Part 15 | Mabuk🎗

6 1 0
                                    

Dia hanya milikku, tak ada seorang pun yang berhak mendampinginya.

Trust and Love, Dec 2022

***

Lelaki dengan aura dingin baru saja memasuki kamar, lalu ia melempar jaketnya sembarangan. Reyhan membuka lemari kecil di ujung kamarnya yang memang ia tempati untuk menyimpan minuman beralkohol. Sekarang cowok itu membutuhkan minuman itu untuk menghilangkan beban dan emosi yang melanda.

Reyhan mengeluarkan semua botol minuman itu, lalu duduk di samping kasur dan meminumnya dengan agresif. Dua sampai lima botol habis ditelan oleh cowok itu tanpa henti. Rasa pening di kepala mulai dirasakan dan penglihatannya kali ini mulai buram.

"Kenapa jadi kayak gini, Sayang?" tanyanya bergumam sembari meneguk minuman beralkohol itu lagi.

Reyhan mengabaikan ponsel yang berdering berkali-kali. Ia ingin sendiri dulu untuk beberapa waktu demi meredamkan emosinya. Namun, lima belas menit kemudian perutnya mulai sakit dan ingin muntah. Reyhan sedikit berlari ke wastafel, ia muntah dengan diiringi batuk yang berdahak. Hal itu mungkin akibat karena terlalu banyak meminum minumam keras itu.

"Sayang? Rey?" Suara dari luar kamar terdengar samar di pendengaran Reyhan, sebelum akhirnya ia kehilangan kesadaran.

***

"Tan, Reyhan kenapa bisa gini?" tanya Zara mengusap rambut sang kekasih.

Zara langsung dikabari oleh Gabby setelah melihat keadaan Reyhan yang tergeletak di kamar mandi, bahkan dengan banyak botol minuman keras yang berserakan di lantai. Jadi, cewek itu langsung bergegas ke rumahnya tanpa pikir panjang.

"Tante juga nggak tahu, Tante kaget pas masuk kamar menemukan dia pingsan," jawab Gebby seadanya.

Zara mendekat pada Reyhan ketika cowok itu mulai membuka matanya. Ia mengusap lembut wajah Reyhan, rasa khawatirnya pun sedikit menghilang. 

"Sayang, kamu udah baikan? Kenapa melakukan ini, sih?" tanya Zara pada Reyhan yang masih lemas.

Zara sebenarnya ada rasa kesal pada Reyhan karena lelaki itu meminum minuman beralkohol untuk meluapkan emosi. Padahal sudah lama Reyhan berhenti mengkonsumsi minuman itu sebab Zara melarang keras. Hal itu juga demi kesehatan kekasihnya sendiri.

"Aku ingin tenang aja," jawab Reyhan tanpa melihat Zara.

Zara mengerutkan alis. "Ingin tenang? Kan, nggak gini caranya. Minuman ini bahaya buat tubuh kamu, padahal sudah tahu kenapa masih diminum?" omel gadis itu dengan wajah kesal.

Reyhan hanya bergeming. Ia tahu sangat tidak menyukai dirinya yang meminum barang terlarang itu. Namun, tadi pikirannya kosong, bahkan emosionalnya juga sangat tinggi. Ia seolah tak ada pilihan lain untuk menenangkan dirinya.

"Rey, aku tahu kamu kayak gini karena masalah tadi. Tapi aku mohon, jangan ngerusak tubuh kamu. Maafkan aku juga udah buat kamu kesulitan sekarang," kata Zara lagi sambil memegang tangan Reyhan.

Reyhan mengembuskan napas berat, lalu menatap Zara dengan lamat. "Aku nggak papa, kamu tenang aja. Kamu juga nggak salah, kok. Maaf aku kehilangan kendali tadi," sahut Reyhan mencoba menghilangkan kepanikan Zara.

"Lain kali cerita ke Mama kalo ada masalah. Mama nggak mau lihat kamu kayak gini," ucap Gebby pada Reyhan dengan wajah khawatir.

Reyhan tersenyum tipis dan mengangguk kecil. Ia merasa bersalah karena membuat orang-orang terdekatnya gelisah. Ia bangun dan memeluk mamanya yang duduk di sebelahnya. Berusaha mengatakan lewat batin bahwa ia baik-baik saja dan berterima kasih karena sudah mengkhawatirkannya.

Mereka teralihkan saat ponsel Zara berdering. Gadis berambut panjang itu membuka layar ponsel dan tertara nama sang ayah di sana. Hal itu tak luput dari penglihatan Reyhan dan rasa tak nyaman mulai dirasakannya. Entah apa lagi yang akan dibicarakan.

"Halo, di mana, Sayang?" tanya Burhan di balik telepon.

Zara menatap Reyhan sejenak sebelum menjawab. "Zara lagi di rumah Reyhan. Dia sakit, Yah," sahut Zara dengan jelas.

"Ayah nggak mau tahu alasan kamu. Sekarang langsung pulang, ikut Ayah ke kafenya Ibu," tegas Burhan tanpa bantahan.

Reyhan yang samar-samar mendengar suara ayah Zara merasa tersentil. Perasaannya seakan seakan terhimpit dan tergores. Kenapa sebenci itu? Padahal dulu keadaannya tidak rumit, bahkan hubungannya cukup baik meski pernah ada masalah besar sebelumnya.

"Ayah tunggu segera!" Burhan menutup panggilannya setelah mengucapkan kalimat itu dengan suara dingin.

"Padahal nggak pengen pulang dulu," gumam Zara sambil mematikan ponsel, mulutnya tampak maju ke depan.

Reyhan mengambil tangan Zara dan mengecupnya dengan lembut. Ia mengangkat tangannya untuk mengusap rambut panjang itu. Lelaki itu tahu bahwa Zara cukup bingung dan pasti berat dengan situasi sekarang. Ia tak mungkin egois, bahkan ia juga tak ingin hubungannya semakin rumit dengan menahan Zara berada di sini.

"Nggak papa pulang sekarang, aku udah baikan," kata Reyhan berusaha terlihat tegar.

"Sayang--"

"Ayah kamu nanti nungguin, pergi sekarang, Sayang," titah Reyhan lagi sembari tersenyum.

Zara kesal luar biasa, seharusnya dengan kondisi Reyhan sekarang ia tak mungkin meninggalkannya. Ia tahu bagaimana sosok Reyhan yang sangat manja bila sedang sakit dan membutuhkan dirinya untuk menemani. Lalu, sekarang ia malah disuruh pulang dengan keperluan lain.

"Baiklah, nanti aku kabari, Sayang," sahut Zara mengusap punggung Reyhan. "Aku pergi dulu," pamitnya, lalu melangkah keluar dengan rasa khawatir yang belum hilang.

Gebby merasa prihatin melihatnya, ia tahu hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. Sebagai orang tua, dirinya hanya bisa berdoa yang terbaik dan menyemangati sang putra agar tidak menyerah. Hal itu ia anggap sebuah bentuk kasih sayangnya kepada Reyhan.

"Sabar dulu, ya," ujar Gebby.

Reyhan menghela napas. "Apa pun yang terjadi, aku nggak akan meninggalkan Zara, Ma." 

"Harus, dong. Zara hanya mencintai kamu, kok," ucap Gebby lagi dengan senyum manisnya.

Reyhan sangat mengetahui hal itu. Namun, rasa takut dalam hatinya selalu hadir ketika berusasa yakin bahwa Zara hanya ditakdirkan untuknya. Bahkan, tak ada lelaki lain yang boleh mendampingi perempuan itu dalam keadaan apa pun. Zara hanya miliknya dan akan selalu diperjuangkan.


Bersambung ...

_______________

See You

Bondowoso, 05 Desember 2022

Trust and Love [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang