"Ada apa, Wyl?" tanya Xie menatap Wyl dengan wajah bingung.

"Kamu bilang, Yara ada di sini, bukan?" tanya Wyl kepada Xie.

"Em... yah. Kenapa?"

"Dia adalah sesosok ruh, Xie! Dia dapat membantu kita!!" teriak Wyl kegirangan. Sekarang ia tampak sedikit bersemangat.

"Apa maksudmu, Wyl? Apa yang dapat ia lakukan? Ia tidak dapat memegang apa pun yang berpengaruh pada dimensi kita. Dia... hanya dapat menyentuh orang yang dapat melihatnya saja. Percuma saja jika rencana kita adalah untuk melukai Monster itu," ucap Xie menjelaskan. Sepertinya, Xie memang sangat berpengalaman tentang hal-hal seperti ini.

"Yah, dan rencanaku bukanlah hal itu."

Kalimat yang dilontarkan oleh Wyl terdengar sangat ambigu bagi Xie-- bahkan bagiku juga. Apa maksudnya adalah, ia mempunyai rencana lain?

"Ma-maksudmu, apa? Rencanamu apa?" tanya Xie sedikit bingung.

Wyl menarik napasnya dalam-dalam. Sepertinya ia berusaha untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum menjelaskan rencana miliknya pada kami.

"Baik. Kamu ingat film horor yang pernah kita lihat minggu lalu?"

"Em, ya. Lalu?"

"Dalam film itu, dikisahkan kalau tokoh utamanya dapat melihat ruh. Lalu-"

"Wyl! Ayo serius. Kalau kamu menceritakan semuanya, akan menghabiskan banyak waktu. Kita harus berpikir cepat," ucap Xie menyela.

Apa yang dikatakan oleh Xie itu benar. Di belakang kami, Zlan sedang berdebat dengan para Monster itu. Sepertinya ia ingin mengulur waktu, agar kami dapat berdiskusi.

"Baik. Rencananya sangat sederhana." Wyl menarik napasnya kembali.

"Yara, kamu harus merasuki tubuh Monster itu."

-☆-

Aku sudah mencoba untuk mendekati Pak Reimold. Ralat- bukannya mendekati. Akan tetapi masih mengumpulkan keberanianku untuk mendekati Monster itu. Bukan apa-apa. Hanya saja, aku menjadi takut jika membayangkan kembali tragedi kematianku di tangan Monster itu. Alhasil, aku masih berusaha mengumpulkan niatku.

"Yara. Apa yang kamu lakukan sebenarnya?" tanya Xie menegurku. Aku tertegun, lalu menoleh ke arah Xie. Raut wajah Xie dan Wyl tampak khawatir. Mungkin saja mereka menaruh harapan besar padaku.

Benar. Mereka menaruh harapan yang cukup besar kepadaku. Tidak seharusnya aku menggigil ketakutan seperti ini. Ingat, bahwa aku ini sesosok ruh. Monster itu tidak dapat melihatku sama sekali. Aku hanya tinggal memasuki tubuhnya itu.

"Yara," panggil Wyl mengejutkanku. "Aku tahu, sepertinya kamu merasa takut dengannya. Akan tetapi, coba pikirkan lagi. Kumpulkan lagi keberanianmu. Kamu tidak akan dapat dilihat olehnya. Setidaknya, pikirkan sahabatmu. Balaskan dendam yang satu ini, untuk sahabatmu. Bahkan, apa yang akan kamu lakukan itu juga untuk dirimu sendiri, Yara. Aku yakin, kamu bisa!" ujar Wyl dengan nada suara meyakinkan. Ia berusaha untuk menyemangatiku.

Walau Wyl tidak dapat melihatku, tapi Wyl dapat mengerti apa yang aku rasakan saat ini. Aku merasa cukup bersemangat dan cukup berani untuk mendekati Monster itu. Wyl benar. Ada dendam yang harus aku balaskan lewat tindakanku ini. Yah, walau tujuanku bukan untuk balas dendam. Setidaknya, keadilan harus ditegakkan.

"Yara, kamu yakin?" tanya Xie lagi kepadaku. Sekarang, ia tampak berkeringat dengan raut wajah khawatir bukan main.

Aku tersenyum tipis, "Aku cukup yakin, Xie. Itu berkat kalian berdua. Lagipula, Zlan tampak kesulitan berdebat dengan Monster itu."

Who's Me? (END)Where stories live. Discover now