2. December 24th

16 0 0
                                    

"HAPPY BIRTHDAY LOUIS!!"

Telingaku sepertinya baru saja mengeluh karena terkejut dengan frekuensi suara adik-adikku yang terlampau tinggi. Satu hal yang kubenci adalah dibangunkan dengan alasan apapun. Aku tidak senang jika ada yang mengganggu tidurku. Apalagi ketika aku baru saja menjalani perjalanan panjang untuk pulang ke rumah.

"Tolong diam! Aku sedang tidur disini!" Keluhku sambil mengambil bantal lain untuk menutupi telingaku.

Semalam aku, Louis, dan Eleanor sampai di rumah cukup malam. Namun bukannya istirahat, kami malah menghabiskan malam dengan mengobrol bersama Ayah dan Ibu di ruang keluarga hingga menjelang pagi, kemudian terlalu malas untuk berpindah ke kamar kami masing-masing. Aku dan Louis malah tertidur di sofa yang bersebrangan. Eleanor mungkin sudah tertidur di kamarku. Ku tebak Ibu yang mengambilkan kami selimut-selimut tebal ini supaya tidak kedinginan.

"Jennie! Bangun!" Kali ini salah satu dari adikku dengan rusuh menggerak-gerakkan tubuhku, mengganggu tidurku yang sama sekali tidak nyenyak.

"Apa kita jadi melakukannya?!" Salah satu dari mereka berteriak di telingaku dengan nada kesal.

Akhirnya aku menyerah. Adik-adikku akan semakin menggangguku dengan cara apapun supaya membuatku bangun. Masih dengan wajah kesal, aku menatap mereka yang terlihat memohon.

"Kita akan meniup lilin!" Ucap Daisy.

Sebuah kue tiramissu berbentuk persegi panjang sedang di bawa oleh Daisy. Phoebe di sebelahnya siap dengan beberapa lilin yang belum terpasang di kue itu dan sebuah lighter.

Berbeda denganku yang bangun dengan suasana hati yang kesal, Louis yang juga terganggu tidurnya, bisa menanggapi Daisy dan Phoebe dengan lebih baik. Muka bantal dan rambut acak-acakan dengan mata berbinar adalah keadaan wajah Louis ketika melihat adik-adik kami membawakan kue untuknya.

"Terlihat lezat! Apa kalian yang membuatnya?" Puji Louis dengan senyuman mengembang di bibirnya, tidak sejalan dengan kantung matanya yang menebal, menandakan jika ia masih butuh istirahat.

"Ya, kami yang membuatnya sendiri, dibantu oleh Ibu tentu saja."

"Terimakasih. Tapi kalian tau, aku merasa sedikit bau," Louis menciumi bau tubuhnya sendiri dan memberikan wajah jijik, "Bagaimana jika aku mandi dulu lalu kita akan meniup lilin dan makan kuenya bersama?"

"Kau memang bau, cepat mandi dan segera tiup lilin ini!"

Aku hampir terpejam lagi sebelum Louis melemparku dengan bantal untuk mencegahnya. Ia juga meneriakiku untuk segera mandi yang tidak ku gubris. Setelah itu dia baru benar-benar pergi untuk mandi, atau tidak? Entahlah.

Daisy dan Phoebe duduk di sofa tempat Louis tidur sambil menelonjorkan kakinya ke meja. Mereka menyalakan televisi dan menonton acara kartun Spongebob Squarepants kesukaan mereka yang juga merupakan kesukaanku.

"Dimana Ibu?"

"Pergi ke supermarket."

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Ponselku berbunyi ketika aku sedang ikut menonton televisi. Nama Julian tertera dilayarnya. Aku tersenyum dan segera menerima telfon itu.

"Selamat malam!" Sapanya di telfon.

Aku kembali melihat layar ponselku dan melihat jam yang menunjukkan hampir pukul 1 pagi di Los Angeles. "Lebih tepat selamat pagi untukku." Aku terkekeh pelan.

"Oh benar, aku lupa." Aku bisa mendengar suara tawa Julian.

"Kau sedang apa?"

"Baru sampai di rumah karena tadi ada pesta kecil di kantor." Jawabnya.

star's sisterOnde histórias criam vida. Descubra agora