Bab.10 || Ketika kecewa dan patah mulai melebur

Почніть із самого початку
                                    

"Iya."

Jawaban singkat itu membuat Arai meluruhkan pundaknya. Bocah itu terlihat pundung karena sahabat karibnya yang tengah di timpa masalah hidup hingga kehilangan gairah hidup. Arai jadi takut sahabatnya itu benar-benar kehilangan gairah hidup.

"Kasian lo, Ru. Mana masih muda lagi."

Gumaman lirih Arai mendapat delikan sinis dari Biru tanpa Arai sadari. "Arai, kadang punya teman kayak kamu tuh bisa jadi penyemangat, tapi kadang bisa jadi beban juga tau gak."

Baru akan menyahut, sebuah mobil yang berhenti di hadapan keduanya membuat Arai menelan kembali kalimat umpatan nya.

"Untung supir gue udah jemput." celetuk Arai sembari beranjak meraih tasnya.

"Yakin gak mau bareng? Nolak mulu tiap mau gue anter."

Biru menggeleng, bocah itu mendorong pelan tubuh Arai menuju jemputan, "Enggak perlu. Nanti kamu malah ngajak aku nyariin rumahnya Mbak Indah lagi."

Arai mendengus meski tak bisa menampik ucapan Biru. Dirinya memang penggemar berat Mbak Indah hingga dulu sering mengajak Biru dengan alibi pulang bersama, nyatanya justru menjadi detektif dadakan untuk mencari alamat rumah Mbak Indah si bidadari dunianya Arai.

"Yaudah, gue duluan. Jangan nangis gue tinggal."

Sepeninggalan Arai, sunyi kembali merangkap hingga Biru jatuh dalam lamunannya lagi. Bocah itu kembali memikirkan cara untuk menarik perhatian Galaksi agar mau berbicara padanya. Agar Biru bisa meminta maaf atas ucapannya yang menyinggung sang kakak.

Lalu kembali Biru mengingat, tentang bagaimana Galaksi akan memusatkan seluruh afeksi pada Biru saat terluka. Apa ... Biru harus terluka dulu agar Galaksi mau berbicara dan memaafkannya?

Ting!

Denting notifikasi pesan masuk dari ponsel pintar Biru membuat bocah itu tersentak dari lamunannya.

Bocah itu segera membuka layar ponselnya, sampai netranya sabitnya membulat saat melihat nama Galaksi sebagai pengirim. Buru-buru ia membuka pesan yang Galaksi kirimkan untuknya.

Kak Galaksi
Pulang sekolah jangan kemana-mana. Temani Reksa di rumah. Dia lagi sakit, asmanya kambuh dan dia sendirian.

Ada seberkas gurat kecewa yang tergambar dari bagaimana redup binar di kedua matanya. Biru berpikir mungkin Galaksi sudah mulai melupakan kemarahannya dan ingin berdamai dengan Biru. Nyatanya Biru salah, Galaksi hanya mengabarinya untuk menjaga Reksa yang sedang sakit.

Namun meski kecewa kembali ia dapat, bocah itu masih berusaha untuk membalas pesan Galaksi.

To Galaksi
Oke kak, aku bakal langsung pulang kok. Tenang aja, aku bakal jagain Reksa.

Tepat setelah pesan tersebut Biru kirimkan pada Galaksi, bocah itu kembali meletakkan ponselnya ke dalam saku jaketnya. Bocah itu terdiam lama memikirkan bagaimana cara untuk mendapat maaf dari Galaksi.

Lama bersama keterdiaman, Biru tidak sadar saat dirinya di perhatikan dari kejauhan. Hingga seruan nyaring yang meneriaki namanya membuat Biru tersentak dari lamunannya.

"Biru!"

Di seberang sana Biru dapati sosok Laras, budenya yang sudah tidak pernah ia temui sejak tinggal bersama Galaksi. Wanita paruh baya itu terlihat berantakan dengan wajah kuyunya. Wajar, Laras memang tidak sempat merawat diri saat harus menjadi orangtua tunggal untuk putrinya yang sakit-sakitan.

Memang daripada Mayang, Laras masih lebih berbaik hati untuk merawat Biru saat kedua orang tua Biru bekerja. Wanita itu hanya memiliki usaha kelontong kecil sebagai penunjang hidup bersama putrinya yang memiliki penyakit ginjal sejak kecil.

Rengkuh Sang BiruWhere stories live. Discover now