"Singkat. Berkerja sama-lah dengan ku. " Mendengar kalimat kerja sama, Kinney tersenyum mengejek.

"Siapa kau, sehingga aku harus bekerja sama dengamu dan apa keuntungan ku ah tidak keuntungan mu? " tanya Kinney melipat kedua tangannya terlihat angkuh.

"Sebuah status dan keamanan kelas atas juga nama baik. Lalu aku... Keluarga ku. " Jawab Ashton datar.

Melihat reaksi pria di hadapan nya, Kinney mulai serius. "Apakah karena aku pernah membantumu saat itu, perlu kau ketahui bahwa aku bukan orang hebat. "

"Tapi kau orang yang tepat. " Jawab Ashton tegas.

"Akan ku pikirkan itu nanti. Berikan ponselmu! "

"Ini " Balas Ashton sembari menyerahkan ponsel itu.

"Aku sudah memasukkan kontak ponsel juga nomor rekening. Harap segera lunasin hutang mu, dalam 3 hari aku akan memberikan jawabannya. "

Setelah itu Kinney pergi menyisakan Ashton yang menatap punggungnya menghilang.

" Aku tidak bisa terus seperti ini. Posisi ini harus segera kembali menjadi milik kakak ku! Aku harap gadis itu dapat di gunakan. Berikan permintaannya dan segera pesan tiket kembali! "

"Baik."

•••

"Tuan, tubuh nona muda telah di temukan. Setelah kami selidiki ternyata identitas nona muda bukan lah hal yang mudah untuk di singgung. " Seorang pria paruh baya berdiri di sisi brankar sembari tertunduk menunggu tanggapan sangat tuan.

"Apakah ia hidup atau tidak? " Tanya suara berat itu.

"Kami baru bisa menyelidiki sampai dimana jejak hilangnya mona muda terakhir dan tidak untuk lebih dalam karena itu ter... "

"Apakah tugas yang ku berikan hanya sampai di situ? "

Pria paruh baya itu menggeleng.

"Biarkan bawahan mu lebih dulu pergi. Jika tidak ada satupun celah maka aku yang akan pergi sendiri. "

"Tapi, ini beresiko identitas anda mungkin akan di ketahui. Anda tahu siapa tuan Ashton, maksudnya kakaknya. "

Pria di atas brankar tersenyum remeh. " Aku tahu. Maka kita tunggu jalan terbuka lebar melalui musuh lainnya. "

Selama kurang lebih satu jam perbincangan keduanya selesai. Pria paruh baya itu memundurkan diri pamit.

Dalam beberapa detik pintu ruangan vvip kembali terbuka. Menampilkan sosok lain.

"Mengapa dokter datang begitu larut? " tanya Lucian.

"Apakah kau tahu siapa aku di negara ini? " tanya Drazhan sedikit bergurau.

"Kau? Tentu saja tahu. Kau sahabatku,seorang pahlawan, seorang ayah, seorang yang kaya dan jarang mandi. " Jawaban Lucian diakhiri dengan kekehan.

Mendengar hal itu Drazhan tersenyum. " Ternyata hanya 1 dari 10 "

"Apakah kau tahu, selama ini baik kau, aku, Jayden, Valen, Arlo, hanya tahu 1 dari 10. Semua rata karena tidak semuanya harus diketahui. Tapi Drazhan kita perlu tahu batasan. Aku harap baik Arlo ataupun dirimu tidak akan pernah putus hubungan. Kau tahu batasan dirimu dan aku pun tahu batasan diriku. Untuk Arlo? Kau tidak akan pernah tahu, yang jelas akhirnya telah terlihat. "

Drazhan menggeleng, "kau tidak tahu apapun Lucian. Jangan memberikan aku nasihat yang menjengkelkan. "

"Kecurigaan kalian tidak berdasar. Aku berdiri di jalanku sendiri tanpa ada sangkut paut dengan kalian. Hanya saja kau tahu bahwa aku memiliki sedikit sifat keras kepala sama seperti Arlo. Apa yang menjadi milikku sudah seharusnya berada di tanganku. "

Lucian mengangguk, "tapi Kinney mu bukan orang yang sama dengan milik Arlo bukan? "

"Cobalah untuk tidak membuat aku mengulang kembali kalimatku. "

"Apa yang kau miliki adalah milikmu dan akan kembali ke arahmu. Itu? "

"Kau memang cerdas pantas saja Arlo memberikan posisi tinggi untukmu "

"Baiklah. Aku hanya akan menjengukmu sebentar. Ada beberapa tugas lain yang harus ku kerjakan. Lekas sembuh sobat. " Ucap Lucian melangkah pergi.

•••

Valen yang baru saja tiba di ruang kerjanya segera meraih satu gelas air putih di meja . Ia melirik seseorang yang kini duduk di sudut sofa ruang kerjanya.

"Jayden,mengapa kau justru mengikuti ku? "

Pria di sudut sofa bangkit. Ia mengedikan bahunya dan menggeleng.

"Semula aku bersama Damian sesuai perintah. Tetapi di tengah jalan ada perubahan rencana. Aku harus ikut dengamu. Bagaimana, apakah sudah diketahui? "

"Sudah." Jawab Valen dingin. Wajah konyol yang biasanya terlihat kini lebih berkharisma.

"Apa? "

"Aku tahu bahwa Ashton datang menemui wanita milik Arlo. " Jawabnya.

"Lalu? "

"Tidak ada, karena aku datang terlambat yang kulihat adalah mobil yang bergerak menjauh dari tempatnya parkir dengan plat orang penting. Maksudku mobil yang biasa Ashton gunakan. Selebihnya tidak ada "

Mendengar jawaban itu, Jayden mendekati Valen dengan amarah memuncak. Ia memang bodoh jika terlalu serius menanggapi orang idiot di hadapan nya.

"Hanya itu? " Desisnya.

Valen mengangguk.

Cklik

suara benda tajam yang baru saja keluar dari sarangnya terdengar.

"Ohohoho sobat, jangan main senjata tajam di sini! " ucap valen was was ketika Jayden mulai mengarahkan pisau lipat itu pada lehernya.

" Aku tidak tahu kenapa Arlo masih mempertahankan orang bodoh seperti dirimu. Yang jelas aku ingin membunuhmu! "

"Arlo? Tentu saja jalur orang dalam kau tidak mungkin lupa siapa ibuku haha"

"VALENNNNN"

"AAAAAAAAAAA "

___________________________________________

Vote + komen + share
Sampai di 250 vote ku update lagi.
Jangan lupa untuk mampir ke cerita ku yang lain

Follow kin_kinio

SOUL TRANSFER : (KINNEY STORY)Where stories live. Discover now