✨ S•a•n•g K•e•l•a•m (T•i•g•a) ✨

29 5 3
                                    

Narina tidak percaya kalau Eddard bakal mengendarai mobil mewah abu-abu metalik pabrikan Jerman miliknya seorang diri, alih-alih meminta sopir pribadi melakukannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Narina tidak percaya kalau Eddard bakal mengendarai mobil mewah abu-abu metalik pabrikan Jerman miliknya seorang diri, alih-alih meminta sopir pribadi melakukannya. Lelaki itu bahkan menyuruh asisten pribadi dan juga para pengawalnya kembali ke kantor lebih dulu (yang omong-omong Narina merasa penasaran dimana lelaki itu bekerja).

Saat masih berpacaran, Narina hanya mengetahui beberapa hal soal Eddard dan uniknya semua itu merupakan beberapa rahasia tergelap pria tersebut. Narina tahu kalau Eddard berasal dari, tak sampai 15%, keturunan multi kultural kalangan atas yang tinggal di Indonesia. Gadis itu juga mengerti beberapa usaha keluarga Eddard di masa lalu. Namun sekarang, Narina benar-benar buta terlebih keduanya telah memutuskan kontak komunikasi sangat lama. Narina juga tak pernah berminat mencari tahu sosok mantan kekasihnya ini lewat sosial media lalu stalking seperti yang banyak dilakukan oleh teman-temannya ketika sudah putus dari kekasih mereka.

Tidak. Narina merasa masih punya harga diri, plus, menurutnya ketika mereka putus kesalahan bukan terletak pada dirinya.

Atau lebih tepatnya, dialah yang mengakhiri hubungan mereka.

Tapi disinilah dia akhirnya, tak ada angin tak ada hujan, tiada petir menyambar kepalanya, Narina berada (terpaksa) dalam satu kendaraan sama, duduk bersebelahan lagi dengan sang mantan pacar, yang membawanya entah ke mana.

"Kamu mau makan di mana?" berat suara bariton Eddard terdengar ramah.

Narina menolehkan leher ke sisi kanan, lengannya terulur ke depan sambil bahu sedikit maju. "Lampu merah depan belok kanan, pelan-pelan di tikungan ada tempat makan langganan ku".

Eddard menjawab melalui anggukan kepala. Namun tak lama kemudian dahi pria itu langsung mengerut begitu mereka memasuki rumah makan yang jadi tujuan.

"Kamu masih suka makan di sini?" tanyanya. Sambil memarkir kendaraan.

Beruntung hari itu suasana makan siang di lokasi tujuan agak lenggang sehingga mudah bagi Eddard mendapatkan tempat parkir.

Nada tidak percaya dalam suara Eddard membuat Narina agak tersinggung. "Memangnya kenapa? Kalau anda merasa tidak level makan di tempat seperti ini, boleh lho anda menurunkan saya lalu pulang" jawabnya defensif sambil melepaskan sabuk pengaman.

"Bukan begitu maksudku, kamu salah paham, Arin".

Deg! .

Arin.

Sudah teramat lama Narina tidak mendengar seseorang memanggilnya dengan sebutan itu. Di dunia ini seingatnya hanya ada dua orang saja yang ia izinkan memanggilnya demikian, pertama adalah mendiang ibunya. Dan kedua, tentu saja Eddard. Bahkan mendiang Iskak Ismawan tak mau menyebut putri semata wayangnya dengan nama kecilnya karena takut membuat gadis itu sedih. Sebab memang itulah yang terjadi. Kerap kali Narina menjadi murung setiap kali ada orang memanggilnya demikian. Arin.

DERANA (Hurt & Healing Love Story).Where stories live. Discover now