8. Dependency 🌷

Magsimula sa umpisa
                                        

Reane langsung melangkah maju untuk masuk, namun Emi langsung menahannya.

"Jangan Nyonya! Anda jangan gegabah! Biarkan mereka saja!"

Reane menatap Emi dengan mata yang sudah basah karena menangis. Entah dari kapan, Emi sendiri pun terkejut melihatnya menangis.

"Kenapa?! Aku harus melihat dan menenangkannya!"

"Anda tidak akan bisa, Nyonya! Anda akan terluka seperti sebelumnya!"

"Lepaskan!" Reane berontak, namun Emi mencekalnya kuat di bantu dengan pelayan wanita yang lain yang ada di sana.

"Untuk apa kamu menyuruhku ke sini jika aku sendiri di tahan?!" sergah Reane dengan marah karena kesal.

"Maaf, Nyonya. Kamu hanya memberi tahu saja, bukan untuk mendorong Nyonya menangani Tuan Muda." Emi berkata penuh rasa enggan. Dia menatap pengawal dan berkata. "Kalian masuk dan ikat Tuan Muda."

Reane menatap Emi tidak percaya penuh keterkejutan. "Emi! Apa maksudmu?!"

Sepertinya Emi sudah menduga reaksi Reane. Dia menguatkan cekalannya dan menoleh dengan wajah tenang setelah para pengawal itu masuk.

"Kami harus melakukan ini, Nyonya. Karena Grehen tidak ada di sini. Nyonya tidak akan pernah sanggup meredakannya."

"Apa--"

"Arrgg! Menjauh!"

Suara Reane terputus saat teriakan Ray semakin jelas. Ini pertama kalinya dia mendengar suara Rey, namun terdengar serak dan penuh ketakutan.

"Jangan bunuh aku! Tidak! Tidak! Menjauh!"

Reane termangu. Dia mengepalkan tangannya yang gemetar. Yang biasa dia lihat, hanya pintunya yang sedikit terbuka. Tentu saja di dalamnya gelap.

Terdengar suara para pengawal yang sepertinya kesusahan.

"Arghh! Hiks .. Ibu!"

Suaranya memelan, dan suaranya yang dewasa seolah-olah menirukan anak kecil. Reane sudah tidak kuat lagi. Menatap Emi dan pelayan yang satunya lewat ekor matanya, sepertinya mereka tengah lengah dengan suara Ray itu. Reane menggigit bibirnya cemas.

Dengan tekad kuat di hatinya, dia langsung bergerak melepaskan diri dari mereka dan menerobos masuk.

"Nyonya!!"

"Jangan, Nyonya!"

Tanpa memperdulikan teriakan kaget Emi di belakangnya, Reane langsung mengunci pintu dari dalam untuk mencegah mereka menahannya lagi.

"Nyonya! Tolong jangan membuat kami kesulitan ...."

Suara Emi yang samar terdengar. Namun Reane terfokuskan oleh pemandangan di depannya. Walaupun gelap, namun bisa di lihat dengan sinar bulan dari luar bahwa kamar Ray sangat berantakan.

Reane bisa melihat usaha keempat pengawal itu yang mencoba mendekat, namun seorang pria yang tengah menyusut di pojok menodongkan sebuah barang seolah-olah itu pelindung terbaiknya dari mereka. Selain itu, dia mencoba melemparkan apapun agar para pengawal tidak mendekat.

"Mendekatlah! Kamu pegang tangan kiri, dan kamu tangan kanannya! Dan kamu! Ambil barang itu darinya!"

Satu orang dari keempat pengawal itu menginterupsi. Sepertinya mereka tidak menyadari kedatangan Reane. Mereka terlihat lebih kasar daripada saat di luar pintu tadi.

"Tidak! Jangan! Jangan sakiti aku! Argh! Menjauh!!"

Dengan hanya mendengar nada teriakannya, sudah jelas Ray ketakutan. Reane tidak bisa melihat ekspresinya karena membelakangi cahaya bulan.

Dependency ✓ [Sudah Terbit]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon