8. Dependency 🌷

Start bij het begin
                                        

Tiba-tiba, barang di tangan Ray yang sepertinya tidak ringan, di lemparkan tepat mengenai wajah pengawal yang sebelumnya menginterupsi.

"Ah!" Dia mundur satu langkah sembari meringis kesakitan. Reane terkejut dan ikut meringis.

"Pukul dia sampai pingsan!"

Reane terbelalak mendengar perintah penuh amarah itu. Sebelum dia bereaksi, dia melihat ketiga pengawal itu mengangguk dan mendekat tanpa ragu-ragu lagi.

"TIDAK! BERHENTI!" jerit histeris Reane membuat mereka sangat terkejut dan menoleh.

Ekspresi mereka samar-samar penuh ketidakpercayaan saat melihat Reane. Sedangkan yang di lihat mendekat dengan wajah penuh amarah, namun matanya berlinang air mata.

"Apa-apaan kalian! Jangan sentuh suamiku sedikit pun!" Reane berdiri beberapa langkah di depan Ray yang berjongkok dan menjauhkan keempat pengawal itu. "Aku tidak menduga cara kalian akan sekasar ini!"

"Nyo-nya ...  it-u ...." Mereka gelagapan dan perlahan mundur.

"Menjauh sekarang!" sergahnya dengan jari menunjuk ke arah mereka. "MENJAUH! JANGAN SAKITI DIA!"

"Tolong, Nyonya. Tuan Muda tidak akan bisa tenang jika kita tidak menggunakan cara ini. Kami sudah melakukan cara ini beberapa kali. Jadi tidak usah khawatir--"

"Diam kau!" Reane menggertakkan gigi menatap marah pengawal yang berbicara itu. Dia semakin marah mendengar kata 'kami sudah melakukan cara ini beberapa kali'. "Aku tidak akan segan memecat kalian berempat!"

Mereka langsung menciut, walaupun mulut salah-satunya sempat terbuka untuk menyanggah lagi.

"Nyonya--"

"Pergi! Jangan sakiti aku, hiks ...."

Teriakan itu menghentikan perdebatan mereka.

"Aku bisa menanganinya sendiri." Reane menatap mereka lewat ekor matanya karena kini dia berhadapan dengan Ray. "Ray ..."

"Tolong ... hiks, jangan mendekat," katanya serak saat Reane maju satu langkah.

Reane tertegun saat melihat kedua matanya berkaca-kaca penuh permohonan dan ketakutan.

"Ray ... ini aku ...," katanya selembut mungkin. Reane ikut berjongkok berhadapan dengan jarak dua satu meter dari Ray.

Walaupun jantung Reane berdegup kencang, tubuhnya tegang, ia tak bisa berhenti sampai di sana. Dia mendekat lagi, dan di sana Ray semakin menyusut.

"Jangan sakiti aku, hiks. Ibu ... tolong ...."

Dia menangis terisak-isak dengan kepala menggeleng beberapa kali. Matanya menatap ngeri Reane sehingga membuat orang yang di tatap merasakan sangat sakit di hatinya.

Reane tidak tahu bagaimana halusinasi yang Ray alami saat ini, namun dia menduga bahwa itu berhubungan dengan ibunya dan pengalaman masa lalu.

"Ray ..." Reane mencoba tenang saat dia memanggil. Terlintas sesuatu di pikirannya, dia lantas tersenyum dengan tangan terjulur ke arah Ray. "Ray, sayang ... Ini ibu. Jangan takut oke?"

Kepalanya yang menelungkup di lutut perlahan mendongak dengan mata penuh keraguan menelisik Reane. "Ibu?"

"Hmm. Ini ibu, Ray. Ibu tidak akan pernah menyakitimu. Jangan takut ...." Reane tersenyum lebih lebar melihat ketakutan di matanya memudar. Hanya ada kepolosan dan keraguan di ekspresinya.

"Ibu??"

Rasanya Reane ingin tertawa. Kepanikan di hatinya ikut memudar. Dia lebih mendekat sehingga hanya sedikit jarak saat berhadapan dengan Ray.

"Mereka sudah pergi. Jangan takut oke?"

Reane mengulurkan tangan dengan perlahan mencoba untuk memegang kepalanya. Saat berhasil, Ray sempat tersentak, namun tidak menolak.

"Mereka pergi?"

"Ya. Hanya ada aku dan kamu. Jangan takut lagi ...."

Mata Ray semakin menelisik wajah Reane, namun sama sekali tidak menolak usapan tangan lembut di atas kepalanya. Perlahan, mulutnya cemberut dan berkata lirih. "Kamu bukan ibuku ...."

Reane membeku. Dia mengira dengan cara ini akan berhasil. Dia langsung gelagapan dan perlahan menarik tangannya. Namun, tangan kuat Ray menangkapnya, dan dengan tiba-tiba menarik kuat sehingga tubuhnya ikut tertarik terdekap ke dalam sebuah pelukan dingin.

Waktu terlalu singkat, sehingga Reane tidak memiliki waktu untuk bereaksi, hanya saat dia membuka mata, pipinya sudah menempel di dada yang keras. Dia juga bisa merasakan seberapa eratnya sebuah tangan melilit pinggang dan bahunya.

Bukan hanya dia, namun para pengawal dan Emi yang baru bisa masuk, terkejut melihat tuan muda mereka sudah tenang. Di tambah lagi ... ekspresi Ray 180° berbeda dari sebelumnya.

"Aku sangat senang bisa memelukmu. Mulai sekarang, bisakah kamu tetap berada di sisiku?"

Bahkan suaranya yang berubah magnetis, menggelitik telinga Reane sampai merinding.

Reane tertegun di pelukannya dengan pikirannya berputar. Apa maksudnya?

***

Tbc

___

Votenya ya~ follow juga buat yang belum, hehe♥️

Aku lama up sebenarnya agak susah menggambarkan kepribadian Ray😂

__

12.21
Minggu, 09 Oktober 2022

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu