• Bab 11 - Apa Kau Yakin?

1.6K 266 18
                                    

Setumpuk kertas, dokumen serta beberapa perkamen telah berada dihadapan Alicia yang dibawa oleh Kepala Pelayan dengan sebuah senyuman hingga kumis baplang nya ikut terangkat. Entah kenapa malah membuat Alicia menyesal akan permintaan yang dia ajukan pada Lucius.

"Apakah ini yang harus aku pelajari dan kerjakan?" Tanya Alicia menatap horor tumpukan tersebut.

"Itu belum semua, Nyonya. Namun kita akan mulai dari paling mendasar seperti anggaran, evaluasi bulanan, pemasukan serta beberapa yang terkaitnya. Namun anda tenang saja, karena pria yang telah berusia ini akan siap membantu anda hingga anda bisa melakukannya sendiri." Balas Kepala Pelayan dengan kumis yang semakin terangkat, membuat dirinya semakin mirip dengan salah satu karakter game Mario.

'Ugh, aku ingin mati saja.' Alicia memijat pelipis pening.

Ini memang permintaan Alicia yang ingin memenuhi tugas Duchess Achilles. Dirinya tidak ingin membebani Kepala Pelayan yang telah mengambil alih tugasnya selama Alicia 'hilang ingatan'.

Alicia yang meminta ini pada Lucius. Meski pria tersebut sempat ragu, tapi karena Alicia berhasil membujuk dengan cara menggemaskan. Lucius langsung memperbolehkan, dengan syarat tidak memaksakan diri.

Bucin.

Meski akan terasa berat, setidaknya Alicia senang dia bisa berguna untuk kediaman Achilles, mulai dari sekarang hingga kedepannya.

"Mari kita mulai, Nyonya. Bagaimana jika kita mulai dengan sesuatu yang mudah seperti keuangan!" Semangat

"Ah... iya, baiklah." Alicia menjawab pasrah dengan setitik air mata kepasrahan. 'Help!'

⊛⊛⊛⊛⊛⊛

"Bolehkah kita istirahat? Hanya secangkir teh untuk sepuluh menit saja."

"Tidak Nyonya! Anda harus segera menyelesaikan ini. Lihat! Disini ada sedikit bagian yang salah. Kesalahan sedikit bisa fatal, Nyonya!" tegas Kepala Pelayan sambil membawa tongkat kayu rotan dengan wajah garang.

Setelah semangat kepala pelayan mengajari Alicia dalam. Tak lama kemudian, senyum milik Kepala Pelayan hilang, terganti wajah garang dengan sebuah tongkat yang entah darimana dia dapatkan.

Selama hampir enam jam lebih, Alicia terus diawasi ketat, mendapat teguran, pidato dan lainnya. Membuat telinga dan hati kepanasan seperti cacing kepasan yang membutuhkan air.

Ternyata benar!

Firasat buruk Alicia sejak awal untuk meminta orang lain yang mengajarkannya selain kepala pelayan adalah benar. Wajah Mario bros ini hanya penyamaran. Alicia ingin menangis menyesal. 'Kalau tau begini lebih baik aku meminta Elias saja yang mengajariku.' Batinnya yang sudah meraung.

Kepala pelayan melihat jam saku di kantung baju. "Nyonya, mungkin sudah cukup untuk hari ini. Makan malam sudah hampir tiba, saya harus membuat persiapan. Anda sudah cukup mengerti mengenai mengatur keuangan, besok kita akan melanjutkannya dengan pembelajaran baru. Nyonya sudah bekerja keras." Wajah garang tadi hilang seketika menjadi ramah seperti di awal.

"Baiklah, terimakasih." Alicia tersenyum.

Setelah itu Kepala Pelayan undur diri, dan saat tinggal diri seorang, Alicia menyandarkan kepala pada kursi dengan kepala menatap langit serta tangan menggantung di bawah. Persis orang yang telah kehilangan jiwa.

"Aku dimana, aku siapa, apa ini surga atau ini neraka, kamu siapa, ini apa." Racau absurd Alicia. Dia merasa jiwanya bisa terbang dengan tenang setelah kepergian Kepala Pelayan.

"Kenapa semua orang disini aneh. Mario bros tadi awalnya baik seketika jadi ganas, lalu baik kembali. Apa semua memang seperti itu? Mudah berubah seakan punya kepribadian lain. Jadi aku akan menghabiskan sisa hidup bersama kumpulan bipolar?"

The Secret of DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang