d u a p u l u h t i g a

Mulai dari awal
                                    

Sudah tau sendiri kan, bocil itu seribet apa?

“Sini, aku pijeti.” Tawar Anya, yang langsung di angguki Bian.

“Pijeti punggungnya ya, encok ini.”
Bian mengelus punggungnya yang sakit.

“Begini aja udah encok, gitu mau trabas malam pertama-“

BRUKK!

Oke, Anya akui di acari mati saat ini.

Masalahnya, secepat kilat Bian sudah membalik posisi. Bian yang mulanya berada di bawah, kini tiba tiba sudah berada di atas tubuh Anya yang membeku.

Sialan! Senjata makan tua ini namanya! Salahkan juga mulutnya yang suka cari perkara.

“Apa? Ulangin, mau denger lagi.” Salah satu sudut bibir Bian tertarik ke atas, menampilkan senyuman sarkas, yang sialnya berhasil membuat tubuh Anya merinding.

“E-enggak,-“ Anya menggelengkan kepala.

“Ulangin, sayang.” Bian mengelus rambut Anya dengan sensual.

Anya menelan salivanya dengan kuat kuat.

Sial! Bisa habis di terkam saat ini juga dirinya!

“Mau aku habisin sekarang?” Bian menempelkan ujung hidungnya ke ujung hidung Anya, membuat nafas gadis itu tercekat.

“Min-minggir,” Anya berusaha mendorong tubuh Bian dari atas tubuhnya, tapi naas, Bian malah mengangkat tangan Anya ke atas, mencekal kedua tanga itu di atas kepalanya. Membuatnya berhasil diam tidak berkutik.

“Gimana tadi katanya? Ngremehin aku di ranjang? Iya?” Bian terkekeh kecil.

Bukannya terpesona, Anya malah merinding, melihat wajah Bian yang mulai memerah itu.

Kepala Bian perlahan menunduk, mendekat ke telinga Anya.

“Nanti malam pulang aja ya? Biar gak bikin gaduh.”

Setelah berkata itu, Bian bangkit dari posisinya yang menindih Anya dengan senyum jahil di bibirnya.

Sedangkan Anya masih terdiam, membeku di atas kasur dengan mata menatap langit langit kamar.

“Panas, ada kaos nggak? Mau ganti dong.” Pinta Bian dengan nada santai seolah baru saja tidak terjadi sesuatu hal yang mampu membuat tubuhnya bergetar dari atas rambut sampai dengan telapak kaki.

“Sayang? Aku butuh baju. Panas.” Suara Bian Kembali menginterupsi Anya, membuat gadis itu bangkit dengan kondisi linglung.

Kok, keliatannya malam pertamanya bakal ngeri, ya?!

***

“Dadah engkong akek doang! Dadah embah!” dari dalam mobil, Joilin melambaikan tangannya ke arah orang tua Anya.

Anya masih memeluk mamanya yang sesekali memberi ia cubitan gemas di paha.

“Kok nggak bilang mama kalo ada duda ganteng modelan calon suami kamu sih..” tanya mama Anya dengan genit.

“Ma, kalo papa denger, mama abis ya.” Ancam Anya, membuat Mama cemberut.

“Pulang dulu, Om.” Bian memeluk calon mertuanya.

“Panggil Papa aja, biar dekat.”

Bian tersenyum, “saya pulang dulu, Pah,”
Papa Anya mengangguk. Ia sepertinya sudah gila saat dulu mau menjodohkan anaknya dengan pria beristri dua, hanya demi uang dan juga informasi dimana letak anak sulungnya yang menghilang setelah membuat keonaran di dalam keluarga mereka.

“Sering sering kesini ya, ben mama enggak kangen.” Mama berkata lembut dengan Bian.

“Mah,” suara Papa yang terdengar cemburu itu berhasil membuat mama Anya terkikik geli.

Bad Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang