• Bab 17 - Tamu Malam Hari

568 81 2
                                    

Malam hampir larut dan pasangan Achilles baru dapat kembali setelah Zella terlelap nyenyak. Mereka kembali menggunakan kereta kuda keluarga Glodius. Sebenarnya Alicia menyuruh Lucius untuk pulang lebih dahulu saat Zella sibuk bermain dengan Alicia, namun Lucius bersikeras akan pulang bersama dirinya.

Dalam kereta Lucius memilih untuk bersandar pada kursi kereta sembari memejamkan mata. Ingin rasanya beristirahat barangkali sejenak. Namun pikiran mengenai beberapa kejadian yang menghantuinya tidak membiarkan hal itu terjadi. Tambah dia perlu menemukan akar dari transaksi obat illegal tersebut, sebelum semakin menjamur di kerajaan Lyster.

Menyeringai, “aku terkejut istriku yang selalu banyak bercerita, bertanya dan tersenyum, kini diam menatap diriku ragu.” Alicia mengerjapkan bulu mata lentiknya. Lalu dia tersenyum lugu.

“Astaga, ketahuan,” kini dia tersenyum hingga mata menyipit bagaikan bulan sabit. Memperbaiki posisis duduk seraya berkata, “aku hanya ingin penasaran mengenai perkembangan proyek ini karena Negara ku turut andil di dalamnya.”

Mata terpejam Lucius terbuka, bersamaan dengan sinar rembulan yang menyinari jendela kereta. Membuat manik biru laut terlihat berkilau dari pantulan sinar tersebut. Pria ini bagaikan pahatan Dewa dalam benak Alicia.

“Sejauh ini cukup berjalan lancar dan bisa lebih lanar jika para pengerat kecil tidak berkeliaran memanfaatkan jalur terbuka. Mereka menyelundup dengan cukup baik.”

Ekspresi Lucius datar tanpa emosi. Dirinya ingin menghancurkan mereka kedalam siksaan agar merasakan bagaimana menjadi buruan seorang predator.

Alicia mencondongkan tubuh kedepan, mengapai tepi wajah Lucius menatapnya. “Aku bisa membantumu.” Lembut Alicia dengan wajah mengembang.

Hening. Derap kuda serta roda kereta yang mengisi hening antara mereka berdua. Mata mereka saling terkunci. Menyelami masing-masing diantara mereka. Sesaat pria itu mengernyit tidak suka akan ucapan sang istri, lalu menepis apa yang dipikirkan dan menyeringai kecil menganggap hal itu sebagai lelucon.

“Hanya katakan pada Putra Mahkota Caspia untuk berhenti mengirim surat,” sebelah tangan Lucius menangkup jemari lentik Alicia diwajahnya dan menyalurkan kenyamanan. “Tiga surat dapat kuterima tiap hari selama disana bertanya mengenai keadaanmu.”

“Wajib membalas?”

“Kubalas satu di hari selanjutnya, kemudian menerima lebih banyak beberapa jam setelahnya,” Alis Lucius tertaut menatap Alicia. “Apakah Kakak mu selonggar itu?” pertanyaan tersebut membuat Alicia tertawa manis.

Alicia tidak akan berbuat seperti itu, wanita yang bahkan tidak berani menyakiti semut ini tidak mungkin mengotori tangannya. Lucius mengenal baik istrinya, sejak dahulu, hingga sekarang.


⁰ o ⁰  ⁰ o ⁰


Thalia berada dalam kamar Alicia sambil sedikit merapihkan ranjang tidur agar lebih nyaman. Sedangkan pemilik kamar duduk di kursi membaca beberapa laporan keuangan rumah tangga setelah berganti pakaian yang lebih nyaman.

Sesampai di kediaman, baik itu Lucius mengatarkanAlicia ke kamar. Lalu saat sampai pria itu menyuruh Alicia beristirahat karena besok mereka harus meninjau langsung wilayah kekuasaan Achilles, sekaligus membangun reputasi baik dalam masyarakat.

“Hmm, Thalia, apakah kau bisa membaca?” Tanya Alicia dengan pandangan beralih pada Thalia yang membereskan selimut.

“Saya bisa membaca sedikit, Nona.” Jawabnya sembari tersenyum, lalu berhenti dan menatap Alicia. “Dulu, Nona-lah yang mengajarkan saya membaca serta menulis.” Pandangan Thalia melembut dengan memutar kembali kenangan tersebut.

The Secret of DuchessWhere stories live. Discover now