-7- Taktik

11 8 8
                                    


-☆-

"A-aku... bisa melihat ruh," ucap Xie dengan ragu.

"Lalu?"

"Dan, semenjak kita masuk ke dalam desa ini. Aku melihat satu ruh yang bergentayangan mencari jati dirinya di desa ini. Awalnya ia mengaku, tidak mengingat apa pun tentang dirinya. Akan tetapi, tidak lama kemudian ia sudah bisa mengingat siapa dirinya. Dan, dan..." Xie berhenti berkata-kata, ia berusaha menguatkan dirinya untuk mengatakan semua hal tentang diriku.

"Dan dia, adalah Yara. Sahabat dari Haveny. Haveny, adalah putri bungsu dari Monster ini," ungkap Xie dengan susah payah. Sepertinya sulit sekali baginya mengatakan hal itu.

Raut wajah Zlan berubah seketika. Keningnya berkerut, dan berusaha mencerna semua cerita singkat yang dikatakan oleh Xie. Sedangkan Wyl, tidak henti-hentinya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya dengan wajahnya yang terkejut. Dan Monster itu, hanya terkejut saja. Ia menunggu suatu kemungkinan yang buruk yang akan dikatakan oleh Xie. Mungkin?

"Jadi, apa dia- maksudku, Yara. Apakah, Yara berada di sini saat ini?" tanya Zlan lagi.

Xie hanya mengangguk pelan, lalu menunjuk ke arah diriku. Seperti memberi kode, bahwa aku berdiri di sini.

"Karena Yara, aku mencurigai Pak Reimold, dan berusaha menyelidikinya. Dan karena dia jugalah, kita pergi ke Klinik," kata Xie menjelaskan.

Xie menoleh ke arah Pak Reimold. "Kau harusnya malu! Kau sudah membunuh Yara dengan cara yang sangat tragis!" cetus Xie dengan kesal.

"Cih!" Pak Reimold tertawa dan lalu ia tersenyum smirk. "Apa kau ini bodoh?! Kau itu tidak tahu apa-apa tentang akar masalahnya. Dan kau malah menyalahkanku atas kematiannya?"

"Apa maksud Anda? Yang membunuh Yara tidak lain adalah Anda. Anda tentu saja bersalah," ujar Zlan dengan raut wajah marah. Sorot matanya mulai terlihat menyeramkan.

Untuk sesaat, Pak Reimold terlihat ketakutan melihat Zlan. Akan tetapi, ia langsung menyembunyikan hal itu dan mencoba untuk tetap melawan dengan gagah berani-- seolah-olah ia tidak bersalah.

"Kalian hanya mendengar cerita itu dari versi gadis sialan itu saja. Kalian tidak mendengar dari versiku juga!" bentak Pak Reimold.

"Aku tidak butuh penjelasan dari versi Anda sedikit pun! Karena aku percaya pada Yara!" pekik Xie dengan tegas. Mendengar hal itu, aku merasa terharu. Entahlah, mungkin karena Xie mempercayaiku?

"Ya, kami tidak membutuhkan hal itu dari Anda. Yang kami butuhkan hanya pengakuan Anda di depan Hakim Agung nantinya di sidang pengadilan!" cetus Zlan datar.

"Cih! Dasar anak-anak sialan!" umpat Pak Reimold menahan emosinya. Ia menoleh ke belakang, melihat keempat teman-temannya yang masih memegang senjata tajam.

"Hei, ayo! Kita akan berpesta hari ini!" kekeh Pak Reimold disusul tawa dari teman-temannya.

Mendengar hal itu, Wyl yang sejak tadi sudah ketakutan setengah mati menjadi semakin takut. Tubuhnya gemetar tidak karuan. Sedangkan Xie mencoba untuk terus menenangkan Wyl. Dan, Zlan? Aku tidak tahu ia sedang apa. Karena ia hanya diam saja. Mungkin sedang memikirkan rencana untuk melarikan diri dari desa ini?

"Andaikan saja, aku bisa membantu kalian semua," ucapku mengeluh sambil menunduk.

"Hei," ujar Wyl tiba-tiba. Tubuhnya sudah tidak gemetar, tapi wajahnya masih menyiratkan rasa takut itu.

Who's Me? (END)Where stories live. Discover now