20. Sun

600 35 10
                                    

POV Jona

Disinilah aku dan Dave, di depan pintu rumahku. Ya aku akan mengijinkan dia tinggal ditempatku sampai dia sembuh, mungkin hanya tiga hari. Setelah itu pergilah yang jauh.

Saat aku membuka pintu.

"Meong...meong" Suara Sun kucingku menyambut kami.

"Sun.. Awas.. sebentar.." Aku berusaha menyuruh Sun untuk menyingkir dari jalan.

"Kamu punya kucing?" tanya Dave.

"Hmm.."

Dave duduk di sofa didepan tv. Sedang Sun mengeong sambil memandang Dave.

"Sun.. Sini.. Waktunya makan" teriak ku, kemudian Sun berlari kearah ku.

"Rumah saya kecil, saya hanya punya satu kamar. Bapak bisa tidur di kamar saya, dan saya akan tidur di sofa." Aku pikir dengan mengatakan itu dia akan mengurungkan niatnya tinggal di rumah ku. Tapi...

"Nggak pa-pa, aku bisa tidur di sofa, sofamu saja sangat nyaman."
Dave berbaring meringkuk di sofa.
Dan yang tidak aku duga, Sun yang sudah selesai makan ikut berbaring di samping Dave.

"Siapa namanya?" tanya Dave lalu mengelus Sun.

"Sun.. Matahari" jawabku.

Aku membereskan rumah, lalu memesan bubur. Menunggu bubur untuk Dave datang aku duduk di sofa disisi yang lain sambil melihat TV.

"Bapak nggak bawa ganti, apa mau pulang saja. Saya antar" aku masih berusaha mengusir dia pergi.

" Beli saja."

"Beli?"

"Bukannya di dibawah apartemen mu ini mall."

"hmm.." dia lebih cerdas dari yang aku kira.

Dave memberiku ukuran celana dalam, kaos dan celananya.
Aku turun ke bawah untuk membeli semua yang Dave perlukan termasuk alat mandi.

Bau shampo dan sabun menyeruak setelah Dave selesai mandi. Seharusnya dia bisa pulang, dia terlihat sehat setelah tadi di rumah sakit menghabiskan sebotol infus.

"Pak ini buburnya.."

Dia tidak menjawab, duduk lemas bersandar di sofa. Kepalanya masih tertutup handuk.

"Pak.. Pak Dave.."

Nggak di jawab.

Saat aku buka handuk yang menutupi kepalanya dia ternyata tidur.

"Bangun.." Aku menarik tubuhnya sampai tegak. Kemudian mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk.

Dave cemberut melirik kearah ku.

"Jangan tidur dengan rambut basah nanti flu." kataku.

"Jona.. Aneh sekali, kenapa shampoo dan sabun mu sama dengan ku?" Dave mendongak kearah ku.

Aku tundukan lagi kepalanya, karena aku belum selesai mengeringkan rambut Dave.

"Mana saya tahu, saya hanya memilih acak di supermarket." jawabku asal.

Sudah hampir selesai aku mengeringkan. Rambut Dave.

Tiba-tiba dia memeluk perutku,

"Maafkan aku, karena tidak kembali seperti janjiku.. Maafkan aku, aku terlambat"

"Lepasin." aku mencoba untuk keluar dari pelukannya.
Setelah berhasil lepas dari pelukan Dave, dia kembali mendongak memandangku dengan mata berair.

"Itu buburnya dimakan, minum obat, istirahat."
Aku berjalan dengan cepat ke kamar mandi. Tempat dimana dia tidak bisa melihatku.

Benar, berarti aku tidak bermimpi. Dia menjanjikan untuk kembali. Tapi dia tidak kembali tepat waktu. Kenapa hatiku terasa sangat sakit sampai ingin menangis.
Dan dia meminta maaf dengan mudah. Tidak bisa, aku tidak semudah itu.

Living ProofWhere stories live. Discover now