15. Dibalik Tattoo

577 34 0
                                    

POV Jona

Langit sore ini cukup cerah. Aku dan Dave duduk di teras. Duduk bersebelahan sambil memandang langit yang mulai gelap.

"Apa artinya Tattoo mu?" aku membuka pembicaraan. Dia sudah berjanji untuk menjawab semua pertanyaanku.

"Mawar bunga kesukaan mamaku, dan kupu-kupu itu mamaku" jawab Dave ringan.

Aku ingat cerita Raffa dan Al kalau mama dave sudah meninggal.

Aku pikir, yang akan aku tanyakan adalah hal yang sensitive. Aku merubah posisi duduk ku menghadap ke samping sehingga aku bisa dengan jelas melihat Dave.

"Dave.." panggilku pelan , lalu ku raih tangannya.

"Hmm.." Dave melirik kearahku.

"Bekas luka di bawah tatto itu.." aku takut membangkitkan Ingatannya tentang bekas luka yang ada di dada menjalar ke bahu lalu sampai ke punggung.

"Itu luka saat kecelakan mobil bersama mama"

Dave menarik nafas panjang, sedang aku masih terus mengusap punggung tangan Dave dengan jariku.

"Kalau kamu nggak mau cerita.. nggak pa-pa" Aku tidak tahan melihat dia menunjukan ekspresi sedih seperti itu.

"Nggak pa-pa.." Dave memandang kearahku lalu tersenyum.

-------------------

POV Dave

Malam itu adalah malam duniaku runtuh. Aku kehilangan pelindungku dan alasan aku bertahan selama ini dalam tekanan papa. Mama, meninggal dalam kecelakan mobil . Mama menyetir dengan panik karena ingin membawaku ke rumah sakit setelah papa melempar piring kearahku dan membuat kepalaku berdarah.

"Dasar anak sialan! Memalukan!" Papa berteriak saat kami sedang makan malam , dan tanpa mama dan aku sadari Sebuah piring sudah mendarat di kepalaku.

Ada darah mengalir ke wajahku.

"Kamu keterlaluan!! Sampai kapan kamu akan terus menyakiti Dave!" Mama panik, air matanya mengalir sambil terus berteriak ke papa.

Kenapa papa sangat marah ? Karena Dia memergoki aku berciuman dengan kakak kelasku. Dan kakak kelasku itu laki-laki. Dia mengantarku pulang, dan dia menciumku di depan rumah. Dan ternyata, papa melihatnya.

"Kenapa kamu melahirkan anak seperti dia? Rusak! " Itu teriakan papa yang aku dengar sebelum aku masuk ke mobil bersama Mama.

Aku tidak merasakan sakit lagi, aku sudah sering kena pukul papa. Dari aku kecil papa akan memukulku saat dia marah. Marah tentang apa saja, pasti aku yang kena pukul.

Aku hanya diam melihat mama seperti kebingungan. Dia menyetir dengan sangat terburu-buru. Terdengar suara klakson mobil yang memekakan telinga diikuti dengan suara teriakan mama.

Tiga minggu setelah kejadian kecelakaan itu. Papa semakin menjadi, Mama meninggal dan aku sendirian. Tidak ada yang melindungiku lagi. Tidak ada yang merawatku saat aku terluka. Tidak ada yang menghiburku. Aku sendirian.

Dan tahu apa yang terjadi pada kakak kelas ku yang tertangkap basah menciumku di depan rumah. Aku tidak tahu apa yang Papa lakukan, saat aku sudah masuk sekolah dia sudah keluar. Dia menghilang, benar-benar seperti ditelan bumi. Aku dengar gossip, usaha keluarganya bangkrut dan dia diajak pindah keluar kota bersama keluarganya. Papa, pasti ini perbuatan Papa. Uang yang papa punya yang bisa memberi semua yang papa mau, kecuali satu anak yang tidak rusak.

Setelah mama meninggal, papa menambah satu alasan lagi dalam list nya untuk bisa memukulku sesukanya. Alasan itu ialah Mama meninggal karena aku.

Aku sudah tidak punya alasan untuk jadi anak baik dan pintar. Untuk siapa aku hidup? Satu-satunya alasanku hidup sudah pergi. Aku sudah tidak bisa merasakan sakit saat papa memukulku. Aku mulai ingin membuat hidup papa semakin sibuk dengan anak yang dia sebut rusak ini. Aku memang menunggu dipukuli dan mungkin sampai mati. Tapi aku tidak ingin orang lain tahu papa sering memukulku, aku tidak ingin dikasihani. Mungkin lebih tepatnya aku tidak ingin orang lain tahu kalau papa tidak pernah menyanyangiku sebagai anak seperti ayah lain. Aku akan mengaku berkelahi dengan preman atau orang asing untuk menutupi bekas luka yang disebabkan papa.

Living ProofDove le storie prendono vita. Scoprilo ora