• Bab 14 - Undangan

1.1K 172 14
                                    

Clink

Denting cangkir tersimpan berhasil mengalihkan perhatian semua Nyonya yang asik membicarakan mengenai keromantisan pasangan Achilles.

"Nyonya sekalian, bukankah pembicaraan ini mulai liar? Bahkan saya tidak bisa mengikuti alur pembicaraan ini," suara anggun nan tegas menggalun diantara perbincangan, dan lebih dari cukup membuat mereka salah tingkah dan segera mengganti topik.

Alicia menghembus nafas kecil, lega. 'Di lain pesta mungkin aku harus menyumpal mulut mereka dengan sepatu!'

Sebagai terima kasih, Alicia tersenyum tipis pada wanita yang telah membantunya. Sebenarnya dia cukup terkejut bahwa penolong itu adalah wanita berpengaruh pada pergaulan kelas atas, Sang Duchess Glodius, Amara Glodius.

Amara yang melihat Alicia ikut tersenyum tipis, lantas kembali menyesap teh.

⁰ o ⁰ ⁰ o ⁰

Pada malam hari setelah pesta teh, Alicia tengah duduk di kursi meja rias sembari membaca dokumen, dengan Thalia dibelakangnya yang menyisir rambut Alicia.

Sesekali Thalia menceritakan yang sedang topik hangat. Mulai dari toko kue yang menjual susu, perkembangan pembangunan rel kereta antar Negeri, dan lain sebagainya.

"Saya dengar Duke Muda Glodius telah kembali setelah ekspedisi pembasmian monster serta hewan buas," ucap Thalia yang kini memijat pundak Alicia.

Sebelah alis Alicia terangkat sebagai respon, dengan mata terus membaca dokumen. "Ekspedisi? Bukankah itu terlalu cepat dilaksanakan dibandingkan jadwal biasa?"

"Ekspedisi kali ini di percepat karena pembangunan rel kereta, Nona. Yang Mulia Raja khawatir mengenai penyerangan yang bisa dilakukan saat pembangunan."

"Apakah Lucius akan ikut dalam ekspedisi selanjutnya?" tanya Alicia.

'Astaga, bagian ini meleset dari perhitungan. Aku harus memperbaiki sebelum kepala pelayan melihat ini,' dan mulai mengerutu, ketika dokumen dihadapan nya terdapat selisih perhitungan.

"Saya tidak tahu, namun ada kemungkinan tuan Duke akan ikut pada ekspedisi selanjutnya."

Alicia mengangguk paham.

Selesai dari kegiatannya. Langsung saja Alicia menyimpan dokumen pada meja dan merebahkan diri pada ranjang empuk nya, sembari menarik selimut.

Melihat hal tersebut, Thalia tersenyum kecil. Sesaat sebelum meninggalkan kamar, Alicia kembali memanggil dan bertanya, "Thalia, menurutmu lebih baik Lucius atau Duke Muda Glodius itu?"

"Maaf? Maksud Nona?"

"Pasti Lucius, kan? Karena Lucius adalah pria paling nomor satu di kerajaan. Terbaik dalam segala hal, bahkan ketampanan! Tidak ada tandingannya!" Semangat Alicia memberikan deskripsi tetang Lucius.

Thalia yang diam, kini tersenyum. Semenjak hilang ingatan, segala hal tentang Nona-nya berubah, namun Thalia memaklumi. Paling penting baginya hanyalah kebahagiaan Alicia. 'Semoga Dewa Gilles memberkati Nona.'

Disisi lain, Lucius yang telah berada di lokasi rel kereta mengalami bersin disertai sensasi merinding sejak tadi. Padahal udara dingin sekalipun dia sanggup menahan nya.

"Tuan Duke..." Elias menatap Lucius dengan tatapan aneh, "anda bisa sakit?"

⁰ o ⁰ ⁰ o ⁰

Dalam tidur, Alicia tampak mengerang kesakitan. Bulir keringat mengalir deras membasahi dahi serta tubuh nya. Sesekali tangan nya terangkat seakan ingin menggapai sesuatu.

Kemudian tersentak bangun, disertai deru nafas cepat, sesekali terbatuk sambil meremas gaun tidur hingga kusut. Kepala Alicia berdenyut nyeri selama beberapa saat.

Ketika telah tenang. Tangan Alicia terangkat untuk menyisir rambut basah sebab keringat kebelakang. Manik nya menatap tajam kedepan dengan ekspresi wajah mengerikan.

"Mimpi yang cukup buruk. Bukan begitu, Alicia?" Lalu seringai nya muncul, bersamaan dengan manik yang bersinar redup.

⁰ o ⁰ ⁰ o ⁰

Terhitung tiga hari terlewati semenjak pesta minum teh serta mimpi buruk yang datang dalam tidur Alicia. Selama itu pula Alicia menghabiskan harinya dengan mempelajari segala macam pengelolaan di kediaman serta wilayah Achilles.

Hingga datang sebuah surat undangan bersimbolkan perisai emas dengan bunga mawar putih yang merambat pada tiap sisi perisai tersebut.

Ini adalah lambang keluarga Glodius. Undangan pribadi dari Sang Duchess untuk Alicia.

Perasaan Alicia mengatakan, baik dirinya maupun 'Alicia dulu' tidak cukup dengan Sang Duchess.

Apakah dia menyinggung perasaan wanita tersebut? Apakah Alicia membuat kesalahan?

Namun, Alicia hanya ingat dia telah melakukan peran nya dengan sangat sempurna.

'Jika aku menolaknya, bisa aja rumor buruk akan tersebar dikalangan bangsawan dan aku akan kesulitan untuk rencana selanjutnya.'

Alicia mengetuk-ngetuk ujung jari pada meja memikirkan undangan tersebut, 'Namun ini juga merupakan tiket emas! Kesempatan ini tidak akan datang dua kali.'

Akhirnya, Alicia menerima undangan pribadi Duchess Glodius. Sebenarnya dia juga ingin meminta pendapat Elias. Namun pria tersebut ikut bersama Lucius, keterampilannya lebih dibutuhkan disana.

Keesokan hari, Alicia dalam nuansa gaun hijau pucat mengendarai kereta bersama Thalia serta seorang pengawal menuju kediaman Glodius.

Sebelumnya Alica telah membaca data lelaki yang menjadi pengawal pada hari ini. Dia Matheo. Bocah yang dulu berasal dari desa hancur akibat serangan monster yang ditemukan oleh Lucius saat remaja.

Melihat potensi dari bocah tersebut, tanpa ragu Lucius membawa dan melatihnya bersama pasukan lain.

Terbukti, penilaian Lucius tidak salah. Kini Matheo sangat mahir dalam berpedang. Dia juga merupakan salah satu pasukan inti milik Achilles.

Hum, remaja baik hati dengan mata ahli dalam melihat sesuatu. Itu menjelaskan mengapa dirinya seringkali merinding saat bersitatap dengan Lucius.

Pria tersebut terlalu sempurna, terkecuali dalam menjaganya.

'Mau bagaimana lagi, peristiwa itu diluar kemampuannya. Pria itu juga hanya manusia biasa. Manusia tidak bisa sempurna seutuhnya, kecuali dia Tuhan. Hmm, dunia ini hanya ada Dewa. Kuharap Dewa disini tidak seperti Dewa yunani.'

"Tuan Matheo," panggil Alicia dalam kereta. Matheo yang berada di luar menunggangi kuda, mulai mensejajarkan diri dengan jendela. "Apakah ada kabar mengenai kapan Lucius kembali?"

Matheo menggeleng dengan wajah datar.

"Begitu, ya." Matheo mengangguk lalu kembali pada posisi awal.

Tidak kembali bertanya. Alicia menyandarkan tubuh pada kursi kereta, menatap pohon rimbun di sepanjang jalan.

'Matheo, Matheo, ya. Dia cukup bagus sebagai sekutu ku.' Diam-diam, Alicia tersenyum misterius dalam hati.

"Thalia, aku merasakan hari ini adalah hari keberuntungan ku." Ucap Alicia yang mulai bersenandung kecil, mengabaikan tatapan binggung Thalia.

༻◦◦◦◦◦༺

Haloha!
Gimana kabar kalian? Saya menghilang cukup lama ya, huhuu
Maafkan saya karena cukup sibuk akhir-akhir ini, ditambah dengan writer block dan mager ( ;∀;)

Saya akan mencoba untuk tidak mager lagi mulai dari sekarang.
Ngomong-ngomong selamat idul fitri bagi yang menjalankan ♡(> ਊ <)♡

Jangan lupa kasih THR untuk saya ya (~ ̄³ ̄)~

See you~
Adios~

-9 Mei 2022

The Secret of DuchessWhere stories live. Discover now