6. Busy Rockstar

10 0 0
                                    

Sejak kecil aku selalu mempunyai cita-cita untuk menjadi penulis novel dan menerbitkan tulisanku sendiri. Aku sering berfantasi seperti aku berada di negeri dongeng yang selalu memiliki akhir bahagia dan menuliskannya ke sebuah buku yang tak pernah selesai.

Walaupun semua terjadi tidak seperti yang ku inginkan, secara tidak langsung tulisan pertamaku telah diterbitkan sehari yang lalu tanpa persetujuanku.

Rasa takut dan panik pada diriku kemarin sudah berkurang. Ibu sempat menelfonku untuk bicara padaku tentang apapun yang membuatku melupakan masalah itu. Sedangkan Louis pergi untuk mengurus apapun yang perlu dia urus, aku tidak tau, dia belum bicara padaku.

Louis memintaku untuk tinggal bersamanya. Sejak pulang dari kantor Modest! kemarin, aku belum kembali ke apartemenku. Wartawan dari berbagai media surat kabar atau televisi sepertinya berusaha mendapatkan informasi tentang kebenaran artikel yang beredar. Louis bilang itu tidak akan menyenangkan, jadi mau tidak mau aku menyetujui ajakannya untuk tinggal bersamanya mungkin untuk sementara.

Louis bilang Eleanor akan datang setelah pekerjaannya selesai, tapi aku menghabiskan hari ini dirumah sendirian.

Aku sedang bermalas-malasan berbaring di lounge chair di depan kolam sambil melamun menatap langit malam cerah yang memperlihatkan bulan purnama penuh serta angin sejuk yang membuatku membawa selimut karna udara yang terlalu dingin. Walaupun begitu, aku tidak beranjak.

"Apa yang kau lakukan?" Louis tiba-tiba datang membuatku sedikit terkejut.

"Tidak ada."

Pria itu segera mendudukkan dirinya di sebelahku. Dia membaringkan tubuhnya dan menatap ke langit seperti apa yang ku lakukan.

"Gen, what are you thinking of?"

Banyak sekali hal yang ada dipikiranku saat ini. Menatap langit yang terlihat sangat luas sedikit menjernihkan pikiranku. Sebenarnya salah satu hal yang sedang ku pikirkan di benakku adalah tentang beban dari sebuah nama. Aku tidak pernah menyangka jika menjadi adik dari seorang superstar akan dapat mempengaruhi hidupku juga. Maksudku, bisa di bilang jika aku pergi keluar sekarang, akan banyak orang yang mengenali dan lebih peka dengan keberadaanku. Dulu ini tidak sering terjadi kecuali aku sedang bersama Louis.

"Memikirkan tentang skenario yang mungkin terjadi jika kau tidak terkenal. Kau tau? Hidup normal."

Louis tertawa pelan, "Jika aku tidak melewati semuanya, Genevieve, kau tidak akan berada disini saat ini."

Itu benar juga. Jika Louis tidak pernah bangun saat hari audisi tiba beberapa tahun yang lalu, atau jika mereka tidak memutuskan untuk membentuk sebuah band dengan Louis di dalamnya, mungkin saja dia tidak pernah memiliki mansion besar di Hollywood Hills saat ini.

"Kau darimana seharian ini?" Tanyaku akhirnya.

"Melakukan beberapa pertemuan dengan manajer, pengacara, dan beberapa orang lain."

Aku akhirnya menoleh kepada Louis. Dia telah melipat kedua tangannya untuk menjadi tumpuan kepala, "Aku pikir kau marah padaku."

Louis tertawa lagi, aku mulai menyadari adanya kerutan di sekitar matanya saat ia tertawa. "Justru sebaliknya! Aku ingin berterimakasih untuk tulisanmu. Setidaknya secara tidak langsung kau mewakiliku untuk mengucapkan semuanya."

Modest mengontrol hidup One Direction.
Modest menjual privasi One Direction.
Modest rela memanipulasi berita demi kepentingannya sendiri.
Modest memberikan tekanan mental kepada Anggota One Direction.

Itu adalah sedikit rangkuman dari tulisanku yang diberi bumbu oleh media agar lebih terkesan dramatis. Tulisan berisi lampiasan amarahku yang tidak bisa kuceritakan pada Louis karna saat itu dia lebih memilih untuk bekerja dan dua kali membatalkan acara liburan keluarga yang sudah kami rencanakan sejak lama. Setidaknya begitulah caraku melampiaskan emosiku--dengan menulisnya, dan itu akan membuatku lebih baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

star's sisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang