FOL - 29

3.2K 173 7
                                    

Happy reading ʕ⁠'⁠•⁠ ⁠ᴥ⁠•̥⁠'⁠ʔ




Levi menarik kuat rambut panjang Eren dan berteriak kencang saat mencapai klimaks. Levi mencoba melepaskan penyatuannya agar Eren tak mengeluarkan spermanya di dalam, namun tangan Eren menarik pantatnya lebih dekat dengannya sehingga Levi tidak bisa kemana-mana.

" Ah...uh...panas..." rintih Levi, matanya yang sembab dan sayu menatap atas.

" Masih bisa bertahan untuk ronde berikutnya? " nafas hangat Eren menerpa wajah si raven.

" Ti-tidak, tidak bisa...aku lelah."

Eren tersenyum maklum, ia melepas penyatuan mereka. Sebenarnya miliknya masih menegang, ingin memasukinya lagi. Apalagi setelah menyaksikan penampilan Levi yang erotis seperti ini membuatnya tersiksa. Rasanya ingin menidurinya hingga Levi tak berdaya bahkan tak bisa berjalan selama berminggu-minggu. Eren segera menggelengkan kepalanya supaya pikiran liar itu terbuang jauh.

Eren menaruh tangannya di tubuh Levi yang terkena cairan, " Ėvánescèt...."

Cairan seketika menghilang, jemari Eren membelai sisi wajah si raven membuat sang empu tersadar dari shock akibat orgasmenya. Mata sapphire itu menatapnya.

" Aku ingin pulang."

" Baiklah." perlahan, Eren mengangkat Levi ke pangkuannya. Menatap sejenak wajahnya yang sangat menggoda untuk disantap.

" Levi, kenapa kau sangat cantik." ucapnya seraya menguburkan wajahnya di ceruk leher si raven. Memberi lumatan-lumatan dilehernya, membuat sang empu melenguh kecil.

Setelah puas bermain dilehernya, Eren beranjak berdiri masih dengan menggendong pria mungilnya. Tangan kanan Eren mengarah ke pakaian Levi yang bertebaran. Pakaian itu bergerak sendiri menuju tangan pria tan itu. Eren menutupi tubuh telanjang Levi dengan pakaian itu kemudian melanjutkan langkahnya menuju dua pilar didepannya.

-

-

-

" Hati-hati kak~ " teriak Mikasa seraya melambaikan tangannya pada Farlan yang berada di kereta kuda.

Farlan muncul dari jendela, membalas lambaian tangan adiknya dengan sedih. Rasanya sangat berat meninggalkan Mikasa dalam waktu yang cukup lama.

" Aku mencintaimu Mikasa, sampai jumpa! "

Mikasa mengusap air matanya, " Aku juga sangat sangat mencintaimu kak, hati-hati di jalan! "

Kereta kuda bergerak semakin menjauh hingga benar-benar tak terlihat dari pandangan wanita raven. Mikasa menutup matanya menggunakan lengannya dan menangis sesenggukan. Ia segera berlari menuju kamarnya, namun di tengah langkahnya ia melihat siluet saudaranya yang sedang berjalan sendirian di koridor. Mikasa menghapus air matanya dan segera mendekatinya.

" Levi! "

Tubuh Levi menegang setelah menatap Mikasa didepannya. Matanya bergulir ke perutnya yang besar, hatinya berdenyut ngilu.

" Kau habis darimana? Kenapa kau berjalan pincang? "

" Bukan urusanmu." balas Levi datar, kembali berjalan melewati saudarinya.

Mikasa menyusulnya, hari ini ia bertekad untuk memperbaiki hubungannya dengan Levi agar membaik. Mikasa mengikuti Levi hingga akhirnya mereka sampai di kamar si raven.

" Sejak kapan kau menjadi penguntit." ucap Levi datar membuat Mikasa tertawa canggung seraya menggaruk tengkuknya.

Levi mendudukkan dirinya di sofa dekat jendela, membukanya agar udara sore hari memasuki kamarnya.

Full Of Lust [EreRi]Where stories live. Discover now