FOL - 18

3.5K 197 10
                                    

Happy reading щ⁠(⁠゜⁠ロ⁠゜⁠щ⁠)







" Kenapa kau menyeretku kemari." gerutu Levi kesal karena Mikasa yang seenaknya membawanya pergi ke kerajaan lain.

Mereka berdua sampai di wilayah Kerajaan Rose dengan cara menaiki kuda. Mereka menitipkan kuda di tempat penitipan yang terpercaya, dan tentunya paling direkomendasikan oleh orang-orang. Kemudian, keduanya melewati pasar yang merupakan tempat paling luar sebelum memasuki gerbang istana kerajaan Rose. Namun, tujuan Mikasa tidak sampai ke istana, ia hanya ingin mencari penyihir yang bisa membuat ramuan.

" Kerajaan Rose benar-benar seperti dunia mimpi."

Levi mengangguk setuju. Mengesampingkan rasa bencinya terhadap putra mahkota kerajaan Rose, ia sebenarnya sangat menyukai tempat ini. Memang terasa berada di dunia mimpi dan suasananya pun seperti pada abad modern, dimana kau bisa menyaksikan bermacam-macam keunikan barang-barang yang mereka pakai. Bahkan sebagian besar orang-orang disitu tidak berjalan melainkan terbang di atas gumpalan awan.

" Levi, lihat ke atas! " teriak Mikasa membuatnya terkejut dan spontan mengikuti pandangannya.

" Woahh..."

Sebuah kapal terbang melintasi tepat di atas kepala mereka. Bunyi klakson terdengar dua kali, seakan memberitahu keberadaannya. Levi dan Mikasa menatapnya takjub, kapal tersebut tidak terbang sendiri melainkan ada beberapa burung-burung berukuran kecil yang mengangkatnya.

" Burung itu kuat sekali ya."

Levi beralih menatap Mikasa, " Kau benar. Mereka memiliki tenaga yang sangat besar. Tidak mungkin mereka mau melakukan hal itu jika tidak memiliki keistimewaan."

" Kau mau menjadi seperti burung itu? " dengan semangat Mikasa menariknya kembali menelusuri pasar.

" Tidak, terimakasih, kau saja."

" Eee kenapa begitu...cih tidak seru." Mikasa menggerucutkan bibirnya, matanya menatap sebuah tenda yang berada di paling pojok barisan toko-toko.

Kedua matanya menyipit saat membaca papan tulisan yang terpajang di tenda. Tulisan tersebut yaitu ' Bisikkan keinginanmu maka akan terkabul '. Matanya seketika berbinar-binar ia menggenggam erat tangan si raven.

" Ketemu! "

" O-oi pelan-pelan kau bisa tersandung kakimu sendiri."

" Sssttt diam, ayo ikuti aku! "

Levi mendecakkan lidahnya sebal. Merasa bingung mengapa Mikasa mengajaknya masuk ke dalam tenda seorang...penyihir? Tunggu, untuk apa Mikasa menemui seorang penyihir?! Levi meliriknya dengan curiga Mikasa yang tersenyum sendiri menatap seorang wanita yang tengah duduk menantinya.

" Oohh dua gadis manis akhirnya datang juga~ "

" Aku bukan gadis." ketus Levi, membuat penyihir itu terkekeh geli.

" Wajahmu terlalu cantik untuk dipanggil seorang pria."

" Mikasa, aku membencinya. Ayo kita pulang saja." Ia menarik pakaiannya agar mengikutinya keluar namun saudarinya itu sama sekali tak bergerak.

" Aishh Levi kau terlalu bawa perasaan."

" Cih, apa katamu? "

" Hahaha sudahlah kalian jangan bertengkar. Semua itu murni kesalahanku, oke langsung saja ke intinya. Katakan keinginan kalian?" ucap Penyihir itu dengan suara khas.

Mikasa segera duduk di hadapannya. Ia menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada dengan tatapan penuh harapan. Terpaksa, Levi juga duduk di sampingnya, sebenarnya ia juga penasaran dengan apa yang direncanakan saudarinya itu.

Full Of Lust [EreRi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang