Chapter 5: Kejadian Tak Terduga Saat Olahraga

1K 21 0
                                    

"Selebgram Anindhita Rachel telah ditemukan dalam keadaan selamat setelah diculik oleh orang tak dikenal sabtu lalu.."

"Hmmm.."

Sembari mencari berita beberapa bulan lalu, aku mulai menggali siapa Rachel sebenarnya, sungguh, perlakuanya kepadaku waktu itu benar benar mengganggu kehidupan baruku.

Mulai dari berita di media sosial, hingga media massa, maupun forum forum internet tak satupun luput untuk kugali terus segala informasi tentangnya.

[ jegleeekkk ]

Suara pintu kamar mengalihkan fokusku.

"Mir, tadi kak fariz tanya kabarmu, dia bilang tumben Mira gak ngasih kabar sama dia, biasanya tiap malem curhat mulu"

"Aaa.. Iya mah, lupa hehe.. Mira udah gak ngasih kabar soalnya takut nge-ganggu kerjaan kak Fariz mah, kasian kan klo tiap malem aku gangguin mulu"

"Ohh yaudahhh.. Buruan gih, kasih kabar dia, satu dua kata gitu kek, dia kan udah kayak kakakmu sendiri"

"Oke mahh.."

"Klo begitu mamah mau tidur dulu, besok pagi mau ada meeting sama klien, jangan lupa obatnya diminum lagi sebelum tidur"

Ucap wanita itu sembari mencium keningku, kemudian kujawab dengan hanya mengangguk pelan.

Fariz adalah adik Ibunya Mira, umurnya sama dengan umur asliku, 30 tahunan. Dia adalah politisi muda dari partai politik baru yang sedang naik daun karena beberapa gebrakanya, Fariz sendiri sering terlihat muncul di TV sebagai juru bicara.

Aku sampai sekarang masih takjub dengan status keluarga Mira, yang kutahu saat mengakses sisa memori ingatan Mira , beberapa anggota keluarganya bukanlah orang orang biasa, ibunya Mira sendiri adalah pengacara di salah satu firma hukum terbaik di kota ku, bahkan Kakek Mira adalah pengusaha kondang yang mempunyai sebuah Yayasan besar di indonesia.

==================================

Jadwal olahraga kelasku pun tiba, semua siswa dan siswi berbaris dilapangan tengah sekolah untuk melakukan aktifitas pemanasan. Dengan diawasi seorang guru, kegiatan tersebut berjalan dengan khidmat.

"Anak anak, di hari yang cerah ini, marilah kita mengobarkan kembali, semangat untuk menjaga tubuh agar tetap fit dan sehat, karena di ditubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat!"

"Untuk menu olahraga kali ini, kita adakan lari keliling lingkungan sekolah, dengan putaran sebanyak yang kalian bisa, semakin banyak semakin bagus! Semakin kalian memaksa batas tubuh kalian, semakin kuat jiwa dan raga kalian! Mengerti??!!"

"Siap paak" jawab seluruh siswa siswi dengan serentak.

"Aaaaa.. Males banget klo olahraga lari gini"
Imbuh stefi sambil memainkan tanganya di punggungku.

"Kenapa?" tanyaku.

"Ya malesss ajaa, capekk"
Dengan manjanya, stefi memelukku.

"Tenang, kamu larinya kan sama aku, ntar kalau kamu capek aku gendong deh" rayuku.

"Beneran?!! Ihhh.. Makasiihh bestikuuu" dengan nada semakin manja iya menuruti bujuk rayuku.

Aku sendiri, saat jaman sekolah dulu, paling benci dengan jadwal olahraga, walaupun aku sangat menyukai menonton pertandingan olahraga, khusunya sepakbola, namun aku benci ketika harus melakukan hal yang mebuatku lelah dan mengeluarkan tenaga, sehingga bisa dibilang secara fisik, tubuh ku yang dulu termasuk yang paling lemah diantara anak laki laki sebaya.

Kegiatan berlari pun dimulai, kami serentak melangkahkan kaki demi kaki, dengan keringat dan peluh yang mulai membanjiri, kami membakar semangat dengan sesekali diselingi tawa dan canda.

2-3 putaran, berjalan dengan lancar.

"Hyaaaaa lepasiiiiinnn!!!"

Suara teriakan tetiba memecah suasana, membuat kami semua menoleh ke sumber suara, yaitu barisan belakang, sekumpulan beberapa siswi yang tertinggal.

"Kenapa win?" tanya salah satu siswi.

"Ta-ta-tadi a-da yang meremas dada aku.." dengan isak tangis yang sengal, ia coba menjelaskan kejadian.

"Gawat, kasus pelecehan lagi"
Sahut seorang siswi diikuti dengan ekspresk paniknya siswi lain.

Ia tampak syok, dan para siswa ada yang menenangkanya, dan sebagian mencoba mencari orang yang melecehkanya. Entah kenapa, hatiku tergerak ingin juga mencari pelakunya.

"Ciri cirinya kayak gimana?" tanyaku.

"A-aku nggak tahu.. Dia kurus gitu, pake topi, Y-yang jelas tadi, kayaknya d-dia berjalan ke gang mawar situ" jawabnya.

"Ok, ada yang mau ikut denganku? Mumpung pelakinya belum jauh" tanyaku kepada siswi siswi yang berkumpul disitu.

"Mir, jangan Mir, bahaya, kita nggak tahu kan siapa dia" jawab  Stefi mencoba membujukku.

"Kalian inget kan? Kejadian ini bukan hanya 1-2 kali, ini sudah keempat kalinya, apa kalian ingin jadi korban selanjutnya?"

Memang, beberapa waktu ini, sering terjadi kasus pelecehan seksual kepada para siswi siswi sekolah ku di jam pulang sekolah, membuat gempar dan telah banyak hal dilakukan untuk pencegahan hal tersebut terulang, terutama selalu bergerombol ketika akan berangkat dan pulang sehingga meminimalisir kesempatan pelaku untuk melaksanakan aksi cabulnya

Namun, dengan kejadian ini, tentu saja menggambarkan, bahwa sang pelaku semakin nekat untuk menggencarkan aksinya.

"Ayok siapa saja yang mau ikut, bergegas lari, kita kejar pelakunya"
Kataku sembari menyusul para siswa lainya yang lebih dulu berinisiatif mengejar pelaku.

"Aku ikut" jawab Rachel.

"Aaaa, klo begitu aku ikut!'' ucap Stefi.

Akhirnya Aku, Rachel, dan Stefi, juga beberapa anak laki laki mulai melakukan pengejaran.

My New Life, MiraWhere stories live. Discover now