dua puluh enam

275 34 1
                                    

Batasnya adalah pukul 12.

Rachel tahu itu dan seharusnya ia sudah mengirimkan sepotong kalimat yang biasa ia kirim. Namun, tidak ada pesan. Tidak ada juga tanda-tanda bahwa mobil istrinya akan masuk ke dalam komplek apartemen itu.

Jared menggeram rendah. Ia mengambil ponselnya dan mencoba menelepon Lukas.

Tahun lalu, di malam hari pernikahan Jared dan Rachel, Lukas menghampiri Jared di lapangan parkir blok apartemen Rachel. Mereka berbincang sebagai sesama pria dewasa. Pria tua itu mengatakan bahwa ia menitipkan Rachel dan meminta Jared untuk mencintai cucu semata wayangnya dengan benar. Setelahnya, ia memberikan nomor teleponnya kepada Jared sebagai perwakilan anggota keluarga Rachel, karena tampaknya Reagan tidak berniat untuk menjalin hubungan baik dengan menantunya.

Namun, telepon itu tidak terjawab. Lukas tidak mengangkat teleponnya.

Tidak ada solusi lain. Jared segera menghidupkan mesin mobilnya.

Satu hal soal anak tunggal Assad. Ia bisa menyetir dengan sangat baik dan sangat cepat dengan perhitungan yang tepat. Namun, ia tidak mau. Selalu ada pertimbangan etis yang padat sebelum berkendara dengan segila itu.

Dan tidak pernah ada hal yang tidak etis ketika menyangkut Rachel Helena.

Mobil putih itu membelah jalanan ibu kota yang kosong, melesat seperti seekor elang yang kelaparan, yang tahu dengan jelas di mana mangsanya berada.

Mungkin seharusnya Jared mengejar Rachel tadi, mencekal tangannya, atau setidaknya mengikuti mobilnya. Sial, Jared tahu ia memang harus menahan istrinya. Saat Rachel menggenggamnya tadi, genggaman tangannya terasa seperti telapak tangan anak anjing yang sekarat. Dan saat wanita itu mendongak, terlihat jelas derita apa yang terlukis di seluruh wajah Rachel sehingga wanita itu bahkan tidak lagi minum.

Jadi ia akan mencari wanita itu sampai ketemu. Dan satu-satunya orang yang ia tahu mengetahui semua tentang Rachel, orang yang masih hidup dan diketahui lokasinya, adalah Reagan.

Ini adalah kedua kalinya Jared menginjakkan kaki di sana. Yang pertama adalah tahun lalu, selepas ia dan Rachel mengabari pria tua itu bahwa mereka akan menikah. Setelah pembicaraan panjang Rachel dan Reagan yang meninggalkan Jared di luar ruang rawat Reagan, Jared merasa bahwa ia perlu berbicara dengan ayah dari calon istrinya.

Jadi, sebagaimana Rachel bertandang ke rumah Peter Assad, keesokan harinya, Jared juga berkunjung lagi ke Anastasis tempat Reagan dirawat, kecuali bahwa pria itu tidak lagi di sana. Pasien serangan jantung itu diberitakan sudah pulang. Reagan memberitahukan alamat rumahnya melalui telepon, Jared mengunjunginya, dan mereka berbicara.

Sebuah pembicaraan yang panjang. Sebuah pertukaran cerita yang mengerikan.

Pintu di depan Jared terbuka, menampilkan Reagan dalam pakaian santainya. Satu hal yang langsung mengusik siapa saja adalah kenyataan bahwa pria ini semakin kurus. Ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat pria lansia itu begitu mudah untuk dikasihani.

"Selamat malam, Pak," sapa Jared cepat. "Mohon maaf mengganggu waktu istirahat Anda. Saya membutuhkan alamat beberapa tempat. Bersedia membantu saya?"

"Untuk apa?" tanya Reagan heran.

"Rachel tidak ada di apartemennya. Saya harus menemukannya sekarang juga."

Reagan membalikkan tubuhnya, melihat jam yang menempel di ruang tamu. "Dia sedang minum."

"Di mana? Karena bar langganannya sudah rata dengan tanah."

Hal itu mengejutkan Reagan, melejitkannya ke titik terujung kewaspadaannya. "Apa yang telah terjadi?"

She who Keeps both Heaven and Hell OccupiedWhere stories live. Discover now