Abigaeil mendengus pelan menatap papa-nya dengan tatapan kesal

" Ish~ bukan, Abi ndak pa-pa.
kan udah minum obat berarti sebentar lagi sembuh " jelas Abi seraya tersenyum berusaha meyakinkan sang Papa yang terlihat khawatir

" Iya deh besok sekolahnya libur dulu ya dek, istirahat aja di rumah"

Abi hanya mengangguk pasrah, ingin protes sebenarnya tapi melihat raut serius sang Papa. Abigaeil tak berani menyanggah lagi.

" Hm... Papa, Abi boleh tanya ndak"

" Tanya apa hm" Andhika mengangguk

" Yang tadi pagi itu, mm~ Nenek? " tanya abi pelan

" Adek denger? " Abigaeil mengangguk menatap lekat Papa-nya yang tampak mengehela nafas sebentar

" Tadi Abi sempat denger.. maaf Papa
nda sopan dengar-dengar tanpa izin~" lirih Abigaeil lagi tatapannya menyendu

Andhika segera mengeleng tidak ingin sang anak merasa bersalah, mengusap sebentar wajah anak bungsunya itu

" Ga.. Maaf ya, kamu harus Papa sama yang lain debat sama Nenek~ "

" Papa? " panggil Abi lagi

" Iya,.."

" Mmm~ Nenek ndak suka Mama ya? "

Andhika terhenyak mendengar pertanyaan sang anak, dia harus jawab apa

" Kenapa mas, sama Abang ngomong gitu sama Nenek, terus kenapa juga nenek bilang mama gitu? " tanya Abi lirih

Abigaeil hanya menunduk memainkan jemarinya sendiri takut, jika pertanyaan salah melihat air wajah sang Papa yang berubah

" Gak gitu sayang~ hm.." Andhika menjeda kalimatnya

" Kalo Nenek ndak suka Mama berarti, nda suka Abi juga iya kan pa?"

" Hei.. Gak kaya gitu nak, Papa..
denger sayang,

Nenek jauh selama ini jarang di Indonesia, makanya gak pernah kesini sebenarnya papa juga berusaha cari waktu yang tepat buat adek bisa kenalan juga sama Nenek.." lanjutnya meskipun tak semua ucapannya benar, ia justru mengulur sebanyak mungkin waktu bahkan hingga menyembunyikan identitas anak bungsunya tidak hanya dari sang ibunda. Tapi juga dari dunia.

Persaingan bisnis, musuh-musuh Andhika diluar sana.
ancaman itu bisa datang darimana saja bahkan orang-orang terdekatnya sebut saja ibunya sendiri, Andhika bukan orang bodoh gerak-gerik sang mama bisa terbaca jelas olehnya
perilaku sang ibu yang gencar mencari tahu tentang anak-anak nya terutama si bungsu

Obsesi sang mama terhadap WISHNUTAMA, tentang pada siapa kelak tahta wishnutama akan berlabuh meskipun jelas sudah semenjak turun temurun di keluarga wishnutama yang akan menjadi pewaris adalah anak bungsu keluarga tak ada yang tahu pasti mengapa harus begitu. Akan tetapi di keluarga wishnutama anak bungsu merupakan keturunan spesial.

Mama-nya yang kolot, berpikiran tertinggal mungkin Andhika berpendapat begitu tentang mama-nya Wiranti. Pikiran sang Mama yang terpaku pada satu sudut pandang saja keturunan wishnutama
itu keturunan ningrat, terpandang
berdarah biru
maka harus pula berhubungan dengan orang yang sama statusnya. Maka keputusan besar Andhika menikahi Riani sebagai istri. Agaknya telah mencoreng kehormatan sang Mama, menodai keturunan mereka ucap sang Mama, Riani wanita sederhana yang tak berpunya tapi dimata Andhika justru Riani adalah wanita luar biasa kesederhanaan nya merupakan harta yang ternilai dimata Andhika, tapi itu tak ada artinya bagi sang Mama.
mama-nya tetaplah mamanya dengan segala pemikirannya
Riani wanita itu tak pernah ada harganya di mata sang mama kesalahan terbesar yang menurut sang mama yang harus disingkirkan

ABIGAEILWhere stories live. Discover now