Part 13 | Terancam🎗

9 1 0
                                    

Apa pun yang terjadi, aku akan tetap di samping kamu.

Trust and Love, November 2022

***

Zara sudah menunggu Reyhan di taman sesuai perkataannya. Gadis itu terdiam dengan pikiran kosong, sungguh lelah dengan hubungannya kali ini. Perempuan dengan setelah olahraga itu terkejut kala Reyhan mengangetkannya dari belakang. Ia mengerjap dan tersenyum pada sang kekasih.

"Reyhan, ih." 

"Lagian kamu pake bengong," kata Reyhan, lalu duduk di samping Zara. "Kenapa, sih? Tuh, habis nangis, kan?" Reyhan mengusap mata Zara yang sedikit bengkak. Sangat tampak jelas mata itu terlihat sayu dan lelah.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Zara dengan nada serius.

"Ngomong aja kali." Reyhan masih saja tertawa kecil karena ia merasa tidak ada masalah apa pun.

"Ayah nyuruh aku putus sama kamu, Rey." 

"Kenapa gitu?" 

Zara menjelaskan semua yang ayahnya katakan di meja makan tadi. Suara Zara kembali terdengar bergetar, membuat Reyhan menariknya ke dalam pelukan. Jujur, hati keduanya sama-sama merasa hancur. Kenapa baru sekarang tidak setuju? 

"Kamu nggak usah sedih, aku akan cari tahu semua penyebabnya. Aku nggak akan meninggalkan kamu, Sayang." Reyhan berkata dengan lembut. Ia sama sekali tidak rela kehilangan Zara dan hal ini adalah sesuatu yang paling ia khawatirkan sejak lama.

"Udah, jangan nangis. Mau ikut jenguk Mama, nggak?" tawar Reyhan karena hari ini mamanya akan pulang.

"Loh, Tante Gebby kenapa?" tanya Zara yang langsung dijawab oleh Reyhan dengan rinci.

Mereka berdua berubah tujuan, yang awalnya ingin lari pagi, malah pergi ke rumah sakit. Setibanya di sana, mereka langsung saja memasuki ruangan yang berbau obat-obatan itu. Reyhan tersenyum melihat Gebby yang sudah mengganti baju rumah sakit dengan baju yang dibawa oleh pembantu tadi malam.

"Tante udah sembuh? Maafkan Zara baru tahu," ujar Zara dengan ramah.

Gebby tersenyum senang melihat gadis itu. "Nggak papa, Sayang. Kamu tahu, Tante dibawa ke sini sama Arina, loh."

"Arina sepupu aku?" tanya Zara mengangkat alis.

"Iya."

Zara mengangguk, ia sama sekali tak memperpanjang pertanyaannya. Ia pikir tidak penting siapa pun yang menolong Gebby. Baginya itu adalah sifat kemanusiaan yang semua orang miliki tanpa berprasangka buruk pada sang sepupu.

***

Di tempat lain, ada sosok pria paruh baya dan perempuan seumuran Zara bertemu di sebuah gudang sepi. Mereka sengaja merencanakan pertemuan ini untuk merencanakan sesuatu. Keduanya sama-sama berbaju hitan ala penjahat yang sadis.

"Saya senang bertemu denganmu." Pria itu tersenyum smirk.

Ya, perempuan itu adalah Arina. Di mana ia sudah merencanakan sejak lama ingin menghancurkan Zara. Namun, sebelumnya ia belum menemukan partner yang tepat karena ia tidak akan melakukan hal jahat itu sendirian.

"Iya, Om. Saya ingin cepat-cepat melihat Zara menderita." Arina bersedakap dada.

Irwan menggeleng tak habis pikir. "Saya cukup heran, kenapa kamu bisa ingin merencanakan hal jahat pada sepupu kamu sendiri?" 

Gadis yang pura-pura polos itu menjelaskan bahwa dendam pada Zara sudah ia tanam sejak lama. Ia merasa tidak Zara bersenang-senang dengan semua orang, sedangkan dirinya hidup menderita penuh kekurangan. Padahal ia tahu jelas-jelas bukan Zara penyebabnya. Hanya saja, Arina selalu merasa iri karena dirinya yang tak sama dengan sepupunya itu.

"Cukup kamu kerjakan satu hal saja, bantu saya membuat Zara jauh dari pacarnya. Gampang, kan?" usul Irwan tersenyum miring. "Bukankah hal itu akan membuat Zara hancur?" imbunya mencoba membandingkan.

Arina tampak tertarik dengan kalimat itu. "Ide yang bagus. Namun, kenapa Om merencanakan itu? Apakah ada sesuatu yang dicapai juga?" tanya Arina karena cukup bingung dari awal kenapa orang itu sangat mudah diajak kerja sama.

"Sama seperti kamu, saya ingin menghancurkan Burhan dengan cara mengambil hartanya. Jadi saya harus bikin anak saya bersatu dulu sama Zara." 

Irwan menjelaskan pada Arina. Tak jauh beda dengan tujuan gadis itu, ia juga tidak ingin melihat Burhan yang selalu dengan cerdas memenangkan tender di kantornya. Pria itu selalu beruntung dalam pekerjaan, sehingga membuat Irwan merasa tersingkirkan.

"Baiklah. Saya akan lakukan apa yang Om katakan." Arina sangat menyetujui rencana itu. Mereka tersenyum kemenangan, seakan rencananya akan berjalan dengan mulus.

***

Mobil milik Reyhan berhenti di depan halaman rumah sang kekasih. Ia mengantarkan Zara pulang setelah menjenguk mamanya. Zara mengajak lelaki itu untuk mampir dulu dan disetujui karena Reyhan sedikit haus.

"Sayang, kamu nggak papa nanti ketemu Ayah?" tanya Zara dengan hati-hati.

Reyhan mengedikkan bahu. "Santai aja, nggak papa, kok," sahutnya tersenyum tipis.

Mereka memasuki rumah itu dan bertemu dengan Burhan di ruang tamu. Tak lama kemudian ibu Zara datang dari arah dapur membawa segelas teh hangat dan beberapa makanan ringan. Wajah perempuan paruh baya itu langsung tersenyum kala melihat sang putri datang bersama Reyhan.

"Eh, udah pulang kalian? Sini duduk," ajak Dewi dengan ramah.

Burhan menoleh sedikit ke arah mereka, lalu kembali menatap televisi yang ia tonton sejak tadi. Ia sengaja mengabaikan Reyhan dengan tidak menyapanya dulu dan menyambut seperti biasa. Perkataan Daffin masih sering berputar di kepalanya.

Pria paruh baya itu mengambil gelas teh, lalu meminumnya. "Ke mana aja? Kok, sampe sore gini?" tanya Burhan setelah meminum teh.

"Kita pergi jogging, terus setelah itu pergi jenguk mamanya Reyhan, Yah," jawab Zara sejujurnya.

"Zara, sekarang kamu masuk! Istirahat biar nggak terlalu capek," titah Burhan dengan nada yang tak bisa dibantah.

Zara mengerutkan alis. "Ayah, masih ada Reyhan, loh. Lagian aku--" 

Zara mengatupkan bibir ketika Reyhan memegang tangannya. Lelaki itu mengisyaratkan pada Zara dengan kedipan mata, seolah mengatakan tidak perlu membantah sang ayah dan harus istirahat. Reyhan tak ingin hubungannya dengan Zara semakin runyam akibat gadis itu banyak membelanya di depan Burhan.

"Tapi, Rey."

"Aku nggak papa," kata Reyhan dengan tenang.

Gadis itu tersenyum hambar, lalu berdiri dan menaiki tangga menuju kamar. Dalam hati sangat kesal pada ayahnya karena bersikap seperti itu di depan Reyhan. Padahal tak ada seorang yang melarangnya bersama Reyhan sebelumnya, lebih tepatnya sebelum Daffin datang. Bahkan, Burhan dulu cukup mendukung hubungan itu.

"Saya tahu hubungan kamu sama Zara sudah lama. Tapi, bukan berarti kamu bisa semena-mena dan bisa mengatur Zara semau kamu," tandas Burhan pada Reyhan.

Perkataan itu cukup menyentil hati Reyhan. "Saya benar-benar sayang sama Zara dan saya nggak pernah mengatur Zara seperti yang Om maksud."

Setelah mengucapkan kalimat itu Reyhan berpamitan pulang. Ia tidak ingin terlalu larut dalam emosi sehingga akan menyebabkan kekerasan nantinya. Pemuda itu juga masih memikirkan Zara, bagaimanapun juga Burhan adalah calon mertuanya.


Bersambung ...

______________

See You

04 November 2022


Trust and Love [On Going]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن