D u a p u l u h d e l a p a n

Start from the beginning
                                    

"Yang balu nikah, tapi pirlingnya nggak di cuci, ciapa ya?"

Kaki Anya baru menapak ke lantai dapur, tapi sebuah sindiran telak menghantam hatinya.

Joilin sedang berdiri di atas kursi, tepat di depan sink. Gadis itu menggunakan sarung tangan untuk mencuci sembari mencuci banyak piring yang tergeletak di dalam sink.

"Pyuhh.. untung Joiyin itu perlhatian." Sindirnya lagi.

Anya meringis miris mendengar perkataan Joilin. Ia jadi merasa bersalah sekarang. Bisa bisanya ia meninggalkan banyak pekerjaan rumah dan bersantai santai bersama suaminya.

"Halo anaknya Papabi. Kenapa pagi pagi udah cuci piring?" Bian menghampiri sang anak.

"Ck, ini namanya cayon istli yang baik. Udah pantes di lamarl om Calga!"

Bian berhenti tersenyum. Ia menatap putrinya dengan tatapan datar. "Udah sana turun. Biar Papabi yang kerjain. Kamu duduk di kursi makan sama mamah Anya."

Joilin melirik Papabi dengan sinis, sebelum melompat turun dan berjalan centil ke arah kursi makan.

"Duh, nungguin om Calga lamarl aku. Lama banget."

"Papabi mau kirim Sarga ke luar angkasa, biar nggak bisa lamar kamu."

"PAPABI!" Kesal Joilin.

"Udah udah, papa kamu bercanda Joilin." Anya berjalan ke arah kursi makan pelan pelan. Miliknya terasa pegal dan seperti, kaku.

"Mamah Anya kenapa jalannya begitu?" Joilin merasa curiga dengan cara Anya berjalan yang pelan pelan dan ngangkang. Mirip seperti kepiting berjalan.

Anya meringis malu, sedangkan Bian sudah tertawa kecil sembari membilas piring piring.

"Dimakan buaya semalam. Jadinya Mama Anya susah jalan." Jawab Bian.

"Emang di lumah ini ada buaya selain Papabi?" Tanya Joilin terkejut.

Anya kini terbahak mendengar ucapan anaknya. Bisa-bisanya Joilin kepikiran seperti itu.

"Udah udah. Kita makan paginya pesen di ojek online aja gimana?" Tanya Anya.

Joilin dengan semangat mengangguk. Sedangkan Bian menjawab dengan lembut. "Iya sayang. Pesen lewat ponsel aku, bentar."

Bian mencuci tangannya di air mengalir, kemudian berjalan menuju meja dekat tv, dimana ponselnya tergeletak.

Ia kemudian memberikan ponselnya kepada Anya. "Pesen apa yang kamu mau, sama Joilin mau apa, bilang ke mama Anya."

"Joiyin es coklat aja Mamah, sama Ayam!" Pinta gadis cilik itu dengan semangat.

"Cium pipi dulu," Anya mengetuk pipi kanannya.

Dengan cepat Joilin mengecup pipi Anya. Yang dibalas senyuman manis oleh Anya. Joilin pun menampilkan wajah malu malunya.

Jadi begini ya rasanya punya mamah. Joilin senang sekali!

"Mamah Anya cangtip. Kayak Joiyin." Ujar gadis kecil itu.

"Anak Papabi jelas cantik. Papanya aja ganteng!" Bian menimpali.

Joilin tersenyum semakin lebar, sedangkan Anya memberikan senyum kecil.

Ah, Kenap rasanya Anya ingin menangis ya. Ck! Drama sekali dirinya ini!

"Bentar, Mama Anya pesenin ya.." Anya pun segera memilih makanan melalui ojek online.

***

Ketiganya kini berada di ruang keluarga. Anya diapit oleh Bian dan Joilin. Bian bersandar mesra di bahu Anya, sedangkan Joilin duduk anteng.

"Malu sama anak. Joilin aja bisa duduk sendiri." Bisik Anya di telinga Bian.

Bian mengintip ke arah Joilin yang duduk tegak sembari fokus menonton televisi. Mereka sedang menunggu kedatangan makanan yang mereka pesan melalui ojek online.

"Biarin, aku kan butuh kasih sayang." Jawab Bian. Tangannya mulai nakal di area paha Anya.

Anya mencubit paha Bian. "Kalau aneh aneh disini, aku lempar kamu ke kandang Monyong."

"Hussst. Monyong mau aku beleh besok. Buat acara syukuran pernikahan kita."

Anya seketika melotot. Dasar pria yang tidak berperikemonyongan!

Bisa-bisanya dia tega menyembelih Monyong yang imut dan menggemaskan itu!

Monyong masih kecil, usianya masih beberapa bulan. Dia akhir akhir ini aja mulai terlupakan, gara gara Joilin lebih perhatian kepada Sarga daripada Monyong.

Ting tong!

Ting tong!

Ting tong!

Ting tong!

"Siapa sih?!" Bian berdecak kesal. Mengganggu acara romantis nya dengan Anya saja. Pakek acara menekan bel berulang kali lagi!

"Ojol makanan kita kali." Ucap Anya.

"Aku bukain dulu." Kata Bian. Ia segera berdiri dan berjalan menuju pintu depan yang belnya di pencet terus sedari tadi.

"Gue kasih bintang satu ini ojol. Nggak sopan banget nekan bel pintu rumah berulang kali. Dikira kita congek apa?" Gerutu Bian.

Saat Bian membuka pintu rumah, seorang pria bertopi hitam, dengan kaca mata hitam dan jaket berwarna oranye muncul dengan membawa empat kresek besar.

Bian terdiam melihat banyaknya makanan yang di pesan oleh Anya. Perasaan Anya tidak memesan makanan sebanyak ini.

"Mbak Anya nya mana ya?"

Nah, kalo suara ini Bian kenal. Si Jamaludin tukang sayur kompleks, alias saingannya, alias fans garda terdepan Anya setelah Bian.

"Lo ngapain disini?" Tanya Bian dengan suara ketus.

"Pesanan dengan nama Anya calon istri Jamal sudah sampai." Ujar Jamal dengan percaya diri.

"Lo cari mati di rumah gue?!" Sentak Bian. Tangannya sudah berkacak pinggang.

Sedangkan Anya yang mendengar keributan dari dalam rumah berjalan tertatih tatih ke depan.

"Siapa Bi?" Tanya Anya dengan cara jalan yang aneh.

"Sejak kapan lo jadi ojol?!" Tak mengindahkan pertanyaan Anya, Bian kembali bertanya pada Jamal.

"Sejak Anya pesan makanan." Jamal mengintip dari samping, ketika mendengar suara Anya mendekat.

"Halo mbak Anya. Ini pesanan mbak, ditambah bonus gratis makanan untuk si kecil yang imut." Kata Jamal dengan senyumnya yang menggemaskan.

🧌🧌🧌

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🧌🧌🧌

Aku sama Jamal aja gapapa sumpah dah 🥹

Jangan lupa ramaikan! Supaya rajin updatee 🫶🏻

3K komen for next! Okay!

Keknya makin ke sini makin nampak komedi dan pertarungan antara Bian dan Jamaludin 😭

Spam komen 500 disini!

Spam komen lanjut 500

Spam komen next 500

Spam komen Bian 500

Spam komen Anya 500

Bad Duda [END]Where stories live. Discover now