-6- Kecewa dan Bahaya

9 8 3
                                    


-☆-

Jantungku berdegup sangat cepat-- entah masih berfungsi apa tidak, aku tidak peduli. Pada situasi saat ini, semua hal mungkin-mungkin saja terjadi. Mereka bertiga-- Xie, Zlan dan Wyl-- bisa saja berada dalam bahaya dan tidak dapat melarikan diri. Atau, mungkin sebaliknya. Mereka dapat mengecoh para orang tua ini dan melarikan diri secepat mungkin dan pergi ke pusat kota, untuk melaporkan tindakan keji para psikopat itu kepada pihak berwenang dengan bukti rekaman. Hei, atau mungkin saja, salah satu dari mereka bertiga tidak dapat melarikan diri dan aku tidak ingin membayangkan apa yang akan terjadi, jika hal itu benar-benar terjadi nantinya.

Ya Tuhan. Jangan sampai hal-hal buruk seperti yang kubayangkan tadi terjadi pada mereka. Apa lagi, bukti rekaman itu berada pada mereka saat ini.

"Jika kalian masih ingin selamat hidup-hidup, serahkan rekaman itu sekarang juga!" bentak Pak Reimold dengan wajah marah. Ia benar-benar terlihat mengerikan sekarang.

Sedangkan keempat temannya masih setia memegang senjata tajam di tangan mereka. Ada pisau, besi tumpul, pistol jenis shootgun, kayu tumpul dan... gergaji yang dipegang oleh Monster itu.

Aku menggigil ketakutan melihat gergaji yang digenggamnya. Entah kenapa, gergaji itu menjadi benda pertama yang kutakuti dari empat benda tajam lainnya.

Apakah... karena benda itulah, aku menjadi begini?

"Tidak! Kami tidak akan pernah memberikan rekaman ini kepada kalian! Pemerintah harus mengetahui sifat keji kalian ini!" bantah Zlan tidak mau kalah.

Tubuhnya menutupi tubuh dua rekan wanita satu timnya. Xie tampak tegang melihat Monster dan teman-temannya itu menangkap basah mereka tadi. Dan sedangkan Wyl, wajahnya sangat kusut. Aku tidak tahu bagaimana dengan perasaannya sekarang. Karena, ia sudah mengetahui identitas asli lelaki yang ia idolakan selama ini. Lelaki yang selalu ia anggap pahlawan bagi keluarganya selama ini.

"Sialan memang kalian! Anak-anak seperti kalian tidak mengerti apa-apa tentangku. Tentang teman-temanku! Kalian tidak mengerti penderitaan kami selama ini! Jadi, kami butuh pelampiasan dari emosi kami selama ini!" cetus Pak Reimold dengan memasang wajah gilanya.

"Aku tidak peduli denga-"

"Aku mengerti, Pak!" potong Xie tiba-tiba. Semuanya terdiam dan menatap Xie lamat-lamat.

"Kau pasti merasa despresi karena putri bungsumu telah tiada hanya karena ia merasa bersalah atas kepergian sahabatnya 14 tahun silam. Ia tidak ingin makan dan minum, membuatnya perlahan-lahan kehilangan tenaga dan tiada. Kau pasti merasa depresi..." kalimat Xie terpotong karena tiba-tiba saja Pak Reimold tertawa dengan anehnya.

"Kau ini, polos atau bagaimana, Nak?!" teriaknya seperti orang yang sedang kesurupan-- mengerikan sekali. "Kalau memang benar aku ini depresi karena hal itu. Lalu, bagaimana dengan fakta yang kau ketahui tentang siapa pelaku dari pembantaian 14 tahun yang lalu itu!?"

"Em.. itu..." Xie terbata-bata dan mulai mencari kata-kata untuk menjawab perkataan Pak Reimold tadi. Ia tampak mulai berkeringat.

"Lucu sekali! Hahaha..." tawa Pak Reimold menggelegar di sekitar kami. Membuat beberapa burung berterbangan dari beberapa pohon di dekat Klinik.

Kami semua berada di depan Klinik. Setelah semua rencanaku tadi berhasil, yaitu membuat ketiga jurnalis ini mengetahui identitas asli Monster itu. Kami keluar dari Klinik dan berniat melarikan diri ke gapura desa dan pergi ke pusat kota. Akan tetapi, Pak Reimold tiba-tiba datang menghadang kami dengan keempat teman-temannya sambil membawa senjata tajam. Mau tidak mau, kami harus berdebat dahulu dengan mereka. Aku yakin, pasti Monster itu tidak bisa tinggal diam saja melihat keberadaannya di desa ini-- selama 4 bulan lamanya-- dicurigai oleh jurnalis-jurnalis pendatang ini.

Who's Me? (END)Where stories live. Discover now