siap bangun!!" Bian langsung terduduk, tepat di samping Joilin dengan mata yang memerah.

"Bagus, sekarang cuci muka, sikat gigi, Mama Anya udah masakin sesuatu yang spesial buat kalian berdua." Ujarnya, meninggalkan bapak dan anak yang menatap punggung Anya kesal.

Bad Duda [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora